Bab 3 Tidak mungkin

by Ritasilvia 17:34,Sep 17,2023
"Weeak...!"
"Weak..!"
Seiring berjalannya waktu, Naura merasakan ada perubahan-perubahan aneh pada dirinya. sekarang hampir setiap pagi dia merasa mual dan muntah-muntah, kepalanya begitu pusing.
“Aku, kenapa?”
Naura melihat wajahnya yang pucat dari pantulan cermin, sambil menyipit kan mata. memastikan penglihatannya.
“Akhir-akhir ini, aku sering sekali merasa pusing dan muntah-muntah.” gumam Naura lemah, sambil berusaha untuk kuat dan menopang tubuhnya pada dinding kamar mandi.
"Apa aku hamil anaknya Leo? karena kejadian malam itu?"
Naura seketika syok, keringat dingin langsung membasahi wajah cantik nya. bagaimana pun dia masih belum siap untuk hamil diluar nikah, belum lagi menghadapi reaksi dari orang-orang yang akan menganggap rendah lalu mencemooh diri nya. tubuh Naura langsung jatuh kelantai, seraya menagis pilu meratapi nasibnya.
"Benarkah aku hamil? tidak...aku harus memastikan nya secara langsung." gumam Naura kembali mengusap perutnya yang masih datar.
Setelah bersiap, Naura sengaja menggunakan masker untuk menutupi wajahnya. lalu mengunjungi sebuah klinik ternama, dia ingin memastikan secara langsung kondisi nya sekarang yang terlihat aneh, yang menunjukkan perubahan dan ciri-ciri kebanyakan yang dialami ibu hamil muda pada umumnya.
Wajah dokter perempuan paruh baya itu menatap lekat Naura yang masih terlihat pucat dan lemas. sambil mendengarkan keluhan-keluhan yang dirasakan gadis remaja itu, akhir-akhir ini, kemudian dokter memulai melakukan pemeriksaan nya.
Naura meremas-remas tangannya cemas, dan terus berdoa semoga hasil pemeriksaan dokter salah. dan dia cuma masuk angin biasa.
"Apakah kamu sudah menikah?" tanya dokter lagi ingin memastikan.
"Apa maksud Dokter?"
Dokter menatap Mutiara yang pucat, baru dia memulai menjelaskan hasil memeriksakannya.
“Kamu sedang hamil muda, masuk semester pertama.” Ucap dokter.
“Tidak mungkin, dokter pasti salah."
Naura merasa dunia nya hancur, bibirnya kelu tidak mampu berkata-kata lagi. dia sangat terpukul dan syok, seiring dengan kesadarannya yang ikut hilang.
Cukup lama Naura pingsan, dialam bawah sadarnya, Naura bertemu dengan kedua orang tua yang sangat dirindukannya.
"Mama!"
"Papa!"
"Iya nak ini kami, Naura. kamu sudah menanggung beban berat, jadilah wanita yang kuat karena kami tidak bisa mendampingi mu." ucap perempuan tersebut bersedih.
"Maaf... maafkan dan ampuni Naura, ma hick... hick..." Naura menagis dan mengapai- gapai ingin memeluk mama. namun tangannya tidak pernah mampu untuk menggapainya. seketika Naura memperhatikan tempat disekelilingnya yang serba putih.
"Aku dimana? apakah aku sudah meninggal. jika benar aku akan iklas mungkin ini adalah pilihan terbaik untuk ku." bergumam sendiri berusa mengumpulkan kesadarannya.
"Bagun nak, tangan lembut mengusap rambut panjang nya dengan penuh kasih sayang. kamu harus ikhlas dan sabar menghadapi semua ini, biarkan waktu yang akan menghukum lelaki brengxxxx itu."
"Mama...papa..."
Naura menghambur ke dalam pelukan orang tuanya, menumpahkan segala kesedihannya. tangan Naura masih menggapai-gapai seperti tidak mau kedua orang tuanya pergi.
"Mama....papa.... jangan pergi, bantu dan tamani Naura..."
Tiba-tiba Naura terbangun dari tidurnya, melihat sekitarnya dengan tatapan sedih, keringat dingin membasahi tubuhnya yang masih berusaha mengatur pernafasannya.
"Astaghfirullah.... ternyata aku cuma bermimpi."
Naura kembali menangis menyadari kalau dia hanya bermimpi, dan kenyataan nya sekarang dia sudah hancur hamil di luar nikah, tidak ada lagi yang bisa dibanggakan dari gadis seperti dirinya.
"Aku sangat takut, bagaimana reaksi orang-orang nantinya. jika mengetahui berita kehamilan ku tanpa seorang suami, apakah aku harus meminta pertanggungjawaban Leo? tidak, aku tidak boleh bertemu dengan pria brengsek itu lagi, kenapa pikiran ku jadi kacau begini." Naura benar-benar pusing.
"Aku tidak ingin menagung malu sendirian, mau tidak mau bayi itu harus segera aku singkirkan!" Naura yang tengah labil membuat keputusan secara tiba-tiba, dengan mengugurkan kandungan dia bisa melanjutkan kehidupannya seperti biasa lagi.
"Saat ini aku tidak punya pilihan lain?"
Seketika Naura memegangi perutnya yang masih terlihat datar, berusaha menutupi hati nuraninya.
"Ini adalah keputusan terakhir ku, nama baikku akan tetap terjaga, dan masih bisa melanjutkan kehidupan ku seperti semula, tanpa seorangpun tahu permasalahan ini." bathin Naura yang sudah bulat dengan keputusannya.
Meskipun terdengar kejam dan tidak manusiawi, namun inilah keputusan yang terbaik menurut Naura demi menyelamatkan kehidupannya dan anak yang ada dalam perutnya, jika pun dia lahir hanya akan menjadi bahan cemoohan orang-orang, jadi aborsi adalah pilihan terbaik.
Malamnya, Naura tidak mampu memejamkan mata barang sepicingpun. hatinya kembali dilanda gundah gulana.
"Aku merasa benar-benar sendirian, tidak ada tempat ku untuk berkeluh kesah. apalagi seseorang yang bisa menyelamatkan aku dan keluar dari masalah rumit ini."
****
"Aku harus menemukan obat atau cara terbaik untuk menggugurkan janin ku, tanpa menyakiti diriku sendiri." bathin Naura seraya beranjak meninggalkan apartemen menuju sebuah apotek ternama.
"Maafkan aku, karena tidak menginginkan kehadiran mu, nak. tapi aku tidak mempunyai pilihan lain lagi, cukup sudah penderitaan yang aku terima dari Leo brengsek itu, tanpa harus mengandung anaknya juga." Naura mengelus perutnya dengan perasaan yang sulit di mengerti. langkah Naura terhenti begitu sampai didepan apotik besar dihadapannya.
Dengan suara pelan, Naura meminta petugas apoteker untuk memberikan nya obat terbaik untuk mengugurkan janin. tidak lama mereka segera memberikan.
"Obat ini akan bekerja dengan baik. dia hanya berfungsi untuk menggugurkan janin dalam perut mu saja tanpa menyakiti." ucap petugas apotik seraya menyerahkan bungkusan obat ketangan Naura.
"Terimakasih."
Setelah mendapatkan obat penggugur janin, Naura segera kembali pulang ke apartemen. dengan tangan bergetar Naura mengambil obat dan air putih, dia berubah takut dan menjadi dilemama. ada rasa tidak tega membunuh calon bayinya yang tidak berdosa, namun jika dia nanti melahirkan tanpa suami yang tentunya akan menjadi bahan gunjingan orang-orang, sehingga Naura antisipasi sebelum terjadi yang lebih buruk lagi kedepannya.


Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

52