Bab 18 Orang Kecil Biasa

by Hendrick 16:38,Feb 02,2024
Stella kembali ke rumah.

Hari pun sudah malam.

Dia tidak berani memberi tahu Dicky dan ibunya kejadian hari ini, jadi dia diam-diam kembali ke kamarnya dan menangis.

Sampai keesokan paginya.

Baru pada saat itulah Jennie sadar kalau mata putrinya basah dan merah, dan langsung menghampirinya, "Stella, ada apa dengan matamu? Kamu menangis? Katakan, apa Dicky mengganggumu? Ibu sudah bilang, ceraikan Dicky, kamu ..."

"Bu, ini tidak ada hubungannya dengan Dicky."

Stella berpikir sejenak, tidak bisa menahan perasaan sedih lagi, jadi dia menceritakan semua yang terjadi kemarin.

Saat Jennie tahu kalau Gina sudah mengambil penghargaan putrinya, dia langsung marah, "Gina sialan! Dia menindas orang! Kontrak Sekolah Musik Internasional jelas kamu punya setengahnya, dia ..."

Semakin banyak bicara, Jennie semakin marah. Akhirnya, dia memegang tangan Stella, "Ayo pergi, Stella, pergi ke Keluarga Luardi untuk mencari keadilan!"

""Lupakan saja, Bu. Keluarga Luardi sedang memotong pita hari ini, aku tidak ingin dipermalukan lagi."

Stella menggelengkan kepalanya, "Nenek dan yang lainnya berpihak pada Gina, tidak ada yang mau mempercayaiku."

"Ini ..."

Jennie tidak bisa berbicara melihat putrinya menangis.

Dia tahu apa yang dikatakan putrinya itu benar.

Sejak kematian Chandra, anggota Keluarga Luardi menjadi tidak manusiawi.

"Sudahlah, kita mengakui kebisuan ini. Paling-paling, kita tidak berhubungan apa pun dengan Gina di masa depan."

Jennie menghela nafas tanpa daya.

Begitu selesai berbicara, Dicky juga terbangun, "Bu, Stella, pagi. Stella, matamu ..."

"Diam, Dicky!"

Jennie menjadi marah saat melihat Dicky.

"Bu, tolong jangan marah pada Dicky, oke? Dia tidak menyinggung perasaanmu."

Stella tersedak.

"Kenapa dia tidak menyinggung perasaanku? Dengan menikahimu saja dia menyinggung perasaanku!"

Jennie memaki dengan keras.

Merasakan ada yang salah dengan emosi Stella dan Jennie, Dicky pun bertanya, "Stella, apa suasana hatimu sedang buruk?"

"Tidak, aku hanya ..."

Stella tidak mau beritahu tentang 'Sekolah Musik Internasional' itu.

Tapi Jennie mendengus, "Bagian putriku di ambil oleh Gina. Bagaimana dia dalam suasana hati yang baik?!"

"Mengambil bagian?"

Setelah Dicky tahu alasannya, wajahnya menjadi gelap, "Stella , jangan khawatir, Gina tidak akan bisa mengambil kerja sama ini dari Keluarga Zuri ."

Dicky pun langsung mengirim pesan ke Wanda.

"Sudahlah, Dicky, berhentilah berpura-pura di sini! Bukannya kamu bilang kamu menyapa Keluarga Zuri? Kalau begitu, bagaimana Gina berani mengambilnya dari putriku?"

Jennie terlihat sinis, "Kalau Desmon setengahnya saja, putriku tidak akan dianiaya Keluarga Luardi! Sekarang, aku memberimu dua pilihan, kamu mencari Gina untuk memintanya mengaku kalau putriku berhak mendapat sebagian dari 'Sekolah Musik Internasional', atau kamu keluar dari rumah ini dan menceraikan putriku!"

"Bu, bisakah berhenti menyusahkan orang?"

Stella melihat Jennie dengan tidak senang.

Karena dia tahu.

Gina tidak bisa berkompromi.

