Bab 7 Part 7

by Neng Gemoy 21:31,Dec 05,2023
Sam … kok tangannya merayap terus ke atas ?”

“Ingin membuktikan aja kencang padatnya itu sampai ke mana, “ sahutku yang sedang merayapkan kedua tanganku sampai ke pangkal paha Tante Reki.

“Awas … nanti lama – lama jadi nafsu lho. Tante gak tanggung jawab ya kalau kamu nafsu. “

“Ini juga udah nafsu, Tante … belum pernah aku menyentuh paha yang sepadat dan sekencang gini … “ ucapku ketika kedua tanganku sudah menyentuh celana dalam Tante Reki.

“Hihihihiii … udah Saaam … ini kan tante mau bikinin kopi buat Sam, “ Tante Reki menepiskan kedua tanganku, lalu menjauh dariku. Dan mengucurkan air panas dari dispenser ke cangkir itu. Dan membawa cangkir berisi kopi itu ke ruang tamu.

Lalu untuknya sendiri, Tante Reki membawa segelas teh panas ke ruang tamu. Lalu duduk di sofa yang sedang diduduki olehku.

“Ohya Sam … hubungan Wulan sama Yoga itu gimana ?” tanya Tante Reki sambil makan salah satu kue kirimanku.

“Baik – baik aja. Cuma berjauhan saja. Wulan di sini, Yoga di Surabaya. Itu aja, “ sahutku sengaja melindungi Wulan dan Yoga, agar Tante Reki tidak kuatir.

“Begitu ya. Mmm … Wulan belum hamil juga ya ?”

“Belum. Tante masih bisa hamil nggak ?”

“Ya bisa aja. Selama belum menopause, perempuan masih bisa hamil. Tapi kalau sudah berumur empatpuluhtiga begini, kehamilan itu beresiko pada waktu melahirkannya terutama. “

“Kan sekarang biasa main operasi cesar, Tante. “

“Sudah umur kepala empat sih gak usah kepengen hamil. Lagian Tante sudah gak punya suami sekarang. Mau hamil sama siapa ?”

“Kalau Tante mau, aku bisa ngehamilin Tante … biar Wulan punya adik. “

“Ngaco kamu, “ bentak Tante Reki sambil menampar lututku.

“Heheheheee … gak tau kenapa nih. Malam ini pikiranku jadi lain. “

“Nyebut dong. Biar jangan keusap setan. “

“Iya maju nyebut nih. Tante Reki cantik dan seksi. Tante Reki cantik dan seksi. Tante Reki … “

“Iiiih … itu sih nyebut apa ? Hihihihiii … Saaam … Saaam … kamu nakal ya. Tapi kalau tante dekat sama kamu terus, bisa ketawa tiap hari. “

“Ketawa kan bisa bikin awet muda Tante. Di dalam hidup, jangan serius terus. Harus ada hiburan, harus sering ketawa … asal jangan ketawa sendiri aja. “

Tante Reki mengangguk – angguk sambil tersenyum.

“Sudah ngantuk belum ?” tanya Tante Reki tiba – tiba.

“Ngantuk sedikit. Tapi belum ngantuk banget. Masih seneng ngobrol sama Tante, “ sahutku sambil meneguk kopi pahit buatan tanteku.

“Ngobrolnya lanjutin di kamar aja yuk. “

“Sebentar … mau ngambil baju buat tidur dulu di mobil, “ sahutku sambil berdiri. Lalu melangkah ke luar menuju sedanku. Dan mengeluarkan celana pendek beserta baju kaus serba putih. Kuambil juga sebotol parfum import dari laci dashboard. Lalu balik lagi ke dalam rumah Wulan.

“Pintunya mau dikunciin Tante ?” tanyaku setelah berada di dalam ruang tamu.

“Iya Sam, “ sahut Tante Reki sambil bangkit dari sofa, lalu mendahuluiku masuk ke dalam kamar Wulan. Aku pun masuk ke dalam kamar itu sambil memberikan parfum yang kuambil dari dashboard tadi.

