Chapter 5: Uncle Ren
by 寻飞
10:29,Nov 28,2023
Sesampainya di koridor, Berni Wu memegang teleponnya dan berbisik, "Kak Wang, tolong beri aku waktu dua hari lagi. Aku janji akan segera membayar sewa.”
Dari seberang telepon, pemilik rumah dengan dingin menyela, "Aku sudah menyewakan rumah itu ke orang lain. Aku akan membuang barang-barangmu. Jangan salahkan kekejamanku karena aku juga harus hidup, jika semua penyewa sama denganmu,gimana aku makan?itu saja!Sial!”
“Kak Wang! Kak Wang!” Berni Wu coba omong sesuatu,tapi pihak lain sudah menutup telepon dengan cepat.
Berni Wu menatap layar hitam ponselnya dengan marah,dia hanya marah aja sekarang. Saat kakinya hendak menendang tempat sampah,emosinya kehilangan, dan dia buru-buru mengubah arah dan menendang dinding, lalu mendesah kesakitan kakinya. Dia terlalu miskin sekarang, dia juga tidak bisa menahan emosi dengan bagus seperti dulunya.
"Aku akan kembali rumah dulu,ada sedikit urusan ,tak usah khawatirya!" Berni Wu menjadi tenang setelah beberapa menit. Dia lalu membuka pintu seraya berkata kepada Simhao Wu di tempat tidur.
Orang tua itu hanya diam, seolah dia benar-benar tertidur. Namun saat pintu sudah tertutup, tubuh Simhao Wu yang meringkuk gemetar akhirnya perlahan bangkit dan mengeluarkan ponsel dari bawah bantal,ponsel itu terlihat mahal sekali ,ponesel itu punya satu nama “Ritu”.Dia tutup suara Ponsel itu dan buka internet.
Jika Berni Wu sampai tahu, anaknya itu pasti akan sangat terkejut! Karena dia telah menjual "Ritu(HP yang pernah dia memakai" senilai 60.000 hingga 70.000 yuan ke pegadaian!Tetapi,Berni Wu sudah pergi,dia harus segera pulang,unutk mengambil bagasinya
Berni Wu menyewa rumah di sebuah komplek apartemen pabrik pupuk. Total ada empat atau lima bangunan di seluruh kawasan tersebut, yang dibangun pada tahun 1980-an dan 1990-an. Dinding luarnya sudah terkikis bertahun-tahun dan warna aslinya tidak terlihat.Keadaannya memang seperti dompetnya. Masyarakat yang tinggal di sini adalah pekerja migran atau orang tua.Bisa dikatakan,jika seeokr anjing datang,juga akan diam diam aja.Kalau di malam ,tempat akan sangat tenang,dan hanya bisa lihat beberapa rumah-rumah yang lampunya menyala.Keuntungannya hanya satu,murah aja.
Begitu sampai di pintu masuk gedung, Berni Wu menemukan kopernya masih ada di sana seperti sampah. Dia hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum masam,dia tak omong apa-apa,diam-diam mengambil koper itu dan berjalan keluar.Dia tenang sekali,bukan karena apa sih.Dengan demikian,dia hanya bisa tidur dengan ayahnya aja,kamar rumah sakitnya lebih bagus.
“Berni, kau mau pergi melakukan perjalanan bisnis ya?”
Saat melewati gerbang, penjaga gerbang, Uncle Ren, menyapa sambil tersenyum. Ada sebatang rokok di mulutnya. Paman Renadalah satu-satunya satpam di kawasan tersebut. Radionya sering rusak sebelumnya. Karena Berni Wu kebetulan tahu sedikit tentang memperbaiki peralatan elektronik, jadi dia membantu membetulkannya, dan membuat mereka jadi akrab satu sama lain.
“Iya.” Berni Wu mengangguk dengan canggung.
Paman Rentersenyum memamerkan gigi kuningnya yang besar, lalu melambaikan tangan, "Baiklah, pergilah lebih awal dan kembalilah lebih awal. Sudah dua hari radio lamaku rusak lagi. Tolong bantu aku membetulkannya kalau kau ada waktu!"
Setelah ragu sejenak, Berni Wu meletakkan kopernya dan berkata, "Sebaiknya aku bantu membetulkannya sekarang. Aku tidak tahu kapan aku akan kembali lagi nanti."
