chapter 8 Pukul BMW seseorang
by Tina
10:00,Oct 09,2023
Setelah meninggalkan taman kanak-kanak, Arlo meminta Kyla untuk kembali ke kediamannya terlebih dahulu.
Rinda sangat benci Arlo bersama Kyla, dia berpikir Arlo bergaul dengan "orang bodoh" sepanjang hari, itulah kenapa dia merosot dan tidak ingin membuat kemajuan.
Nina duduk di dalam mobil, dia sangat senang.
Suara kekanak-kanakannya menunjukkan kegembiraan, dia bertanya kepada Arlo, "Ayah, bukankah mobil kita sudah dijual? Dari mana mobil ini?"
"Nina, mulai sekarang, ayah akan mengantarmu masuk dan pulang sekolah setiap hari. Sekarang, ayah bekerja sebagai sopir untuk bos besar, keluarga kita akan punya mobil untuk dikendarai setiap hari."
"Wah! Ayah hebat. Ibu pasti sangat senang kalau mengetahuinya."
"Ibumu sudah tahu!"
Nina terdiam beberapa saat dan tiba-tiba berkata kepada Arlo, "Ayah, kamu harus bekerja keraslah untuk menghasilkan uang dan segera membeli kembali rumah besar kita. Ibu menangis sepanjang hari karena kehilangan tempat tinggal."
Arlo memegang kemudi dengan satu tangan dan membelai kepala Nina dengan penuh kasih. Dia tersenyum dan berkata, "Ya, ayah pasti akan membeli kembali rumah besar kita."
Setelah kembali ke rumah sewaan, Nina menceritakan apa yang terjadi di taman kanak-kanak hari ini kepada Rinda.
Setelah mendengar ini, Rinda mengerutkan kening dan bertanya kepada Arlo, "Apakah kamu memukul seseorang?"
"Ya! Sebenarnya hanya perkelahian antar anak-anak. Tapi orang itu memukul Nina, mana mungkin aku akan melepaskannya?"
"Tidak terluka, kan?" tanya Rinda dengan cemas.
"Tidak, aku hanya menamparnya dua kali dan meninjunya."
Rinda memutar matanya ke arah Arlo dan berkata, "Aku bertanya padamu, apakah kamu terluka?"
Arlo tampak terkejut!
Di masa lalu, Rinda tidak pernah memedulikannya. Hari ini benar-benar aneh sekali, istrinya mulai peduli padanya.
"Aku baik-baik saja! Lihat, kulitku sangat tebal." Arlo tertegun sejenak dan merasa hangat di hatinya.
"Oke, cepat bawa anak-anak pergi cuci tangan dan datang makan."
Arlo melihat enam hidangan lezat di atas meja.
Ada sayap ayam rebus, kentang goreng, steak goreng yang disukai Nina, serta daging rebus dan kerang kukus bihun yang disukainya. Hidangan lainnya adalah brokoli favorit Rinda.
Arlo menepuk pahanya dan tiba-tiba menyadari dirinya sibuk dengan urusan putrinya dan lupa membeli anggur.
"Aku pergi beli minuman!"
Rinda berkata dengan tenang, "Kalau lupa jangan beli lagi. Ada yang ingin kukatakan padamu nanti."
Arlo merasa sangat menyesal! Menurut kata-kata Rinda, kalau tadi dia membeli anggur, Rinda pasti akan minum dengannya. Dia teringat adegan di mana mereka berdua mabuk dan tidur bersama setelah pernikahan mereka.
Setelah mencuci tangan, Arlo duduk bersama Nina.
Rinda memotong steak dan mengambilkan sepotong sayap ayam untuk Nina.
Saat Arlo sedang makan, dia bertanya kepada Rinda, "Rinda, bukankah kamu ingin memberitahuku sesuatu? Apa yang terjadi?"
"Ibu memintaku kembali ke rumah Nenek untuk makan malam besok."
Arlo berkata "Oh" dan tidak berkata apa-apa lagi.
Bisnis keluarga Li anjlok sejak Kakek Rinda meninggal. Kemudian, Rinda mendirikan perusahaan "Desain Kemasan Nina", barulah mengalami sedikit perbaikan. Keluarga ibu Rinda, keluarga Tao, adalah keluarga kecil dan berkuasa di Kota Andana.
Namun, orang-orang di keluarga Nenek Rinda semuanya "sombong" dan tidak menyukai orang miskin. Selain memandang rendah ayah Rinda, mereka juga membenci pria tak berguna seperti Arlo yang hanya tahu mengandalkan wanita. Oleh karena itu, Arlo tidak benci pergi ke rumah Nenek Rinda, palingan hanya akan menjadi bahan ejekan.
"Oh ya, bisakah kita menggunakan mobil Tuan Chen dulu?" tanya Rinda.
"Selama Tuan Chen tidak butuh mobil, kita bisa terus menggunakannya. Biasanya, aku yang mengendarai mobil ini."
"Kalau begitu aku akan menjemput Nina dari taman kanak-kanak besok, kamu bisa menyetir untuk menjemput Mirla dan membawanya ke rumah nenek bersamamu."
"Oke!" Arlo mengangguk.
Rinda punya seorang adik yang lima tahun lebih muda darinya, bernama Mirla Li, yang duduk di bangku kelas tiga sekolah menengah atas.
Adik ipar Arlo sangat licik. Dia mencoba segala cara untuk menceraikan Arlo dan kakaknya Rinda.
Arlo benar-benar merasa pusing dengan adik iparnya, Mirla.
Keesokan harinya, sekitar jam tiga sore.
Arlo menunggu di gerbang Sekolah Menengah Andana lebih awal.
Dikarenakan hari Jumat adalah akhir pekan. Sepulang sekolah, banyak siswa yang keluar sekolah bersamaan.
Arlo langsung menemukan Mirla dan dua gadis cantik berjalan menuju luar sekolah. Dia buru-buru bergegas ke depan dan memanggil, "Mirla!"
Begitu melihat Arlo, Mirla merasa kesal.
Kedua gadis keluarga Li entah mewarisi gen nenek moyang yang mana, tak satu pun dari mereka mirip dengan orang tuanya dan mereka berdua sangat cantik.
Mirla memasang wajah muram dan berkata dengan dingin kepada Arlo, "Kenapa kamu ada di sini?"
"Kakakmu memintaku datang menjemputmu dan mengantarmu ke rumah nenek!" jawab Arlo.
Seorang gadis di sebelahnya menunjuk ke arah Arlo dan mencibir ke arah Mirla, "Mirla, bukankah ini kakak ipar tidak berguna yang kamu sebutkan?"
Mirla memelototi Arlo dan berkata dengan dingin, "Mulai sekarang, kamu tidak diperbolehkan datang ke sekolah untuk menjemputku."
"Kalau bukan kakakmu memintaku ke sini, aku tidak akan datang," kata Arlo, dia terlihat sangat enggan.
"Kamu sudah menjual rumah dan mobilmu, bagaimana kamu menjemputku? Apakah kamu memintaku berjalan kembali?"
Arlo menunjukkan kunci mobil di tangannya dan berkata, "Aku punya mobil."
Pada saat ini, seorang pria kaya yang mengendarai BMW Seri 5 mengemudikan mobilnya ke arah Mirla dan yang lainnya. Dia menyapa gadis cantik di sebelah Mirla yang baru saja berbicara dan berkata, "Firda, masuk ke dalam mobil! Ayo kita pergi menonton film pada sore hari."
Nama gadis itu adalah Firda Che, bersama dengan Mirla dan dua gadis lainnya, mereka terdaftar sebagai empat primadona sekolah di "Sekolah Menengah Andana".
Firda jelas sedang pamer kepada Mirla. Setelah membuka pintu dan masuk ke dalam mobil, dia mengejek Mirla, "Mirla, apakah kamu mau ikut? Atau kamu ingin kembali duduk mobil lusuh kakak iparmu?"
"Aku tidak mau menjadi nyamuk pengganggu."
Pria yang mengemudikan mobil itu bernama Yoga Guo, dia adalah salah satu pelamar Mirla. Kemudian, direbut oleh Firda. Oleh karena itu, Firda tampak punya hubungan yang baik dengan Mirla, tapi dia selalu diam-diam menentangnya.
Mirla bertanya kepada Arlo, "Di mana mobilmu?"
Arlo menjawab, "Di tempat parkir di pinggir jalan!"
"Lalu kenapa kamu masih berdiri di sini? Apakah kamu ingin semua orang di sekolah kami tahu bahwa kamu seorang pria tak berguna?"
Arlo tidak ingin berdebat dengan Mirla, gadis ini punya lidah yang tajam, dia sama sekali tidak dapat berdebat dengannya.
Ketika melihat Mirla dan Arlo naik Volkswagen abu-abu, Firda memutar matanya dan berkata kepada pacarnya Yoga, "Yoga, kudengar kakak Mirla akan bangkrut. Mobil kakak iparnya pasti pinjam, bagaimana kalau kita menyebabkan kecelakaan lalu lintas dan membiarkannya melakukan kompensasi. Bagaimana kalau kita memberinya pelajaran?"
Yoga selalu menyimpan dendam di dalam hatinya karena Mirla telah menolak pengejarannya. Dia segera mengangguk setuju dan berkata, "Firda, idemu sangat bagus, pakai sabuk pengamanmu."
Setelah masuk ke dalam mobil, Mirla merasa konfigurasi interior mobilnya sangat mewah dan tidak terlihat seperti mobil biasa.
"Arlo, dari mana kamu mendapatkan mobil ini?" tanya Mirla.
Arlo menjelaskan sambil mengemudi, "Aku bekerja sebagai sopir dan mengemudi untuk bos besar, mobil ini milik bosku."
"Bosmu mengendarai Volkswagen?"
Saat masuk ke dalam mobil, Mirla hanya melihat logo Volkswagen, tetapi tidak menyadari bahwa itu adalah sebuah Phaeton seharga empat miliar rupiah.
"Ya! Emangnya ada apa dengan Volkswagen?"
Mirla berkata sambil mencibir, "Tanpa diduga, seorang pecundang sepertimu, akhirnya bersedia pergi bekerja. Tapi, bos kamu tampaknya bermasalah dalam sumber daya keuangan. Kalau mampu mempekerjakan supir, seharusnya menggunakan Mercedes-Benz atau BMW. Tapi, mobil Volkswagen memang cocok denganmu."
Arlo terlalu malas untuk berdebat dengan Mirla. Dia sama sekali tidak bisa mengalahkan gadis ini. Arlo berpikir lain kali dia akan menghajar adik iparnya ini ketika punya kesempatan.
Saat Arlo sedang melaju kencang untuk melewati persimpangan lampu lalu lintas, sebuah BMW tiba-tiba berpindah jalur dan berbelok. Dikarenakan terlalu mendadak, Arlo tidak punya waktu untuk mengelak, langsung terdengar suara "Bang! ...", dan kedua mobil itu bertabrakan dengan keras.
Arlo mendadak menginjak rem dan bertanya kepada Mirla yang berteriak aduh, "Mirla, apakah kamu baik-baik saja?"
Mirla mendekatkan tempat duduknya karena mau merias wajah. Jadi, terkena lututnya.
Dia berteriak pada Arlo, "Bagaimana kamu mengemudi?"
Arlo mengabaikan Mirla, dia menyentuh lengannya dengan lembut dan menunjuk ke depan mobil.
Mirla melihat ke depan dan menemukan bahwa mobil yang ditabrak adalah BMW yang dikendarai Yoga dan Firda.
"Kakak ipar, kamu dalam masalah! Kamu menabrak BMW orang lain."
Mirla menatap Arlo dengan penuh simpati.
Rinda sangat benci Arlo bersama Kyla, dia berpikir Arlo bergaul dengan "orang bodoh" sepanjang hari, itulah kenapa dia merosot dan tidak ingin membuat kemajuan.
Nina duduk di dalam mobil, dia sangat senang.
Suara kekanak-kanakannya menunjukkan kegembiraan, dia bertanya kepada Arlo, "Ayah, bukankah mobil kita sudah dijual? Dari mana mobil ini?"
"Nina, mulai sekarang, ayah akan mengantarmu masuk dan pulang sekolah setiap hari. Sekarang, ayah bekerja sebagai sopir untuk bos besar, keluarga kita akan punya mobil untuk dikendarai setiap hari."
"Wah! Ayah hebat. Ibu pasti sangat senang kalau mengetahuinya."
"Ibumu sudah tahu!"
Nina terdiam beberapa saat dan tiba-tiba berkata kepada Arlo, "Ayah, kamu harus bekerja keraslah untuk menghasilkan uang dan segera membeli kembali rumah besar kita. Ibu menangis sepanjang hari karena kehilangan tempat tinggal."
Arlo memegang kemudi dengan satu tangan dan membelai kepala Nina dengan penuh kasih. Dia tersenyum dan berkata, "Ya, ayah pasti akan membeli kembali rumah besar kita."
Setelah kembali ke rumah sewaan, Nina menceritakan apa yang terjadi di taman kanak-kanak hari ini kepada Rinda.
Setelah mendengar ini, Rinda mengerutkan kening dan bertanya kepada Arlo, "Apakah kamu memukul seseorang?"
"Ya! Sebenarnya hanya perkelahian antar anak-anak. Tapi orang itu memukul Nina, mana mungkin aku akan melepaskannya?"
"Tidak terluka, kan?" tanya Rinda dengan cemas.
"Tidak, aku hanya menamparnya dua kali dan meninjunya."
Rinda memutar matanya ke arah Arlo dan berkata, "Aku bertanya padamu, apakah kamu terluka?"
Arlo tampak terkejut!
Di masa lalu, Rinda tidak pernah memedulikannya. Hari ini benar-benar aneh sekali, istrinya mulai peduli padanya.
"Aku baik-baik saja! Lihat, kulitku sangat tebal." Arlo tertegun sejenak dan merasa hangat di hatinya.
"Oke, cepat bawa anak-anak pergi cuci tangan dan datang makan."
Arlo melihat enam hidangan lezat di atas meja.
Ada sayap ayam rebus, kentang goreng, steak goreng yang disukai Nina, serta daging rebus dan kerang kukus bihun yang disukainya. Hidangan lainnya adalah brokoli favorit Rinda.
Arlo menepuk pahanya dan tiba-tiba menyadari dirinya sibuk dengan urusan putrinya dan lupa membeli anggur.
"Aku pergi beli minuman!"
Rinda berkata dengan tenang, "Kalau lupa jangan beli lagi. Ada yang ingin kukatakan padamu nanti."
Arlo merasa sangat menyesal! Menurut kata-kata Rinda, kalau tadi dia membeli anggur, Rinda pasti akan minum dengannya. Dia teringat adegan di mana mereka berdua mabuk dan tidur bersama setelah pernikahan mereka.
Setelah mencuci tangan, Arlo duduk bersama Nina.
Rinda memotong steak dan mengambilkan sepotong sayap ayam untuk Nina.
Saat Arlo sedang makan, dia bertanya kepada Rinda, "Rinda, bukankah kamu ingin memberitahuku sesuatu? Apa yang terjadi?"
"Ibu memintaku kembali ke rumah Nenek untuk makan malam besok."
Arlo berkata "Oh" dan tidak berkata apa-apa lagi.
Bisnis keluarga Li anjlok sejak Kakek Rinda meninggal. Kemudian, Rinda mendirikan perusahaan "Desain Kemasan Nina", barulah mengalami sedikit perbaikan. Keluarga ibu Rinda, keluarga Tao, adalah keluarga kecil dan berkuasa di Kota Andana.
Namun, orang-orang di keluarga Nenek Rinda semuanya "sombong" dan tidak menyukai orang miskin. Selain memandang rendah ayah Rinda, mereka juga membenci pria tak berguna seperti Arlo yang hanya tahu mengandalkan wanita. Oleh karena itu, Arlo tidak benci pergi ke rumah Nenek Rinda, palingan hanya akan menjadi bahan ejekan.
"Oh ya, bisakah kita menggunakan mobil Tuan Chen dulu?" tanya Rinda.
"Selama Tuan Chen tidak butuh mobil, kita bisa terus menggunakannya. Biasanya, aku yang mengendarai mobil ini."
"Kalau begitu aku akan menjemput Nina dari taman kanak-kanak besok, kamu bisa menyetir untuk menjemput Mirla dan membawanya ke rumah nenek bersamamu."
"Oke!" Arlo mengangguk.
Rinda punya seorang adik yang lima tahun lebih muda darinya, bernama Mirla Li, yang duduk di bangku kelas tiga sekolah menengah atas.
Adik ipar Arlo sangat licik. Dia mencoba segala cara untuk menceraikan Arlo dan kakaknya Rinda.
Arlo benar-benar merasa pusing dengan adik iparnya, Mirla.
Keesokan harinya, sekitar jam tiga sore.
Arlo menunggu di gerbang Sekolah Menengah Andana lebih awal.
Dikarenakan hari Jumat adalah akhir pekan. Sepulang sekolah, banyak siswa yang keluar sekolah bersamaan.
Arlo langsung menemukan Mirla dan dua gadis cantik berjalan menuju luar sekolah. Dia buru-buru bergegas ke depan dan memanggil, "Mirla!"
Begitu melihat Arlo, Mirla merasa kesal.
Kedua gadis keluarga Li entah mewarisi gen nenek moyang yang mana, tak satu pun dari mereka mirip dengan orang tuanya dan mereka berdua sangat cantik.
Mirla memasang wajah muram dan berkata dengan dingin kepada Arlo, "Kenapa kamu ada di sini?"
"Kakakmu memintaku datang menjemputmu dan mengantarmu ke rumah nenek!" jawab Arlo.
Seorang gadis di sebelahnya menunjuk ke arah Arlo dan mencibir ke arah Mirla, "Mirla, bukankah ini kakak ipar tidak berguna yang kamu sebutkan?"
Mirla memelototi Arlo dan berkata dengan dingin, "Mulai sekarang, kamu tidak diperbolehkan datang ke sekolah untuk menjemputku."
"Kalau bukan kakakmu memintaku ke sini, aku tidak akan datang," kata Arlo, dia terlihat sangat enggan.
"Kamu sudah menjual rumah dan mobilmu, bagaimana kamu menjemputku? Apakah kamu memintaku berjalan kembali?"
Arlo menunjukkan kunci mobil di tangannya dan berkata, "Aku punya mobil."
Pada saat ini, seorang pria kaya yang mengendarai BMW Seri 5 mengemudikan mobilnya ke arah Mirla dan yang lainnya. Dia menyapa gadis cantik di sebelah Mirla yang baru saja berbicara dan berkata, "Firda, masuk ke dalam mobil! Ayo kita pergi menonton film pada sore hari."
Nama gadis itu adalah Firda Che, bersama dengan Mirla dan dua gadis lainnya, mereka terdaftar sebagai empat primadona sekolah di "Sekolah Menengah Andana".
Firda jelas sedang pamer kepada Mirla. Setelah membuka pintu dan masuk ke dalam mobil, dia mengejek Mirla, "Mirla, apakah kamu mau ikut? Atau kamu ingin kembali duduk mobil lusuh kakak iparmu?"
"Aku tidak mau menjadi nyamuk pengganggu."
Pria yang mengemudikan mobil itu bernama Yoga Guo, dia adalah salah satu pelamar Mirla. Kemudian, direbut oleh Firda. Oleh karena itu, Firda tampak punya hubungan yang baik dengan Mirla, tapi dia selalu diam-diam menentangnya.
Mirla bertanya kepada Arlo, "Di mana mobilmu?"
Arlo menjawab, "Di tempat parkir di pinggir jalan!"
"Lalu kenapa kamu masih berdiri di sini? Apakah kamu ingin semua orang di sekolah kami tahu bahwa kamu seorang pria tak berguna?"
Arlo tidak ingin berdebat dengan Mirla, gadis ini punya lidah yang tajam, dia sama sekali tidak dapat berdebat dengannya.
Ketika melihat Mirla dan Arlo naik Volkswagen abu-abu, Firda memutar matanya dan berkata kepada pacarnya Yoga, "Yoga, kudengar kakak Mirla akan bangkrut. Mobil kakak iparnya pasti pinjam, bagaimana kalau kita menyebabkan kecelakaan lalu lintas dan membiarkannya melakukan kompensasi. Bagaimana kalau kita memberinya pelajaran?"
Yoga selalu menyimpan dendam di dalam hatinya karena Mirla telah menolak pengejarannya. Dia segera mengangguk setuju dan berkata, "Firda, idemu sangat bagus, pakai sabuk pengamanmu."
Setelah masuk ke dalam mobil, Mirla merasa konfigurasi interior mobilnya sangat mewah dan tidak terlihat seperti mobil biasa.
"Arlo, dari mana kamu mendapatkan mobil ini?" tanya Mirla.
Arlo menjelaskan sambil mengemudi, "Aku bekerja sebagai sopir dan mengemudi untuk bos besar, mobil ini milik bosku."
"Bosmu mengendarai Volkswagen?"
Saat masuk ke dalam mobil, Mirla hanya melihat logo Volkswagen, tetapi tidak menyadari bahwa itu adalah sebuah Phaeton seharga empat miliar rupiah.
"Ya! Emangnya ada apa dengan Volkswagen?"
Mirla berkata sambil mencibir, "Tanpa diduga, seorang pecundang sepertimu, akhirnya bersedia pergi bekerja. Tapi, bos kamu tampaknya bermasalah dalam sumber daya keuangan. Kalau mampu mempekerjakan supir, seharusnya menggunakan Mercedes-Benz atau BMW. Tapi, mobil Volkswagen memang cocok denganmu."
Arlo terlalu malas untuk berdebat dengan Mirla. Dia sama sekali tidak bisa mengalahkan gadis ini. Arlo berpikir lain kali dia akan menghajar adik iparnya ini ketika punya kesempatan.
Saat Arlo sedang melaju kencang untuk melewati persimpangan lampu lalu lintas, sebuah BMW tiba-tiba berpindah jalur dan berbelok. Dikarenakan terlalu mendadak, Arlo tidak punya waktu untuk mengelak, langsung terdengar suara "Bang! ...", dan kedua mobil itu bertabrakan dengan keras.
Arlo mendadak menginjak rem dan bertanya kepada Mirla yang berteriak aduh, "Mirla, apakah kamu baik-baik saja?"
Mirla mendekatkan tempat duduknya karena mau merias wajah. Jadi, terkena lututnya.
Dia berteriak pada Arlo, "Bagaimana kamu mengemudi?"
Arlo mengabaikan Mirla, dia menyentuh lengannya dengan lembut dan menunjuk ke depan mobil.
Mirla melihat ke depan dan menemukan bahwa mobil yang ditabrak adalah BMW yang dikendarai Yoga dan Firda.
"Kakak ipar, kamu dalam masalah! Kamu menabrak BMW orang lain."
Mirla menatap Arlo dengan penuh simpati.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved