Bab 10 Wanita Suci

by Jelly 08:01,Sep 27,2022
“Uhuk uhuk...”

Orang di atas kasur mengeluarkan pergerakan.

Robert Lu menghempaskan Candice Shen, berjalan cepat ke sisi ranjang, “Kakek, bagaimana keadaanmu?”

Tuan Besar masih marah, tidak melihatnya sedikit pun, “Di mana Candice?”

Mendengar Candice Shen berusaha keras menahan air mata sedih, menghirup napas dalam-dalam, memaksa tersenyum, “Kakek, aku ada di sini, kamu akhirnya bangun.”

Bibi Wu menyiapkan dan menyajikan sayur, Candice Shen menyuapi sendiri Tuan Besar.

Namun Tuan Besar mengusirnya, “Suruh pelayan saja, kalian berdua juga masih belum makan, cepat makan, sudah selarut ini, malam ini tidak usah kembali.”

Menunggu keduanya keluar, Dokter Lin masuk, mengusap dagu, “Kamu menjebak Robert seperti ini, apa sungguh baik?”

Tuan Besar tersenyum tak bicara.

Namun dia juga tidak tahan merasa khawatir, cucunya ini sangat baik dalam hal apapun, hanya saja terlalu percaya Cindy Shen.

Candice Shen naik ke atas setelah makan, di atas ada kamar mereka berdua.

Begitu masuk, dia melihat Robert Lu duduk di atas sofa, di depannya diletakkan laptop, sedang mengurus pekerjaan.

Dia sangat peduli pada Tuan Besar, jadi walaupun dalam kemarahan, dalam keadaan sangat membencinya, dia tetap menerima berada di satu kamar bersama dengannya.

Candice Shen ingin mengatakan sesuatu mencairkan suasana, namun begitu teringat ucapannya, ujung bibirnya merengut, mengambil piyama dan pergi ke kamar mandi.

Robert Lu menarik dasi, tanpa alasan merasa sedikit panas, dia berdiri membuka jendela, angin malam yang sejuk menerpa, terasa menyegarkan, namun rasa panas di tubuhnya tidak berkurang, sebaliknya semakin lama semakin panas.

Dalam sekejap, dia teringat sesuatu.

Satu tahun yang lalu di perjamuan itu, dia menerima alkohol yang disodorkan Candice Shen, sekujur tubuhnya terasa panas, dia pergi ke kamar hotel beristirahat, dalam keadaan linglung melakukan hubungan dengan Candice Shen semalam, hari kedua diketahui Tuan Besar, lalu mulai memaksa menikah.

Dan juga satu bulan yang lalu, Bibi Zhao mengantarkan segelas kopi hitam untuknya, hari kedua saat bangun, Candice Shen berbaring di sisinya.

Robert Lu tiba-tiba mencengkram erat daun jendela, urat di punggung tangannya bertonjolan, Candice Shen!

Dia berjalan ke sisi pintu menekan pegangan pintu, benar saja, dikunci dari luar oleh seseorang.

Api amarah dari dalam hati menyumbat di dada, semakin lama semakin besar, bergabung dengan api nafsu di tubuhnya, membakarnya hingga kehilangan akal sehat.

Tangan besarnya terayun, laptop di atas mejanya terbanting ke atas lantai, hancur berkeping-keping.

Terdengar suara “Brak”, Candice Shen terkejut, masih tidak tahu apa yang terjadi di luar, dia mematikan shower berencana keluar, namun terdengar sebuah suara yang memekakkan telinga.

Pintu kamar mandi ditendang terbuka, Robert Lu berjalan masuk dengan mata merah, menarik lengannya dan menyeretnya keluar, tak memedulikan tubuhnya yang telanjang.

Candice Shen panik, melihat rupanya yang murka, hatinya sangat gelisah, hanya bisa menggunakan tangan menutupi dadanya, “Robert, apa yang kamu lakukan?!”

“Melakukan apa? Tentu saja meniduri— Kamu!”

Robert Lu dengan kasar melemparkannya ke atas kasur, menekan tubuhnya, mencekik lehernya, tangannya yang besar mengencang, sepasang matanya memerah, pelipisnya berdenyut, “Candice Shen! Kamu begitu murahan, kamu begitu minta ditiduri! Aku kabulkan permintaanmu!”

“Uhuk uhuk...” Candice Shen dicekik hingga terengah-engah, wajahnya merah, sepasang tangannya menarik jarinya dengan keras, berusaha mengeluarkan satu kalimat dari tenggorokannya, “Jangan, jangan menyentuhku!”

Dia tidak ingin membiarkannya mendapatkan keinginannya, dia akan melukai anaknya.

Raut wajah Robert Lu sangat marah, di matanya yang gelap terbakar api amarah, “Jangan menyentuhmu? Kalau begitu kamu ingin siapa yang menyentuhmu! Apa Parker Ning!”

“Tidak....” Candice Shen hampir kehilangan napas, air mata mengaburkan pandangannya.

Robert Lu melepaskan lehernya, Candice Shen segera menutupi dada sambil terbatuk-batuk, dia terbatuk sangat keras.

Wajahnya marah, dengan gesit menarik dasi, satu tangan mencengkram dua pergelangan tangannya yang ramping, dengan kasar mengikatnya.

“Lepaskan aku!” Jantung Candice Shen berdegup kencang, sepasang kakinya menendang sembarangan.

Robert Lu menyeretnya kembali, satu tangan melepaskan sabuk, dengan jijik berkata : “Bukankah kamu yang mengatur ini? Sekarang berpura-pura sebagai wanita suci? Menjadi pelacur masih ingin memiliki reputasi baik?!”

“Jangan!” Candice Shen kesakitan, sepasang matanya dipenuhi air mata, tidak hentinya mundur, jantungnya berdebar, rasa sakit menyebar ke seluruh tubuh.

Kata-kata hinaan itu satu persatu terpatri di hatinya!

Tidak peduli dia pernah melakukannya atau tidak, Robert Lu akan menyalahkannya.

Robert Lu menekannya di atas ranjang, dengan sesuka hati melampiaskan hasrat di dalam tubuhnya, tatapannya berkeliaran di kulitnya yang bersih, seperti binatang buas yang mengintai buruannya.

Rasa sakit samar dan lemah terasa dari perutnya, hati Candice Shen sudah lama penuh dengan lubang, tatapannya kosong dan mati rasa, tidak ada lagi cahaya.

Dia tahu dirinya tidak bisa kabur, langsung menyerah meronta, hanya diam-diam menghibur anak di dalam perutnya : Bayiku, bayiku, kamu harus kuat, jangan meninggalkan ibu.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

60