Namun Dicky menjawab Jennie, "Bu, jangan katakan setengah dari pujiannya. Aku bisa membiarkan Gina mengaku langsung kalau kerja sama Keluarga Zuri adalah punya Stella. Karena tanpa Stella, Keluarga Zuri tidak akan bisa memotong pitanya!"

"Oke! Dicky, ini kamu yang katakan. Pria harus menepati janjinya, kalau kamu mengingkari janjimu, ceraikan putriku secepatnya! Jangan menunda-nunda."

Jennie takut Dicky menyesalinya, jadi langsung mengeluarkan ponsel untuk merekam.

Melihat ini, Stella mencoba membujuk Dicky untuk tidak bertindak gegabah karena marah, tapi Jennie langsung memanggil taksi, "Putri, ayo pergi! Kita pergi ke Keluarga Luardi sekarang. Aku ingin tahu bagaimana Dicky bisa membuat Keluarga Zuri tidak memotong pitanya!"



Setengah jam kemudian.

Stella dan yang lainnya pun sampai di vila Keluarga Luardi.

Keluarga Luardi sangat ramai hari ini.

Banyak keluarga kaya di Kota Bandung yang berteman dengan Keluarga Luardi datang untuk menyaksikan upacara tersebut.

"Nyonya Sania, selamat!"

"Gina memang putri kebanggaan Kota Bandung kami. Dia bisa menegosiasikan kerja sama dengan Keluarga Zuri."

"Mungkin dalam sepuluh tahun ke depan, Bandung tidak akan bisa menemukan wanita sehebat Gina lagi."

Mendengar pujian para tamu, Nyonya Sania dan Michael Howard sama-sama tertawa lebar.

Dan Gina berdiri di tengah kerumunan.

Mengenakan gaun yang indah yang sangat menawan, seperti peri dan membuat banyak pria muda mengaguminya.

Dan tiba-tiba.

Suara jijik terdengar dari vila Keluarga Luardi.

"Hei, Stella, kenapa kamu di sini?"

Jovines merasa tidak senang melihat keluarga Stella mendekat.

"Hah? Siapa wanita ini?"

Beberapa tamu melihat ke arah Stella.

"Dia gadis cacat dari Keluarga Luardi." Kata orang yang mengenali Stella, "Katanya, Dokter Dongga yang menyembuhkan kakinya!"

"Ternyata dia simpanan Keluarga Luardi, aku denga-dengar dia membunuh ayahnya sendiri …"

Saat semua orang sedang berbicara, Michael tiba-tiba menghampiri Stella, "Stella, bukannya kemarin aku sudah bilang jangan datang ke Keluarga Luardi selama tiga hari? Kenapa kamu ada di sini? Ingin menggaggu putriku lagi?"

"Bibi Ketujuh, aku ..."

Sebelum Stella berbicara, Jennie sudah marah, "Jovines, menantu laki-lakiku bilang kalau dia akan membuat Gina mengakui kalau kerja sama Keluarga Zuri di Bogor adalah kerja keras Stella, kalau tidak, Keluarga Zuri tidak bisa memotong pita!"

"Bu? Kamu sedang apa?"

Stella melihat ibunya dengan bingung.

"Sedang apa? Haha, tentu saja aku ingin semua orang tahu kalau menantuku punya kemampuan!"

Jennie sengaja menekankan kata 'kemampuan' karena dia ingin Dicky tidak bisa melakukannya untuk Keluarga Luardi, dan akhirnya bisa menceraikan Stella!

"Kemampuan? Haha, kalau Dicky benar-benar mampu, apa dia akan ditinggalkan oleh Gina? Biar kuberitahu, Jennie, kamu sedang bingung, ya?"

Jovines mencibir.

"Apa pedulimu? Lagi pula, ini kata-kata menantuku!"

Jennie meninggikan suaranya.

"Bu! Kamu ..." Melihat semua orang di Keluarga Luardi melihat Dicky, Stella langsung tahu apa niat ibunya.

