Bab 10 Pertemuan Mendadak

by Renko 11:03,Feb 02,2021
Di salah satu toko besar itu Lunar sibuk memilih pakaian yang cocok untuk dikenakan. Dibantu oleh beberapa orang pegawai toko pekerjaannya menjadi lebih mudah. Sebenarnya dia tidak akan sesibuk ini jika tidak Arkan yang memintanya untuk membeli sebanyak-banyaknya.



Pria itu mengatakan kalau tidak ingin menghabiskan waktu terlalu lama hanya untuk menunggunya memilih pakaian selanjutnya. Oleh karena itu, Arkan yang baik hati telah sudi menyempatkan diri pergi bersamanya. Itu adalah apa yang dikatakan padanya ketika di dalam mobil tadi. Padahal tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukan Arkan selain pergi bersamanya karena para bodyguard masih tetap setia menemani.



“Pakaian yang sekarang sangat cocok untuk nyonya,” ucap salah seorang pegawai menunjukkan ekspresi kegembiraan.



Lunar hanya membalasnya dengan senyuman karena dia sudah terlalu lelah berulang kali mengganti pakaian. Dia melirik pakaian yang masih menggantung di tangan pegawai yang berbaris. Semua itu harus dia coba untuk memastikan kalau pakaian tersebut cocok di tubuhnya. Semuanya tanpa terkecuali meski ukuran pakaian sudah bisa ditentukan. Mungkin karena pakaian yang dibawakan Arkan sebelumnya tidak cocok untuknya, maka dari itu dia diperingatkan untuk mencobanya terlebih dahulu. Semuanya. Tanpa terkecuali.



Tetapi ini terlalu berlebihan. Dia tidak bisa menahan lelahnya lebih lama jika terus seperti ini. Bisakah dia mencari cara agar semua pakaian selesai secepatnya? Melihat betapa banyaknya pakaian yang mengantre saja sudah memusingkan kepala. Dia yang sibuk di sini, harus menuruti pria yang sedang bersantai di sana. Menjengkelkan.



“Kalian bisa membungkusnya semua.” Lunar menganggukkan kepala sambil menyapu semua pegawai dengan matanya.



“T-tapi, nyonya ... tuan Arkan ....”



“Aku sangat yakin kalau semuanya cocok untukku. Cepatlah. Bungkuskan semuanya untukku,” pinta Lunar sambil mendorong pelan pegawai tersebut satu persatu.



Pada akhirnya semua pegawai melakukan apa yang dipinta oleh pelanggan utama toko mereka. Sementara itu Lunar langsung kewalahan saat Arkan yang harusnya berada di area duduk, datang menghampiri. Dia baru saja menentang perkataan Arkan mengenai dia yang harus mencoba semua pakaian. Semoga saja niatnya itu tidak diketahui.



“Apa kau sudah selesai? Aku bosan menunggumu. Kau sudah terlalu lama.”



Siapa yang membuat semuanya menjadi lama? Kalau tidak dia harus mencoba semua pakaian, mungkin mereka sudah pulang sejak tadi. Lunar sangat kesal saat ini dan ingin rasanya menggaruk wajah pria yang tidak merasa bersalah setelah membuatnya kelelahan. Sungguh mengesalkan karena saat ini dia hanya bisa menghela napas panjang.



Tidak sengaja matanya tertuju pada wanita yang ada di belakang sana. Dia langsung membalikkan tubuh dengan menjadikan Arkan sebagai tempat bersembunyi. Kenapa di saat seperti ini dia bertemu dengan Sora? Apa kakaknya itu juga akan membeli pakaian di toko yang sama dengannya?



Arkan terbengong melihat Lunar tiba-tiba memunggunginya. Dia membalikkan bahu wanita itu, tetapi terlalu keras karena sepertinya sengaja mempertahankan posisi yang sekarang. Sampai dia harus mengeluarkan tenaga lebih baru mereka bisa saling berhadapan kembali.



“Lebih baik jangan membuang-buang waktuku. Cepat ganti pakaianmu sebelum kita kembali.”



Arkan yang hendak beranjak membuat Lunar harus segera mencegah. Dia menarik lengan pria itu, lalu membawanya buru-buru masuk ke dalam ruang ganti. Di sana keberadaannya akan aman dan tidak akan diketahui. Setidaknya sampai nanti ketika Sora tidak lagi di toko itu, dia bisa pergi dari sana.



“Kenapa kau menarikku masuk ke dalam ruangan sempit ini?”



Arkan yang hendak keluar dari sana dicegah oleh entakan tangan yang menempel di pintu. Dia menelan ludahnya dengan kasar karena posisinya dihalangi oleh kedua tangan Lunar. Apa wanita yang ada di hadapannya saat ini sudah benar-benar gila? Membawanya ke ruangan sempit dan juga memerangkapnya dengan kedua tangan.



“Ssstt ...,” desis Lunar sambil menempelkan telunjuknya di bibir. Dia berusaha menembus suara yang ada di luar sana.



Arkan yang mana mengambil napas singkat-singkat karena jarak mereka yang sangat dekat membuat dia semakin frustrasi. Apa yang diinginkan wanita gila di depannya ini sebenarnya? Selain itu kenapa detak jantungnya sangat kencang? Pasti ini gara-gara ruangan berukuran satu setengah meter yang pengap. Tidak. Bahkan di ruang ganti ini memiliki AC khusus. Mungkin karena mereka memasuki ruangan secara terburu-buru tadi.



Hanya percakapan seorang pegawai yang melayani pelanggannya. Lunar bisa mendengar suara Sora dari tempat dia berdiri sekarang. Terdengar sangat bahagia dengan tawa yang lebih anggun dari yang dia dengar biasanya. Apa kehidupan Sora benar baik-baik saja setelah dijodohkan? Dia tidak pernah mendapatkan kabar apa pun mengenai hal itu.



“Pelanggan di luar sana adalah kakakku.” Lunar beranjak menepi ke sisi yang lain sambil memperhatikan dirinya di depan cermin.



Arkan yang sudah lega akhirnya bisa berdiri tegap. Tetapi apa yang didengar barusan jelas mengusiknya. Lunar memiliki seorang kakak? Dia memang tidak pernah mencari tahu tentang kehidupan Lunar karena menurutnya hubungan mereka juga akan selesai nantinya. Tidak perlu mengetahui satu sama lain.



“Bukankah itu bagus? Kau bisa bertemu dengan kakakmu.”



Lunar tersenyum sebentar sebelum lengkungan di bibir itu perlahan memudar. “Aku rindu Sora dan juga kedua orangtuaku, tapi sepertinya bukan sekarang perasaan rindu bisa terobati. Mereka pasti sangat marah dan kecewa karena aku yang kabur dari perrnikahan. Mungkin saat ini mereka menahan malu karena tindakanku. Mungkin kau akan menertawakanku jika mengetahui alasanku lari dari pernikahan.” Kepalanya diluruskan kembali, lalu dibawa menunduk sembari memikirkan hari pernikahan yang gagal. “Nico meniduri wanita lain saat kami akan menikah.” Dia menolehkan kepala ke arah Arkan. “Bukankah sangat menggelikan?”



Nyatanya hanya Lunar yang tersenyum lebar setelah menceritakan kepedihan yang dialami. Sementara itu bagi Arkan apa yang diceritakan padanya tidak bisa diungkapkan dengan tersenyum lebar. Tidak bisa dibayangkan bagaimana jika dia diposisikan menjadi Lunar. Tidak tahu betapa pedihnya hati jika mengetahui Raya yang berselingkuh. Apalagi tidur dengan orang lain? Pasti sangat menyakitkan, begitu pula dengan Lunar.



“Tidakkah kau tahu saat ini menjadi istri siapa?”



Arkan menarik wanita yang tidak terlalu jauh dari jangkauan agar bisa berada dekat dengannya. “Kau tidak perlu bersembunyi. Manfaatkan aku selama satu tahun pernikahan kita seperti aku yang memanfaatkanmu. Setidaknya aku lebih tampan dan kaya dari Nico-mu itu dan bisa membuat dia menyesal karena berselingkuh di belakangmu.”



Tanpa aba-aba dia membawa Lunar keluar dari ruang ganti tersebut, lalu mereka langsung berhadapan dengan seorang wanita. Melihat reaksi yang dia dapat dari keterkejutan dua orang wanita itu sepertinya mereka sedang berhadapan dengan Sora yang dibicarakan. Lantas dia merangkul Lunar dengan mesra tanpa memedulikan tatapan yang mengarah pada mereka.



“L-lunar?” Sora terkejut seolah tidak percaya dengan apa yang dilihat.



Lunar tidak bisa berkata-kata saat tiba-tiba dihadapkan pada orang yang ingin dihindari dan dia tercengang pula menerima perlakuan Arkan. Pria itu merangkul pinggangnya dengan erat seolah tidak mengizinkan dia lepas. Dia semakin membelalakkan mata saat menemukan Nico di belakang sana sedang berjalan ke arah mereka.



Pria pengkhianat itu berani sekali menampakkan diri di hadapannya. Dia masih belum terima kejadian pada hari pernikahan yang mana telah menyakiti perasaannya. Sekarang baru dia bisa mencerna perkataan Arkan tadi seluruhnya. Dia memang harus memanfaatkan pernikahan mereka untuk membuat Nico menyesal atas apa yang telah dilakukan.



“Bukankah kau Lunar?” Nico yang baru saja sampai langsung mengerutkan dahi.



Lunar tergelak mendengar ucapan yang keluar dari mulut Nico. Sepertinya sudah banyak wanita yang antre sampai-sampai wajahnya saja sulit untuk dikenali. Sungguh sangat menyedihkan dan akan lebih menyedihkan lagi jika dia tidak kabur dari acara pernikahan.



“Ya. Aku Lunar. Apa kau kesulitan mengingatku, Nico?”



“Apa yang kau lakukan di sini, Lunar?” Sora yang lebih dulu diliputi keterkejutan menyela tatapan mereka yang berbicara. Dia melirik pria yang berdiri di sebelah adiknya. Rangkulan yang tampak begitu erat itu membuat kebingungannya semakin bertambah. “Lalu ... pria ini?”



Sepengetahuan Sora adiknya tidak memiliki teman dekat seorang pria. Apalagi pria yang tampak tampan dan juga berpenampilan rapi. Dia yang sudah sering melihat rekan bisnis suaminya dan juga tidak sekali berkunjung ke berbagai toko ternama, bisa membedakan mana penampilan biasa dan mana penampilan yang berkelas. Seperti apa yang dilihatnya saat ini, sudah pasti kalau pria yang merangkul adiknya adalah orang kaya. Dia saja belum mampu membeli apa yang melekat di tubuh pria tersebut.



Lunar menggeragap tidak tahu bagaimana menjelaskan situasi di mana dia sudah menikah. Haruskah dia mengatakan kalau Arkan adalah suaminya? Tetapi kalau Sora tahu pasti tidak akan tinggal diam. Orangtuanya juga bisa saja terkejut mendengar berita pernikahannya. Apa yang harus dia lakukan sekarang?



“Saya tidak pernah mengira akan bertemu dengan kakaknya Lunar. Istriku ... ah, saya Arkan, suaminya Lunar,” ucapnya diikuti dengan senyuman yang tidak dibuat-buat.



“S-suami?” ucap Sora dan Nico serempak.



Sora lebih dulu berkata setelahnya, “Lunar, apa aku tidak salah dengar? Kau sudah menikah?”



“Ya, kak. Aku sudah menikah dengan Arkan,” mengulas sebuah senyuman di bibir.



“B-bagaimana mungkin?” Sora masih tercengang tidak percaya. “Kita harus bicara.” Dia menarik adiknya pergi menjauh dari sana agar bisa berbicara empat mata.



Sementara itu tinggal Arkan dan Nico berdua di sana. Entah mengapa suasana berubah tegang saat mereka saling berjabat tangan. Rasa tidak suka menguar di sekitar mereka sehingga membuat pegawai yang ingin mengatakan bahwa barang belanjaan telah selesai dibungkus semua harus mengurungkan niat. Pegawai tersebut memilih untuk menunggu saja sampai pemilik barang selesai dengan urusannya.



“Apa kau benar-benar sudah menikah dengan Lunar?” Nico tampaknya masih tidak percaya dengan berita pernikahan itu.



“Kau tidak memiliki TV atau sejenisnya?” Arkan mengoceh kesal. “Kau sudah meninggalkan berita yang sangat penting,” dia melepaskan jabatan tangan. “Semua orang tahu kalau Arkan Grey sudah menikah.”



Nico membuka matanya lebar-lebar setelah mendengar nama keluarga ‘Grey’. Siapa yang tidak kenal dengan pemilik bisnis ternama di kota mereka? Selama ini dia hanya tahu nama Damien Grey. Bagaimana Lunar bisa berhubungan dengan salah satu anggota keluarga tersebut?

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

47