Radio itu merupakan radio lama yang panjangnya sekitar setengah meter. Mungkin usianya sudah lebih tua dari Berni Wu. Sambil membongkarnya dia berkata, "Apa radio ini sudah sangat tua? Catnya sudah terkelupas."
“Manusia cenderung tidak bisa melepaskan hal-hal yang sudah terikat lama dengan mereka. Sama seperti burung yang lebih suka hidup di sebuah pohon yang sudah tua.”
Paman Renmemegang sebatang rokok di tangan kirinya, sementara tangan kanannya sibuk menggerakkan kipas berbentuk daun. Sambil tersenyum dia berkata, “Pura-pura tegar dan tidak mau meminta bantuan karena gengsi itu tidak ada gunanya kalau sebenarnya hancur di dalam. Itu namanya bukan tegar, tapi bodoh!”
Gerakan Berni Wu terhenti sejenak, merasakan ada sesuatu dalam kata-kata Uncle Ren. Sementara Paman Renmenghembuskan asap rokoknya lalu berkata sambil tersenyum, "Ada banyak hal yang terjadi di rumah akhir-akhir ini, dan tidak ada seorang pun yang bekerja shift malam di sini. Kalau kau ada waktu, bisakah kau mengambil shift malam menggantikanku selama beberapa hari?"
“Hah?” Berni Wu langsung bereaksi.
“Kalau diam maka kuanggap kau setuju. Kau bisa berlatih jaga sebentar, sementara aku pulang dulu!” Paman Renmenepuk bahu Berni Wu lalu keluar dari ruang satpam dengan tangan di belakang punggung. Dia menatap punggung Paman Rendengan perasaan sangat rumit. Dia tahu bahwa paman berpenampilan sederhana ini telah menggunakan caranya sendiri untuk mempertahankan martabat terakhirnya.
Ruang jaga satpam tidaklah besar, luasnya hanya lima atau enam meter persegi. Selain tempat tidur single, di dalam sana juga hanya ada meja kayu untuk tempat meletakkan radio. Dia melihat sekeliling, ada sebungkus rokok dan korek api di atas tempat tidur, serta beberapa bungkus mie instan bertumpuk di samping botol termos di bawah meja.
“Uncle Ren, terima kasih!” Berni Wu bergegas keluar. Paman Rentidak menoleh ke belakang, dia hanya mengangkat lengan kanannya dan melambaikan tangan beberapa kali.
Ketika seorang pria berada dalam kondisi paling tertekan, dia tidak perlu makan, tetapi dia harus menyalakan rokok. Dan Paman Renmemahami semua yang dia pikirkan. Malam itu, setelah mengantarkan makanan kepada sang ayah, Berni Wu tidur di ruang jaga satpam. Ruangan sederhana ini juga membuat Berni Wu merasakan kehangatan untuk pertama kalinya sejak ayahnya jatuh sakit. Dia akan tetap menangis kalau mengingat hal ini di masa depan.
Berni Wu terbangun sebelum fajar tiba. Dia tidak hanya merapikan bagian dalam dan luar ruangan, tetapi dia juga mencuci semua sepatu, kaus kaki, dan pakaian Uncle Ren. Saat ini, hanya itu yang bisa dia lakukan untuk menebus kebaikan Uncle Ren.
Sekitar pukul lima pagi, Paman Rendatang sambil bersenandung. Berni Wu berkata dengan wajah bersyukur, "Uncle, radionya sudah diperbaiki. Aku mau pergi bekerja!"
Paman Renmenahannya, lalu mengeluarkan mie instan dan dua mangkuk dari bawah meja. Dia mengerutkan kening dan berkata, "Kau kan sudah menggantikanku untuk jaga malam, jadi akan kutraktir mie supaya adil!"
"Uncle, aku ..." Berni Wu merasa tersentuh.
Paman Renmenyodorkan sumpit dengan paksa ke Berni Wu, "Jangan senang dulu. Aku belum menyelesaikan urusan keluargaku. Kau harus membantuku jaga akhir-akhir ini. Cepat makan dan segera pergi bekerja!"
Santapan sederhana berupa mie instan ini membuat mata Berni Wu berkaca-kaca. Di dunia ini ada yang menganggap makan mie instan itu sangat membahagiakan, dan ada pula yang menganggap makan mie instan itu menyedihkan. Tapi kali ini Berni Wu termasuk tipe orang yang pertama.
Setelah meninggalkan kompleks, dia diam-diam bersumpah untuk membayar kebaikan Paman Rendi masa depan. Lalu dia pergi menuju alamat yang diberikan oleh Susir Trans, yakni ke sebuah pasar grosir di sebelah barat kota.
Dari seberang telepon, pemilik rumah dengan dingin menyela, "Aku sudah menyewakan rumah itu ke orang lain. Aku akan membuang barang-barangmu. Jangan salahkan kekejamanku karena aku juga harus hidup, jika semua penyewa sama denganmu,gimana aku makan?itu saja!Sial!”
“Kak Wang! Kak Wang!” Berni Wu coba omong sesuatu,tapi pihak lain sudah menutup telepon dengan cepat.
Berni Wu menatap layar hitam ponselnya dengan marah,dia hanya marah aja sekarang. Saat kakinya hendak menendang tempat sampah,emosinya kehilangan, dan dia buru-buru mengubah arah dan menendang dinding, lalu mendesah kesakitan kakinya. Dia terlalu miskin sekarang, dia juga tidak bisa menahan emosi dengan bagus seperti dulunya.
"Aku akan kembali rumah dulu,ada sedikit urusan ,tak usah khawatirya!" Berni Wu menjadi tenang setelah beberapa menit. Dia lalu membuka pintu seraya berkata kepada Simhao Wu di tempat tidur.
Orang tua itu hanya diam, seolah dia benar-benar tertidur. Namun saat pintu sudah tertutup, tubuh Simhao Wu yang meringkuk gemetar akhirnya perlahan bangkit dan mengeluarkan ponsel dari bawah bantal,ponsel itu terlihat mahal sekali ,ponesel itu punya satu nama “Ritu”.Dia tutup suara Ponsel itu dan buka internet.
Jika Berni Wu sampai tahu, anaknya itu pasti akan sangat terkejut! Karena dia telah menjual "Ritu(HP yang pernah dia memakai" senilai 60.000 hingga 70.000 yuan ke pegadaian!Tetapi,Berni Wu sudah pergi,dia harus segera pulang,unutk mengambil bagasinya
Berni Wu menyewa rumah di sebuah komplek apartemen pabrik pupuk. Total ada empat atau lima bangunan di seluruh kawasan tersebut, yang dibangun pada tahun 1980-an dan 1990-an. Dinding luarnya sudah terkikis bertahun-tahun dan warna aslinya tidak terlihat.Keadaannya memang seperti dompetnya. Masyarakat yang tinggal di sini adalah pekerja migran atau orang tua.Bisa dikatakan,jika seeokr anjing datang,juga akan diam diam aja.Kalau di malam ,tempat akan sangat tenang,dan hanya bisa lihat beberapa rumah-rumah yang lampunya menyala.Keuntungannya hanya satu,murah aja.
Begitu sampai di pintu masuk gedung, Berni Wu menemukan kopernya masih ada di sana seperti sampah. Dia hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum masam,dia tak omong apa-apa,diam-diam mengambil koper itu dan berjalan keluar.Dia tenang sekali,bukan karena apa sih.Dengan demikian,dia hanya bisa tidur dengan ayahnya aja,kamar rumah sakitnya lebih bagus.
“Berni, kau mau pergi melakukan perjalanan bisnis ya?”
Saat melewati gerbang, penjaga gerbang, Uncle Ren, menyapa sambil tersenyum. Ada sebatang rokok di mulutnya. Paman Renadalah satu-satunya satpam di kawasan tersebut. Radionya sering rusak sebelumnya. Karena Berni Wu kebetulan tahu sedikit tentang memperbaiki peralatan elektronik, jadi dia membantu membetulkannya, dan membuat mereka jadi akrab satu sama lain.
“Iya.” Berni Wu mengangguk dengan canggung.
Paman Rentersenyum memamerkan gigi kuningnya yang besar, lalu melambaikan tangan, "Baiklah, pergilah lebih awal dan kembalilah lebih awal. Sudah dua hari radio lamaku rusak lagi. Tolong bantu aku membetulkannya kalau kau ada waktu!"
Setelah ragu sejenak, Berni Wu meletakkan kopernya dan berkata, "Sebaiknya aku bantu membetulkannya sekarang. Aku tidak tahu kapan aku akan kembali lagi nanti."
Radio itu merupakan radio lama yang panjangnya sekitar setengah meter. Mungkin usianya sudah lebih tua dari Berni Wu. Sambil membongkarnya dia berkata, "Apa radio ini sudah sangat tua? Catnya sudah terkelupas."