Jennie mencoba memaksa Dicky untuk mencari jalan!

"Oh, Tuhan, siapa anak ini? Beraninya mengambil bagian Gina di depan umum?"

"Bukannya kamu sudah dengar Jennie bilang kalau dia menantunya? Dia pasti suami Stella."

"Apa suami Stella sangat hebat? Kenapa sampai bisa membuat Keluarga Zuri tidak bisa memotong pitanya?"

:Kamu membual, apa dia mengira dirinya menantu Eddy? Mungkin karena keluarganya iri dengan prestasi Gina, semuanya satu keluarga, dan saling sangat iri. Sungguh menyedihkan!" Kata beberapa anak kaya yang datang ke Keluarga Luardi.

Pada saat ini, saat Gina mendengar kata-kata Jennie, dia juga merasa geli, "Pfft, Dicky, apa yang bibi katakan benar? Aku tidak mau mengakui kalau kerja sama Keluarga Zuri di Bogor adalah milik Stella, dan Keluarga Zuri tidak akan memotong pita?"

"Ya."

Kata Dicky tanpa ekspresi.

"Lagi? Haha, Dicky, menurutmu Keluarga Zuri adalah keluargamu? Bilang tidak memotong pita, apa mereka akan mendengarkanmu? Kamu pikir kamu ini siapa? Kamu tidak puas sudah berpura-pura menjadi dokter ajaib, sekarang sudah mulai bertingkah lagi?"

Gina terlihat jijik melihat Dicky, "Aku beri tahumu, Dicky, Keluarga Zuri sudah mengumumkan daftar kerja sama 'Sekolah Musik Internasional' secara online, dan hanya ada namaku, Gina. Bagaimana kamu bisa memintaku untuk mengakui kalau ini milik Stella? Apa sama denganmu, menipu orang?"

"Tolonglah."

"Ini sudah zaman internet, semua berita bisa diketahui langsung di ponsel. Apa menurutmu Kota Bandung sama terbelakangnya dengan pegununganmu? Yang perlu sepuluh hari untuk menerima pesan?"

Sambil berbicara, Gina mengeluarkan ponselnya dan mencari daftar yang dikeluarkan Keluarga Zuri di Internet, kemudian memperlihatkan pada Dicky. "Dicky, apa kamu lihat kata-kata Gina?"

"Kalau kamu tidak bisa membaca, aku yang mengajarimu saja?"

Dicky tetap diam melihat wajah Gina yang menghina.

Dia juga tidak pernah menyangka.

Kekasih masa kecilnya berubah menjadi menjijikan seperti sekarang.

"Dicky, kamu lihat apa? Kalau kamu tidak senang dengan daftar namanya, kamu bisa pergi ke Courtyard Tiergaten untuk melaporiku."

Melihat Dicky menatapnya dengan dingin, Gina berkata lagi, "Tidak membiarkan Keluarga Luardi memotong pita? Kamu mempermalukan dirimu sendiri? Kamu benar-benar mengira mengenal orang Keluarga Zuri? Bukan dari lingkaran ini, mengapa memaksakan masuk ke kelas atas? Kamu lebih cocok untuk bertani di pegunungan seumur hidupmu, kamu ..."

"Cukup!"

Sebelum Gina selesai berbicara, Stella berbicara dengan gemetar, "Gina, kamu sudah meninggalkan dan menyakiti Dicky sekali, kenapa kamu ingin mempermalukannya lagi dan lagi?"

"Ya!"

"Dicky tidak kenal siapa pun dari Keluarga Zuri, memang kenapa? Apa salah kalau kita memperlakukan diri kita sendiri sebagai orang biasa?"

Stella meraih tangan Dicky dan pergi.

Tapi kali ini.

Ada keributan di luar Keluarga Luardi.

"Orang-orang yang memotong pita dari Keluarga Zuri sudah datang."

"Hah? Tuan Qadir, kenapa kamu?"

Saat melihat Rudy Qadir yang datang ke Keluarga Luardi, semuanya pun terkejut.

