Bab 1 Ibu Sakit Parah

by Sisca 09:35,Sep 06,2019
Tengah malam, rumah sakit.
Di koridor rumah sakit, seorang gadis muda menarik pergelangan tangan seorang laki-laki paruh baya yang hendak meninggalkannya, gadis itu menangis memohon padanya, “Ayah, aku mohon padamu, selamatkan ibuku, aku mohon selamatkan dia, dia sudah sekarat.”
“Ibu kamu sudah tidak bisa diselamatkan.” Laki-laki itu dengan dingin berusaha melepaskan tarikan tangan anaknya pada tangannya.
“Bisa, dokter bilang asalkan ada uang 1M mereka bisa melakukan operasi untuk menyelamatkan ibu, Ayah, aku mohon berikan kami 1M, ya?” Air mata sudah membasahi wajah polos gadis muda itu.
Laki-laki paruh baya itu tiba-tiba menggertakan giginya, menarik gadis muda itu mendekat padanya, melihat dekat wajah cantiknya yang selalu bisa menggertakkan hati para laki-laki, dan kini wajah itu diliputi awan mendung, Laki-laki itu menundukkan sedikit kepalanya, “Monica, kamu bisa menyelamatkan ibumu, tapi kamu harus berjanji satu hal padaku.”
“Hal apa, aku janji, aku janji.” Gadis muda itu dengan sigap mengangguk-anggukkan kepalanya, asalkan bisa menyelamatkan ibunya, sekalipun nyawanya akan dengan lapang dada ia pertaruhkan.
“Aku tahu kamu anak baik, kamu juga pasti sudah mendengar rencana pernikahan kakakmu dan anak dari perusahaan Lau kan?”
Gadis itu mengerdipkan kedua bola mata besarnya yang jernih, tidak tahu apa maksud dari perkataan ayahnya ini, dia menelan ludah dan menganggukan kepalanya, “Aku tahu!”
“Anak mereka terobsesi dengan kebersihan dan keaslian, dia suka gadis yang suci dan bersih, kakakmu sudah tidak suci lagi, aku ingin kamu menggantikan kakakmu di malam pertama mereka.”
Tubuh gadis yang kurus itu tiba-tiba lemas, dengan gemetaran melihat ayahnya, “Ayah, aku tidak mau!”
Laki-laki itu dengan dingin menggenggam erat tangan anaknya, dengan suara rendah berkata: “Ini adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibumu, asalkan kamu setuju, aku akan segera mengirim uang untuk biaya operasi ibumu, mungkin saja ibumu bisa terselamatkan, tapi kalau melewati 3 hari masa-masa bagus operasinya ini, ibumu sudah tidak punya harapan untuk hidup lagi.”
Sorotan mata gadis itu terlihat bimbang dan akhirnya dia menghela nafas, mengangkat wajah cantiknya memandang ayahnya, “Baiklah, aku setuju.”
“Anak pintar, berdandan dulu, besok malam adalah hari dimana kamu dibutuhkan, pasanganmu adalah putra dari perusahaan Lau, ayah jamin kamu tidak akan rugi.” Laki-laki itu dengan senang hati menepuk-nepuk bahu anaknya.
Asal tahu saja, semua wanita di kota ini berangan-angan bisa tidur dengan laki-laki ini.
Gadis muda itu dengan tubuhnya yang lemas duduk di atas kursi, sorotan matanya kosong, tapi ada satu hal yang membuatnya bahagia, ibunya akhirnya bisa diselamatkan.
Hari kedua, malam hari, di hotel mewah.
Kamar VVIP.
Kamar yang gelap, gadis muda itu dengan cemas duduk di atas ranjang, kedua tangannya saling bertautan dan mulai gemetaran.
Tiba-tiba, pintu kamar di dorong terbuka, dari pintu luar masuk bayangan tinggi tegap seorang laki-laki, dia menekan tombol power lampu dan sadar kalau tombol power lampu rusak.
Dan semua ini sudah direncanakan.
Gadis muda dengan nafasnya yang tak beraturan karena deg-degan turun dari ranjang, dia dengan tangannya yang gemetaran memeluk leher laki-laki itu, dengan kakinya yang tidak menginjak lantai dan bibir merahnya yang masih kaku mencium sebelah pipi laki-laki itu.
Setelah mencium, dan di saat dia tidak tahu selanjutnya harus berbuat apa, tiba-tiba, bagian belakang kepalanya di tahan oleh laki-laki itu.
Gadis itu belum sempat membalikkan badannya, bibir laki-laki yang kuat akan aroma bir di dalam kegelapan tanpa salah tepat berlabuh di bibir kecil gadis itu dan menciumnya.
“Uh...” bibirnya terkunci oleh bibir panas milik laki-laki itu.
Otak Monica Su tiba-tiba kosong.
Dia sedikit menolak nafas laki-laki asing yang dingin dan kuat masuk ke dalam tubuhnya.
Laki-laki itu dengan buas mencumbuinya hingga membuatnya kehabisan nafas, otaknya pusing, tubuhnya di dorong jatuh ke atas ranjang, ciuman laki-laki itu menguasai seluruh raga dan pikirannya.
Dan kejadian selanjutnya, sudah tidak bisa dijelaskan lagi dengan kata-kata.
Di kegelapan, air matanya luruh membasahi wajah...

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

374