Bab 7: Kakak Senior

by Void Dust 13:58,Apr 04,2025
Mia datang ke Akademi Sunblaze sembilan tahun yang lalu.

Karena kakinya yang lumpuh, dia pun jarang muncul di depan umum. Dia masih sangat muda dan baru berusia awal dua puluhan tahun, sehingga banyak murid di akademi yang tidak menyadari keberadaannya.

Namun, Evander tahu betul bahwa pemahaman Mia tentang kultivasi sangatlah mendalam dan jauh melampaui para guru lainnya di akademi ini.

"Ya, dulu aku adalah murid sejati Akademi Samsara. Tapi, saat Turnamen Daftar Murid Terkuat sembilan tahun lalu, aku mengalami cedera parah. Kakiku terkena Air Kutukan Neraka yang membuatku tidak bisa berjalan dan kultivasiku merosot tajam. Setelah itu, aku pun datang ke Akademi Sunblaze."

Mia tersenyum pada Evander seolah menganggap semua itu bukan masalah besar. "Memanggilku 'Guru' membuatku terdengar begitu tua. Kalau kamu benar-benar bisa masuk ke Akademi Samsara, seharusnya kamu memanggilku dengan sebutan Kak Mia saja."

"Eh … " Evander tertegun sejenak.

"Setelah menyaksikan sendiri sikap Lucas hari ini dan mendengar apa yang dikatakan Guru, saya jadi tidak terlalu tertarik pada Akademi Samsara. Apa ada sekte besar lain di wilayah Eldoria yang bisa saya masuki?" tanya Evander.

"Ada," jawab Mia. "Benua Devaterra sangat luas dan dipenuhi gunung-gunung suci serta sungai-sungai besar yang tidak terhitung jumlahnya. Berbagai sekte, akademi, tempat suci, dan aliran keagamaan menguasai wilayah mereka sendiri."

"Tapi, kalau bicara soal kekuatan di wilayah Eldoria, aku tetap menyarankanmu untuk masuk ke Akademi Samsara. Hanya akademi seperti itu yang benar-benar bisa menjadi tempat untuk berlatih dan mendidik para murid. Di antara tiga akademi tertinggi di wilayah Eldoria, Akademi Samsara adalah akademi yang paling terbuka dengan fondasi yang paling kuat," jawab Mia,

"Baiklah, sepuluh hari lagi Akademi Samsara akan membuka pendaftaran. Aku harus bersiap sebaik mungkin," ujar Evander dengan tekad bulat.

Sebagai salah satu cabang dari Akademi Samsara, setiap tahun Akademi Sunblaze selalu kedatangan seorang utusan untuk merekrut murid baru. Hanya ada satu kuota yang tersedia dan biasanya akan diberikan kepada murid terkuat di akademi.

Dulu, Evander memang termasuk murid berbakat. Namun, baik dari segi usia maupun pengalaman, dia masih kalah jauh dibanding para murid senior di dalam akademi. Namun, sekarang dia yakin bisa lolos seleksi dan mendapatkan pengakuan dari utusan Akademi Samsara.

Gurunya benar. Benua Devaterra terlalu luas dan kota Sunblaze hanyalah tempat kecil yang tak berarti. Meskipun seseorang berhasil menjadi penguasa kota Sunblaze, dia tetaplah lelucon belaka di mata para elite dari kekuatan besar.

Lihat saja Lucas. Bajingan itu hanyalah murid biasa di Akademi Samsara. Namun, begitu dia datang ke kota Sunblaze, dia bertindak seolah menguasai segalanya. Dengan satu kata, dia bisa menentukan hidup dan mati seseorang. Bahkan Wali Kota pun tidak berani menyinggungnya dan harus bersikap hormat padanya.

Jika saja Gurunya tidak ada di sana, mungkin dirinya sudah mati sekarang. Jadi, apa gunanya masa depan jika dia tidak cukup kuat untuk melindungi diri?

Selain itu, Lillian si wanita licik itu mencuri Tulang Tempur Naga Air miliknya dan langsung melonjak ke puncak kekuasaan setelah menarik perhatian para petinggi Akademi Samsara. Masa dia bisa lolos hidup-hidup begitu saja?

Padahal, dia mencapai posisi itu dengan cara yang tidak terhormat!

Evander mengepalkan tangannya erat-erat. Baginya, tindakan Lillian adalah penghinaan yang tidak bisa dia lupakan begitu saja.

"Setelah aku masuk ke Akademi Samsara, hal pertama yang akan kulakukan adalah menghancurkan kalian sampai tidak bersisa," ujar Evander dengan tekad yang membara.

Dengan bimbingan Teknik Penjinak Naga Sembilan Dunia dan aura Kaisar Naga, tekad asli Evander perlahan berubah. Sedikit demi sedikit, aura kepemimpinan dan dominasi mulai muncul dalam dirinya. Dia mungkin tidak bermimpi setinggi langit, tetapi dia juga tidak akan membiarkan dirinya diinjak-injak oleh siapa pun.

Tanpa kekuatan, seseorang akan tertindas selamanya. Mereka hanya bisa hidup dalam ketakutan, selalu ragu dan bersembunyi, bahkan terpaksa bertahan hidup dengan cara yang menyedihkan.

Di dalam Menara Penjinak Naga Sembilan Dunia, bahkan Kaisar Naga yang merupakan makhluk legendaris tertinggi dengan kekuatan yang menembus langit pun pada akhirnya tetap terkekang hingga mati. Lalu, apa artinya keberadaannya sekarang?

Kaisar Naga mungkin telah gugur, tetapi namanya akan tetap dikenang sepanjang masa. Sementara Evander? Jika dia mati, tidak ada seorang pun yang akan peduli padanya.

Masa depan tidak pasti, yang ada hanyalah kehidupan ini. Jika begitu, kenapa tidak menjalaninya dengan bebas dan sepuas hati?

"Evander, energi spiritualmu sangat besar. Meskipun kamu berhasil mengalahkan Edwin, di Akademi Sunblaze masih ada beberapa murid inti lama yang tidak kalah kuat darinya. Kalau kamu benar-benar ingin mendapatkan posisi itu, kamu harus bersiap. Dalam waktu sepuluh hari, mustahil bagimu untuk bisa melakukan peningkatan level kultivasi, tapi kamu bisa memperkuat teknik bertarungmu."

Mia berkata sambil menunjuk ke salah satu rak buku di bawah jendela. "Ambil buku di rak kedua, baris pertama."

Evander segera mengambilnya. Pada sampul buku itu tertulis judul yang tegas: "Tinju Macan Halilintar."

"Tinju Macan Halilintar?" Evander membaca judul itu dengan pelan, lalu menyerahkan buku itu pada Mia.

Mia menggelengkan kepalanya, lalu berkata, "Mulai sekarang, kamu akan berlatih teknik ini. Tinju Macan Halilintar terdiri dari empat jurus. Aku sudah menuliskan catatanku di dalamnya. Kalau dalam sepuluh hari ke depan kamu bisa menguasai jurus pertama, kekuatanmu pasti akan meningkat dengan pesat."

"Baik!"

Evander tidak ragu sedikit pun. Ternyata Gurunya sudah menyiapkan semuanya sejak awal.

"Pergilah berlatih. Sebelumnya, aku hanya menyarankanmu untuk mempelajari Tinju Penghancur Langit yang biasa karena di Tahap Pengumpulan Energi ini kamu perlu fokus membangun fondasi, sedangkan teknik bertarung hanya menjadi pelengkap. Tapi, sekarang fondasimu sudah cukup kuat," kata Mia.

Setelah berpamitan dengan Mia, Evander kembali ke tempat tinggalnya di akademi.

Sebagai seorang murid biasa, tempat tinggalnya hanyalah sebuah rumah sederhana. Dulu, Evander hampir tidak pernah menginjakkan kaki di sana. Namun, setelah apa yang terjadi dengan keluarga Vale, kini tempat itu justru memberinya ketenangan.

Setelah duduk bersila, dia membuka buku pedoman Tinju Macan Halilintar. Rahasia teknik ini beserta penjelasan detailnya seakan langsung terpampang jelas di hadapannya. Hanya dalam satu jam, Evander sudah sepenuhnya memahami inti dari teknik tersebut.

Untuk menguasai seni bela diri, latihan di medan pertempuran adalah kunci!

"Tambang Glacian!"

Evander mengucapkan kata tersebut dengan tatapan tegas di matanya.

Tambang Glacian adalah tempat yang penuh bahaya. Manusia Iblis berkeliaran dan Binatang Iblis menguasai setiap sudutnya. Namun, di balik ancaman itu, tersimpan pula banyak kesempatan. Di sana banyak buah langka, mineral berharga, dan berbagai sumber daya yang dapat mempercepat kemajuan seorang kultivator. Tempat itu adalah tempat yang sempurna untuk berlatih.

Tanpa ragu-ragu, Evander pun segera berangkat ke sana.

Setelah berjalan sejauh sepuluh kilometer dari kota Sunblaze, dia telah tiba di gerbang kawasan tambang. Hamparan tanah gelap membentang sejauh mata memandang, sementara udara di sekitarnya dipenuhi aura buas yang menekan.

Evander menarik napas dalam-dalam dan merasa agak emosional. Belum lama ini, dia meninggalkan tempat ini dengan perasaan gentar. Namun, kini hatinya telah berbeda.

Enam bulan lalu, dia memasuki kawasan Tambang Glacian demi mencari peluang agar Lillian bisa segera menembus Tahap Kekuatan Dewa. Saat itu, tempat ini terasa begitu menakutkan baginya. Bahkan Akademi Sunblaze telah kehilangan ratusan muridnya di tempat ini.

Namun, kini Evander memiliki keyakinan untuk bisa menghadapi lawan yang berada di Tahap Kekuatan Dewa. Kali ini, dia datang bukan demi orang lain, melainkan untuk dirinya sendiri.

Tidak lama setelah memasuki area tambang, beberapa sosok buas langsung menerjangnya.

"Serigala Bulan? Mau mati rupanya!" Evander mendengus dingin, lalu melayangkan satu pukulan dahsyat.

Binatang Iblis seperti ini paling kuat hanya berada di tingkat kedua. Tiga ekor Serigala Bulan di depan matanya paling tidak setara dengan kultivator di Tahap Pengumpulan Energi tingkat ketujuh atau kedelapan. Jadi, mereka sama sekali bukan ancaman yang besar.

Tubuh Evander bergerak dengan gesit dan tiga pukulan berturut-turut pun menerjang Serigala Bulan itu. Dalam sekejap mata, tiga bangkai Binatang Iblis itu pun tergeletak di tanah.

Dasar makhluk tidak berguna!

Hanya Binatang Iblis tingkat kedua ke atas yang memiliki inti sihir dalam tubuhnya yang bisa diserap atau dijual oleh para kultivator. Sedangkan tiga ekor Serigala Bulan ini, bahkan untuk camilan pun tidak layak.

Bagi para kultivator yang masuk ke tempat berbahaya seperti ini untuk mencari harta karun, ada banyak cara untuk menyembunyikan keberadaan mereka.. Namun, kali ini Evander datang untuk berlatih. Jadi, dia tidak berusaha menyembunyikan auranya sedikit pun.

Dia terus melangkah maju dan tidak butuh waktu lama keberadaannya pun langsung menarik perhatian banyak binatang buas. Beberapa Binatang Iblis menyerang tanpa henti, tetapi semuanya berakhir dengan nasib yang sama.

"Binatang Iblis tingkat satu terlalu lemah, tidak ada tantangannya sama sekali." Dalam waktu singkat, Evander sudah memahami situasinya.

Kekuatan yang dia dapatkan dalam dua hari ini terlalu besar. Jika sebelumnya dia harus berhati-hati menghadapi Binatang Iblis seperti ini, kini mereka bukan lagi tandingannya. Satu pukulan saja sudah cukup untuk membunuh mereka dalam sekejap mata.

Jika dia masuk lebih dalam ke wilayah tambang, dia mungkin akan menghadapi makhluk yang lebih kuat. Dulu, dia tidak akan berani mengambil risiko seperti itu. Namun, sekarang dia melangkah maju tanpa ada keraguan sedikit pun.

"Manusia Iblis?"

Setelah berjalan sekitar lima kilometer lebih dalam, mata Evander tiba-tiba bersinar terang.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

50