“Manusia cenderung tidak bisa melepaskan hal-hal yang sudah terikat lama dengan mereka. Sama seperti burung yang lebih suka hidup di sebuah pohon yang sudah tua.”
Paman Renmemegang sebatang rokok di tangan kirinya, sementara tangan kanannya sibuk menggerakkan kipas berbentuk daun. Sambil tersenyum dia berkata, “Pura-pura tegar dan tidak mau meminta bantuan karena gengsi itu tidak ada gunanya kalau sebenarnya hancur di dalam. Itu namanya bukan tegar, tapi bodoh!”
Gerakan Berni Wu terhenti sejenak, merasakan ada sesuatu dalam kata-kata Uncle Ren. Sementara Paman Renmenghembuskan asap rokoknya lalu berkata sambil tersenyum, "Ada banyak hal yang terjadi di rumah akhir-akhir ini, dan tidak ada seorang pun yang bekerja shift malam di sini. Kalau kau ada waktu, bisakah kau mengambil shift malam menggantikanku selama beberapa hari?"
“Hah?” Berni Wu langsung bereaksi.
“Kalau diam maka kuanggap kau setuju. Kau bisa berlatih jaga sebentar, sementara aku pulang dulu!” Paman Renmenepuk bahu Berni Wu lalu keluar dari ruang satpam dengan tangan di belakang punggung. Dia menatap punggung Paman Rendengan perasaan sangat rumit. Dia tahu bahwa paman berpenampilan sederhana ini telah menggunakan caranya sendiri untuk mempertahankan martabat terakhirnya.
Ruang jaga satpam tidaklah besar, luasnya hanya lima atau enam meter persegi. Selain tempat tidur single, di dalam sana juga hanya ada meja kayu untuk tempat meletakkan radio. Dia melihat sekeliling, ada sebungkus rokok dan korek api di atas tempat tidur, serta beberapa bungkus mie instan bertumpuk di samping botol termos di bawah meja.
“Uncle Ren, terima kasih!” Berni Wu bergegas keluar. Paman Rentidak menoleh ke belakang, dia hanya mengangkat lengan kanannya dan melambaikan tangan beberapa kali.
Ketika seorang pria berada dalam kondisi paling tertekan, dia tidak perlu makan, tetapi dia harus menyalakan rokok. Dan Paman Renmemahami semua yang dia pikirkan. Malam itu, setelah mengantarkan makanan kepada sang ayah, Berni Wu tidur di ruang jaga satpam. Ruangan sederhana ini juga membuat Berni Wu merasakan kehangatan untuk pertama kalinya sejak ayahnya jatuh sakit. Dia akan tetap menangis kalau mengingat hal ini di masa depan.
Berni Wu terbangun sebelum fajar tiba. Dia tidak hanya merapikan bagian dalam dan luar ruangan, tetapi dia juga mencuci semua sepatu, kaus kaki, dan pakaian Uncle Ren. Saat ini, hanya itu yang bisa dia lakukan untuk menebus kebaikan Uncle Ren.
Sekitar pukul lima pagi, Paman Rendatang sambil bersenandung. Berni Wu berkata dengan wajah bersyukur, "Uncle, radionya sudah diperbaiki. Aku mau pergi bekerja!"
Paman Renmenahannya, lalu mengeluarkan mie instan dan dua mangkuk dari bawah meja. Dia mengerutkan kening dan berkata, "Kau kan sudah menggantikanku untuk jaga malam, jadi akan kutraktir mie supaya adil!"
"Uncle, aku ..." Berni Wu merasa tersentuh.
Paman Renmenyodorkan sumpit dengan paksa ke Berni Wu, "Jangan senang dulu. Aku belum menyelesaikan urusan keluargaku. Kau harus membantuku jaga akhir-akhir ini. Cepat makan dan segera pergi bekerja!"
Santapan sederhana berupa mie instan ini membuat mata Berni Wu berkaca-kaca. Di dunia ini ada yang menganggap makan mie instan itu sangat membahagiakan, dan ada pula yang menganggap makan mie instan itu menyedihkan. Tapi kali ini Berni Wu termasuk tipe orang yang pertama.
Setelah meninggalkan kompleks, dia diam-diam bersumpah untuk membayar kebaikan Paman Rendi masa depan. Lalu dia pergi menuju alamat yang diberikan oleh Susir Trans, yakni ke sebuah pasar grosir di sebelah barat kota.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved