Bab 1 Melakukan pelecehan dibawah pengaruh alkohol
by Dennise
08:01,Nov 22,2022
Jika suatu hari, pria yang kamu cintai selama lebih dari sepuluh tahun menikah dengan sahabat terbaikmu, apakah kamu akan memilih untuk bertarung dengannya, atau memberkati mereka dengan ketidakrelaan?
...
Malam yang cerah dan berbintang.
Perjamuan pernikahan yang megah diadakan di auditorium Hotel Hilton. Puluhan ribu mawar ungu diangkut melalui pesawat dari luar negeri, menciptakan dunia dongeng yang indah.
Malam ini adalah pesta pernikahan dua keluarga besar di Kota Lu, yaitu keluarga Tang dan keluarga Chi.
Pasangan pengantin baru, Taylor Tang dan Callista Chi, sibuk memberi salam ke satu-satu meja. Mereka merupakan pasangan yang paling sempurna dan paling cocok.
"Taylor Tang, apakah kamu bersedia menikahi Callista Chi, baik dia sakit atau sehat, kaya atau miskin, tetap setia padanya sampai dia meninggal dunia?
"Saya bersedia."
"Saya secara resmi mengumumkan kalian sebagai suami dan istri."
...
Pada siang hari, pemandangan di gereja berulang kali muncul di depan mata Dennise Ye. Itu sangat menyengat mata dan terasa sakit.
Dulu dia mengira jika Taylor Tang menikah, pengantin wanita tidak mungkin adalah orang lain kecuali dirinya.
Tapi Tuhan membuat lelucon besar dengannya. Pria yang telah ia cintai selama lebih dari sepuluh tahun, malah menikah dengan sahabat terbaiknya.
Dennise Ye mengangkat kepalanya dan meminum arak. Arak itu terlalu kuat, seperti api yang membakar tenggorokannya.
"Hook ..." Dia tersedak dan meneteskan air mata.
“Berhenti minum, kamu mau minum hingga mati ya?” Shella Xia meraih cangkirnya, dia merasa kasihan. Dia bisa memahami rasa sakitnya, tapi hal ini sudah berakhir. Apakah ada gunanya dengan menyiksa diri sendiri? Bahkan jika dia minum sampai mati hari ini, nama di buku pendaftaran rumah tangga keluarga Tang tidak bisa berubah menjadi namanya.
"Dennise, apakah kamu baik-baik saja?"
Taylor Tang dan Callista Chi memberi salam sampai mejanya, bertanya dengan cemas.
Baik-baik saja? Tidak. Dia sama sekali tidak baik-baik saja! Hatinya terasa sangat sakit hingga mau mati!
Air matanya hampir meledak keluar, tetapi dia memaksakan diri untuk menahannya. Dia menoleh dan berdiri, dengan air mata berlinang dan tersenyum cerah.
"Aku baik-baik saja."
"Selamat ya."
Taylor Tang berwajah tampan. Fitur wajahnya halus, kulitnya putih, mata cerah dan giginya putih. Dia tampak seksi dan murni. Tuksedo putih membuatnya semakin tampan, bahkan lebih tampan dari pangeran di dongeng.
Taylor Tang adalah pria terindah yang pernah Dennise Ye lihat dalam seumur hidupnya, dan dia tumbuh besar dengannya. Tapi bagaimana dia bisa menjadi suami orang lain dalam sekejap mata?
Hati Dennise Ye berdarah dan menangis, tetapi dia harus memaksakan diri untuk tersenyum dan mengangkat gelasnya.
"Haha, ayo bersulang. Pria dari keluargaku akhirnya telah menikah, ayo bersulang..."
Dennise Ye meminum segelas wiski penuh.
Taylor Tang dan Callista Chi saling memandang, tidak berkata apa-apa, dan meminumnya.
“Duduklah. Ayo kita pergi ke meja berikutnya.” Callista Chi menarik Taylor Tang pergi.