Bagaimana mungkin Keluarga Zuri yang begitu menghargai Keluarga Luardi, membiarkan Tuan Qadir yang satu-satunya master seni bela diri di Kota Bandung sebagai memotong pita?

"Tuan Qadir, kedatanganmu benar-benar membawa kemuliaan bagi Keluarga Luardi ku. Silakan."

Nyonya Sania langsung gembira melihat Rudy.

Gina langsung memuji, "Kedatangan Tuan Qadir benar-benar berkah bagi keluarga Luardi."

"Sudah, berhentilah memuji. Nona Wanda terluka dan dia tidak bisa datang, jadi dia memintaku untuk datang dan memotong pita."

Rudy melanjutkan, "Di mana guntingnya? Ayo mulai memotong pitanya."

Kata-katanya mengandung perintah yang tidak perlu dipertanyakan lagi.

Mendengar ini, keluarga Luardi langsung mencari gunting dan pita, "Tuan Qadir, silakan potong."

"Ya."

Rudy mengambil guntingnya.

Melihat pemandangan ini, Gina menghampiri Dicky, "Dicky, bukannya kamu bilang kalau aku tidak mengakui kerja sama Keluarga Zuri ini penghargaan Stella, Keluarga Zuri tidak datang untuk memotong pita? Lalu bagaimana dengan Tuan Qadir? Apa kamu menganggap master bela diri ini sebagai angin?"

"Lucu sekali saat Stella bilang kamu adalah orang kecil biasa. Dari sudut pandangku, kamu bahkan tidak sebaik orang kecil biasa!"

"Untung aku tidak menikah denganmu."

"Kalau tidak, aku yang akan malu sekarang,"

Mendengar ini, Stella menggigit bibir tipisnya erat-erat dan tidak berkata apa-apa.

Di sampingnya, Jennie berhasil dengan tujuannya dan berkata, "Dicky, sekarang masalahnya sudah selesai, apa lagi yang ingin kamu katakan? Tuan Qadir sudah datang untuk memotong pita, dan janjimu untukku dan Stella hanya omong kosong! Besok pagi, silakan pergi dan ceraikan Stella!"

Melihat ekspresi Jennie, tamu lain pun menunjukkan ekspresi penasaran.

Jovines bahkan mencibir, "Stella, sudah kubilang jangan datang ke Keluarga Luardi. Itu lebih baik bagimu, tetapi kamu tidak mendengarkan, sekarang malu, 'kan?"

"Kamu bukan Gina, dan kamu bukan Wanda. Dicky bahkan bukan Desmon. Bagaimana keajaiban bisa terjadi padamu?

"Kamu dengar omong kosong Dicky sepanjang hari, kamu benar-benar menganggap serius omong kosong orang desa?"

"Dia bilang Keluarga Zuri tidak akan memotong pitanya? Mungkin besok akan bilang bulan menabrak bumi!"

"Aku pikir, keluargamu sebaiknya pergi ke gunung untuk bertani, agar tidak ..."

Tepat saat Jovines menertawakan Stella, tiba-tiba telepon Rudy berdering.

"Baik, aku mengerti."

Setelah menutup telepon.

Rudy perlahan menyingkirkan guntingnya.

"Tuan Qadir, kenapa kamu tidak memotong pitanya? Bukannya barusan bilang ingin memotong pita?"

Michael dan yang lainnya melihat Rudy dengan bingung.

Tapi kata-kata Rudy selanjutnya membuat semua Keluarga Luardi terkejut, "Barusan, Keluarga Zuri meneleponku, mengatakan kalau hanya ingin bekerja sama dengan Stella dalam pembangunan 'Sekolah Musik Internasional'. Jika ada orang lain yang campur tangan, mereka akan membuat Keluarga Luardi menghilang dari Provinsi Jabar."

"Jadi aku tidak bisa memotong pita ini. Jika aku memotongnya, Keluarga Luardi akan binasa!"

Dia terdiam.

Vila Keluarga Luardi pun langsung hening.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

200