“Apa ini ? Parfum ? “

“Iya Tante. Biar tubuhnya harum semerbak. “

“Terima kasih Sam. Tapi ini sih parfum mahal. Dipakai juga buat apa ? Memangnya mau tidur sama pacar ?”

Kudekap lagi pinggang Tante Reki, tapi kali ini mendekapnya dari depan. Karena aku ingin mencium bibirnya. Dan Tante Reki tersentak ketika aku mencium bibirnya sambil mempererat dekapanku.

Setelah ciuman itu terlepas, Tante Reki menonjok perutku perlahan, “Nyium tante kok ke bibir. “

“Bibir Tante sensual banget sih. Lagian di Eropa sih mencium bibir itu biasa dilakukan kepada keluarga dekat juga. Bukan hanya sama pacar aja. “

Tante Reki teresenyum dan memperhatikanku yang sedang melepaskan kemeja dan celana denimku. Akan menggantinya dengan celana pendek dan baju kausku.

Tiba – tiba dia memegang celana dalamku yang ada tonjolannya, “Ini apa ? Kok mengembung banget ? Iiiiih … Sam … apa ini ? “

Tanpa ragu kupelorotkan celana dalamku sampai paha, biar Tante Reki tahu bahwa yang dipegangnya barusan adalah batang kemaluanku yang sudah ngaceng. “Ini … pistolku Tante … hehehee … “

“O my God … ! “ Tante Reki terbelalak sambil mengepit sepasang pipinya dengan kedua tangannya. “Hiii … kirain ada barang yang disembunyikan di balik celana dalammu … !”

Kemudian Tante Reki langsung naik ke atas bed sambil membelakangiku. Seperti takut melihat batang kemaluanku yang sedang ngaceng ini.

Aku cuma tersenyum sendiri, sambil melepas celana dalamku, kemudian menggantinya dengan celana pendek putih dan baju kaus putih pula. Lalu melompat ke atas bed. “Katanya mau ngelanjutin ngobrol. Tapi malah membelakangiku gini, “ kataku sambil menggelitik pinggang Tante Reki.

Tante Reki gedebak – gedebuk kegelian “Saaam … geliiii … geliiiiii ….. hihihihiiii …. “

Setelah dia menelentang, barulah kuhentikan gelitikanku. Lalu :

“Tante … “

“Hmm ?” dia menatapku.

“Selain paha Tante yang padat kencang itu, apa perut Tante juga sekencang pahanya ?” tanyaku sambil menyelinapkan tanganku ke balik kimononya, di bagian perutnya.

Lalu kuusap – usap perutnya yang memang kecil dan kencang.

Tante Reki menoleh padaku, “Kencang kan ?” tanyanya sambil tersenyum.

“Iya … tapi Tante kalau mau tidur biasa pake beha dan celana dalam ? Itu kan kurang baik buat kesehatan. “

“Biasanya sih nggak pakai bra mau pun celana dalem. Tapi sekarang … takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. “

Aku duduk bersila sambil memegang tali kimono tanteku. “Sebaiknya tali kimono ini juga dilepaskan, supaya pernafasan Tante lebih lancar. “

Tante Reki diam saja ketika ikatan tali kimononya kulepaskan. Bahkan tiba – tiba dia menarik tanganku, sehingga aku terhempas ke atas perutnya. Lalu ia mendekap pinggangku sambil berkata perlahan nyaris tak terdengar, “Kamu udah nafsu kan ? Makanya punyamu ngaceng gitu … “

“Iya Tante. Soalnya Tantew terlalu menggiurkan … “ sahutku jujur.

“Tapi kamu ini kan keponakan tante, Sam … “

“Nggak apa – apa. Kan sekarang di rumah ini hanya ada kita berdua. Gak ada orang lain. “

Tante Reki menghela nafas panjang.

“Kenapa Tante ? Kayak yang susah gitu ?” tanyaku sambil menciumi sepasang pipinya. “Mau minta tolong bukain beha dan celana dalamnya ?”

“Terus kalau beha dan celana dalam tante sudah dilepasin mau ngapain ?” tanya Tante Reki sambil memejamkan matanya, seperti tak berani beradu pandang denganku.

“Yaaa … aku sih mau mengikuti alirannya saja … seperti mengikuti aliran air ke muara … “

“Hmmm … kalau Sam mau, tolong lepasin aja sama Sam … tapi … “

“Tapi apa Tante ?”

“Mmm … gak ah … lepasin aja deh beha dan celana dalam tante … mmm … tante ingin tau aja apa yang akan terjadi selanjutnya … “ sahutnya setengah berbisik.

“Ya udah … lepasin aja semuanya kalau Sam mau sih … “ kata Tante Reki sambil melepaskan kimononya, lalu menelungkup. Mungkin untuk memudahkanku melepaskan kancing kait behanya yang ada di bagian punggungnya.

Tapi aku tidak mendahulukan behanya. Aku mendahulukan celana dalamnya yang kutarik sampai terlepas dari kedua kakinya. Lalu kutepuk – tepuk pantat gede Tante Reki sambil berkata, “Woooow … pantat Tante lebih kencang lagi niii … “

Namun pandanganku tidak tertuju ke bokongnya, melainkan ke “sesuatu” yang tampak nyempil di antara kedua pangkal paha Tante Reki. Maka lalu kurenggangkan kedua paha kencang dan putih mulus itu. Lalu kuusapkan telunjuk dan jari tengahku ke bagian yang nyempil itu sambil berkata, “Kalau yang ini sih pasti lembek … “

Tante Reki mengejut sambil memekik perlahan, “Geliiiii … Saaaam … “

Lalu ia menelentang sambil berkata, “Tante suka kegelian kalau dipegang dari belakang kayak barusan … “

Maka tampaklah kemaluan Tante Reki yang jembutnya sangat tipis dan jarang itu, sehingga bentuk yang sebenarnya tampak jelas.

Aku pun tak kuat lagi menahan keinginan yang sudah menggelegak di dalam jiwaku ini. Lalu kuserudukkan mulutku ke memek berjembut tipis jarang itu.

Tante Reki tersentak sesaat. Tapi lalu terdiam pasrah ketika aku sudah mulai menjilati memeknya yang sudah kungangakan dengan kedua tanganku ini. Hanya desahannya yang terdengar, “Saaaam … aaaaaaaaahhhh … Saaaam ….. aaaaaa … aaaaah … “

Aku yang sudah menelungkup di antara sepasang kaki Tante Reki yang direnggangkan itu, merasa sudah menemukan jalan menuju kemenangan. Maka dengan cermat kujilati setiap bagian yang terjangkau oleh lidahku. Menjilati bibir luar (labia mayora) dan bibir dalamnya (labia minora) dengan sepenuh hasrat dan nafsu birahiku.

Tante Reki pun seperti sedang enjoy dengan apa yang sedang kulakukan ini. Ia hanya mengelus rambutku sambil berkata perlahan, “Kalau tau mau dijilatin gini sih, tadi jembutnya harus dicukur dulu Sam … “

Kuhentikan dulu jilatanku sambil menyahut, “Gak apa – apa Tante. Jembutnya tipis dan jarang sekali kok. “ Lalu kulanjutkan lagi aksi lidahku dibantu oleh kedua tanganku untuk mengangakan mulut vagina Tante Reki.

Semua itu kulakukan sambil mengalirkan air liurku sedikit demi sedikit. Berikutnya, kucari kelentit Tante Reki. Dan setelah kutemukan, kujilati kelentit tanteku habis – habisan. Membuat tanteku mulai mengejang – ngejang sambil meremas – remas rambutku. “Saaaam … oooooh …. Saaaam … Saaaaam … oooooh …. tante jadi horny Saaaam … horny sekaliiii Saaaaam … oooooh …. oooooh … Saaaam …. oooooh … “

Tante Reki menggeliat dan merintih, erotis sekali kedengarannya.

Bahkan pada suatu saat terdengar suaranya bernada memohon, “Saaaam … oooooh …. ma … masukin aja kontolmu Saaaam … tante udah horny sekali ni Saaam … !”

Bersambung

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

275