"Jangan pergi ... aku belum selesai berbicara." Dennise Ye memegang lengan ramping Callista Chi dan tidak mau melepaskannya. Wajahnya merah dan dia tersenyum dengan bodoh: "Kalau, kalau Taylor Tang menindasmu, katakan saja padaku ... aku akan membalaskannya."
“Terima kasih, Taylor tidak akan menindasku. Dia memperlakukanku dengan sangat baik.” Callista Chi memandang Taylor Tang dengan lembut, kata-katanya penuh kepercayaan dan manis. Taylor Tang pun dengan lembut menyentuh kepalanya.
Dennise Ye merasa seperti ditikam oleh pisau. Benar juga, Taylor Tang sangat memanjakannya, sama seperti memanjakan dirinya dulu.
Betapa bodohnya dia mengatakan itu.
"Ya, ya. Aku salah bicara. Ini adalah salahku…. Aku akan menghukum diri sendiri meminum segelas arak. Aku memberi ucapan selamat... kuharap kalian..." Tenggorokannya sakit sehingga dia tidak bisa berbicara.
"Jangan minum lagi, kamu tidak pandai minum." Taylor Tang menghentikannya dan tak mengizinkannya minum.
“Jangan membuat onar lagi Dennise. Mereka masih mau memberi salam ke meja lainnya.” Shella Xia buru-buru menarik Dennise Ye kembali ke kursi: “Kalian pergilah, aku akan menjaganya.”
"Terima kasih." Taylor Tang meliriknya dengan cemas lalu pergi.
"Kak, kamu akhirnya datang juga. Aku sudah lama menunggumu ..." Terdengar suara lembut Callista Chi.
Taylor Tang juga ikut memanggilnya "Kakak".
Seorang pria berpakaian bagus duduk di seberangnya, Dennise Ye menundukkan kepalanya dan melirik sekilas dengan rasa kantuk. Dia merasa pria itu memiliki sepasang mata yang sangat tajam, dan pupilnya berwarna biru gelap, sangat cerah dan dalam.
Saat mata mereka bertemu, hatinya terguncang oleh sebuah kekuatan.
...
Entah sudah berapa gelas alkohol yang dia minum. Ketika Dennise Ye pergi ke kamar mandi, seluruh tubuhnya berguncang. Dia memakai hak tinggi, berjalan sempoyongan dan dunia berputar-putar.
"Krek--"
Tumit sepatunya patah. Dia tersandung dan hampir terjatuh, kemudian dirinya tertopang.
Separuh tubuhnya telah terjatuh, dia meraih sebuah "penyangga" dengan panik.
Terasa berdaging dan enak dipegang. Dennise Ye merasa itu sangat enak disentuh, dan menekannya beberapa kali.
Wajah Gaston Chi pucat pasi. Dia telah hidup selama hampir 30 tahun, bisa-bisanya dia dilecehkan oleh seorang wanita mabuk di kamar mandi.
Dan itu merupakan kamar mandi pria!
Sesuatu yang keluar dari resleting celananya, berada di telapak tangan wanita itu dan diremas sesuka hati olehnya.
Dennise Ye linglung, menatapnya dengan obsesif: "Wah...penyangga yang empuk... itu juga bisa berubah menjadi besar dan keras. Sangat luar biasa."
Alis halus Dennise Ye bergerak, melihatnya dengan cermat, dan tampak kabur.
Gaston Chi tidak tahan lagi, dan hendak menarik resleting celananya. Tapi seorang wanita mabuk mendekatkan diri dan mencium anunya. Mulutnya bergerak: "Aku, aku sangat haus ... aku ingin minum air ..."
Dennise Ye mengira itu adalah keran air, jadi dia membuka mulutnya dan mau mengemutnya.
"Enyalah!" Bentak Gaston Chi, lalu mendorongnya pergi. Dia sangat marah karena dilecehkan hingga wajahnya menjadi suram, lalu menarik celana resletingnya dan hendak pergi.
Siapa yang dapat menduga, wanita itu seperti kecoa yang tak bisa disingkirkan, dan menempel terus padanya.
"Air, keran air... jangan pergi..."
Dennise Ye melompat dan memeluk kakinya. Gaston Chi ingin menendangnya, tapi wanita itu memeluknya erat-erat seperti gurita dan memanjat kakinya yang panjang. "Jangan pergi..."
"Apakah aku minum terlalu banyak alkhohol? Kerannya bisa bergerak?"
"Aneh...aneh, kenapa kerannya berubah menjadi tembok dan berwajah?" Dennise Ye sangat mabuk sehingga dia mengira Gaston Chi adalah tembok.
“...Ternyata itu adalah manusia.” Dennise Ye menghela nafas panjang, dengan beraninya mencubit wajah pria itu, dan tersenyum. "Kamu terlihat tampan, apakah kamu open BO? Berapa harga satu malam?"
Dennise Ye menyipitkan sepasang matanya yang berbintang, dan mengucapkan kata-kata nakal.
Sebuah tangan kecil yang panas mengusap dadanya. "Ototnya cukup kuat... Aku paling suka pria tampan dan berotot..."
Gaston Chi menatap wanita di depannya dengan jijik, wanita yang berperilaku gila dan dengan berani melecehkannya dengan bantuan alkohol.
Wanita itu menangis hingga riasan wajahnya luntur dan tampak berantakkan seperti hantu. Tubuhnya dipenuhi bau alkohol. Dia menggantung di kakinya dan mengusap-usapnya. Gaun kecil bridesmaid hampir tidak bisa menutupi dadanya, tampak sepasang benda montok. Kulitnya putih dan membuat hati orang tergerak. Badannya ramping dan mempesona, tapi itu malah membuatnya kehilangan nafsu.
"Otot dada yang... begitu kuat dan bidang....."
"Taylor ... Taylor juga memilikinya. Eightpack... sst... aku diam-diam melihatnya, jangan beri tahu siapa pun." Dennise Ye yang mabuk tersenyum bodoh dan berkata seperti orang bodoh.
Taylor? Taylor Tang? Apakah dia adalah cewenya Taylor Tang?
...
Malam yang cerah dan berbintang.
Perjamuan pernikahan yang megah diadakan di auditorium Hotel Hilton. Puluhan ribu mawar ungu diangkut melalui pesawat dari luar negeri, menciptakan dunia dongeng yang indah.
Malam ini adalah pesta pernikahan dua keluarga besar di Kota Lu, yaitu keluarga Tang dan keluarga Chi.
Pasangan pengantin baru, Taylor Tang dan Callista Chi, sibuk memberi salam ke satu-satu meja. Mereka merupakan pasangan yang paling sempurna dan paling cocok.
"Taylor Tang, apakah kamu bersedia menikahi Callista Chi, baik dia sakit atau sehat, kaya atau miskin, tetap setia padanya sampai dia meninggal dunia?
"Saya bersedia."
"Saya secara resmi mengumumkan kalian sebagai suami dan istri."
...
Pada siang hari, pemandangan di gereja berulang kali muncul di depan mata Dennise Ye. Itu sangat menyengat mata dan terasa sakit.
Dulu dia mengira jika Taylor Tang menikah, pengantin wanita tidak mungkin adalah orang lain kecuali dirinya.
Tapi Tuhan membuat lelucon besar dengannya. Pria yang telah ia cintai selama lebih dari sepuluh tahun, malah menikah dengan sahabat terbaiknya.
Dennise Ye mengangkat kepalanya dan meminum arak. Arak itu terlalu kuat, seperti api yang membakar tenggorokannya.
"Hook ..." Dia tersedak dan meneteskan air mata.
“Berhenti minum, kamu mau minum hingga mati ya?” Shella Xia meraih cangkirnya, dia merasa kasihan. Dia bisa memahami rasa sakitnya, tapi hal ini sudah berakhir. Apakah ada gunanya dengan menyiksa diri sendiri? Bahkan jika dia minum sampai mati hari ini, nama di buku pendaftaran rumah tangga keluarga Tang tidak bisa berubah menjadi namanya.
"Dennise, apakah kamu baik-baik saja?"
Taylor Tang dan Callista Chi memberi salam sampai mejanya, bertanya dengan cemas.
Baik-baik saja? Tidak. Dia sama sekali tidak baik-baik saja! Hatinya terasa sangat sakit hingga mau mati!
Air matanya hampir meledak keluar, tetapi dia memaksakan diri untuk menahannya. Dia menoleh dan berdiri, dengan air mata berlinang dan tersenyum cerah.
"Aku baik-baik saja."
"Selamat ya."
Taylor Tang berwajah tampan. Fitur wajahnya halus, kulitnya putih, mata cerah dan giginya putih. Dia tampak seksi dan murni. Tuksedo putih membuatnya semakin tampan, bahkan lebih tampan dari pangeran di dongeng.
Taylor Tang adalah pria terindah yang pernah Dennise Ye lihat dalam seumur hidupnya, dan dia tumbuh besar dengannya. Tapi bagaimana dia bisa menjadi suami orang lain dalam sekejap mata?
Hati Dennise Ye berdarah dan menangis, tetapi dia harus memaksakan diri untuk tersenyum dan mengangkat gelasnya.
"Haha, ayo bersulang. Pria dari keluargaku akhirnya telah menikah, ayo bersulang..."
Dennise Ye meminum segelas wiski penuh.
Taylor Tang dan Callista Chi saling memandang, tidak berkata apa-apa, dan meminumnya.
“Duduklah. Ayo kita pergi ke meja berikutnya.” Callista Chi menarik Taylor Tang pergi.
"Jangan pergi ... aku belum selesai berbicara." Dennise Ye memegang lengan ramping Callista Chi dan tidak mau melepaskannya. Wajahnya merah dan dia tersenyum dengan bodoh: "Kalau, kalau Taylor Tang menindasmu, katakan saja padaku ... aku akan membalaskannya."
“Terima kasih, Taylor tidak akan menindasku. Dia memperlakukanku dengan sangat baik.” Callista Chi memandang Taylor Tang dengan lembut, kata-katanya penuh kepercayaan dan manis. Taylor Tang pun dengan lembut menyentuh kepalanya.
Dennise Ye merasa seperti ditikam oleh pisau. Benar juga, Taylor Tang sangat memanjakannya, sama seperti memanjakan dirinya dulu.
Betapa bodohnya dia mengatakan itu.
"Ya, ya. Aku salah bicara. Ini adalah salahku…. Aku akan menghukum diri sendiri meminum segelas arak. Aku memberi ucapan selamat... kuharap kalian..." Tenggorokannya sakit sehingga dia tidak bisa berbicara.
"Jangan minum lagi, kamu tidak pandai minum." Taylor Tang menghentikannya dan tak mengizinkannya minum.
“Jangan membuat onar lagi Dennise. Mereka masih mau memberi salam ke meja lainnya.” Shella Xia buru-buru menarik Dennise Ye kembali ke kursi: “Kalian pergilah, aku akan menjaganya.”
"Terima kasih." Taylor Tang meliriknya dengan cemas lalu pergi.
"Kak, kamu akhirnya datang juga. Aku sudah lama menunggumu ..." Terdengar suara lembut Callista Chi.
Taylor Tang juga ikut memanggilnya "Kakak".
Seorang pria berpakaian bagus duduk di seberangnya, Dennise Ye menundukkan kepalanya dan melirik sekilas dengan rasa kantuk. Dia merasa pria itu memiliki sepasang mata yang sangat tajam, dan pupilnya berwarna biru gelap, sangat cerah dan dalam.
Saat mata mereka bertemu, hatinya terguncang oleh sebuah kekuatan.
...
Entah sudah berapa gelas alkohol yang dia minum. Ketika Dennise Ye pergi ke kamar mandi, seluruh tubuhnya berguncang. Dia memakai hak tinggi, berjalan sempoyongan dan dunia berputar-putar.
"Krek--"
Tumit sepatunya patah. Dia tersandung dan hampir terjatuh, kemudian dirinya tertopang.
Separuh tubuhnya telah terjatuh, dia meraih sebuah "penyangga" dengan panik.
Terasa berdaging dan enak dipegang. Dennise Ye merasa itu sangat enak disentuh, dan menekannya beberapa kali.
Wajah Gaston Chi pucat pasi. Dia telah hidup selama hampir 30 tahun, bisa-bisanya dia dilecehkan oleh seorang wanita mabuk di kamar mandi.
Dan itu merupakan kamar mandi pria!
Sesuatu yang keluar dari resleting celananya, berada di telapak tangan wanita itu dan diremas sesuka hati olehnya.
Dennise Ye linglung, menatapnya dengan obsesif: "Wah...penyangga yang empuk... itu juga bisa berubah menjadi besar dan keras. Sangat luar biasa."
Alis halus Dennise Ye bergerak, melihatnya dengan cermat, dan tampak kabur.
Gaston Chi tidak tahan lagi, dan hendak menarik resleting celananya. Tapi seorang wanita mabuk mendekatkan diri dan mencium anunya. Mulutnya bergerak: "Aku, aku sangat haus ... aku ingin minum air ..."
Dennise Ye mengira itu adalah keran air, jadi dia membuka mulutnya dan mau mengemutnya.
"Enyalah!" Bentak Gaston Chi, lalu mendorongnya pergi. Dia sangat marah karena dilecehkan hingga wajahnya menjadi suram, lalu menarik celana resletingnya dan hendak pergi.
Siapa yang dapat menduga, wanita itu seperti kecoa yang tak bisa disingkirkan, dan menempel terus padanya.
"Air, keran air... jangan pergi..."
Dennise Ye melompat dan memeluk kakinya. Gaston Chi ingin menendangnya, tapi wanita itu memeluknya erat-erat seperti gurita dan memanjat kakinya yang panjang. "Jangan pergi..."
"Apakah aku minum terlalu banyak alkhohol? Kerannya bisa bergerak?"
"Aneh...aneh, kenapa kerannya berubah menjadi tembok dan berwajah?" Dennise Ye sangat mabuk sehingga dia mengira Gaston Chi adalah tembok.
“...Ternyata itu adalah manusia.” Dennise Ye menghela nafas panjang, dengan beraninya mencubit wajah pria itu, dan tersenyum. "Kamu terlihat tampan, apakah kamu open BO? Berapa harga satu malam?"
Dennise Ye menyipitkan sepasang matanya yang berbintang, dan mengucapkan kata-kata nakal.
Sebuah tangan kecil yang panas mengusap dadanya. "Ototnya cukup kuat... Aku paling suka pria tampan dan berotot..."
Gaston Chi menatap wanita di depannya dengan jijik, wanita yang berperilaku gila dan dengan berani melecehkannya dengan bantuan alkohol.
Wanita itu menangis hingga riasan wajahnya luntur dan tampak berantakkan seperti hantu. Tubuhnya dipenuhi bau alkohol. Dia menggantung di kakinya dan mengusap-usapnya. Gaun kecil bridesmaid hampir tidak bisa menutupi dadanya, tampak sepasang benda montok. Kulitnya putih dan membuat hati orang tergerak. Badannya ramping dan mempesona, tapi itu malah membuatnya kehilangan nafsu.
"Otot dada yang... begitu kuat dan bidang....."
"Taylor ... Taylor juga memilikinya. Eightpack... sst... aku diam-diam melihatnya, jangan beri tahu siapa pun." Dennise Ye yang mabuk tersenyum bodoh dan berkata seperti orang bodoh.
Taylor? Taylor Tang? Apakah dia adalah cewenya Taylor Tang?
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved