Bab 5 Sahabatmu

by Asher 10:01,Aug 25,2022
Vincent berjalan ke arah Leon dengan sangat ramah, mengulurkan tangannya dan ia letakkan di atas pundak Leon, "Sudah tiga tahun kita tidak bertemu, ayo foto untuk kenang-kenangan."

Leon menepis lengan tangan Vincent, lalu berkata dengan dingin, "Tidak tertarik."

"Kau...... kau berani menolak permintaanku?" Selama ini di Kota Jiangnan, Vincent bisa dibilang sangat populer, sebagian besar orang yagn bertemu dengannya pasti akan bersikap baik.

Seorang Leon yang diusir oleh Keluarga Zheng dari Yunzhou, siapa dia memangnya, beraninya dia menolak permintaannya.

Teman-teman di sekitarnya, melihat sikap leon terhadap Vincent itu, mulai membicarakannya.

"Leon Zheng, kau pikir kau masih adalah Tuan Muda Pertama Zheng?"

"Sekarang kau bukan siapa-siapa, kau bergantung pada istrimu untuk menghidupimu, tapi kau masih bersikap seperti itu pada CEO Li, apa kau sudah bosan hidup."

Leon mendengar hinaan teman-temannya itu, sama sekali tidak memedulikannya.

Di dalam hatinya, orang-orang ini tidak ada bedanya seperti semut yang ada di atas tanah, ia bisa membunuhnya dalam satu pukulan jika ia menginginkannya, mana mungkin ia peduli terhadap ucapannya.

Melihat teman-temannya membicarakan Leon, Vincent pun merasa tidak senang, dan berlagak berhati besar, "Kita semua adalah teman sekolah, dan teman kita Leon Zheng sekarang keadaannya sangat menyedihkan seperti ini, seharusnya kita memahami perasaannya."

Perkatannya itu terdengar sangat baik, namun sebenarnya menyindir Leon, mengatainya berkeadaan menyedihkan, seharusnya orang yang kehidupannya lebih baik memahami orang yang kehidupannya tidak baik.

Mendengar perkataan Vincent, teman-teman di sekelilingnya pun tersenyum, semua orang mengatakan bahwa Vincent sangat berhati besar, sangat baik hati.

Leon sama sekali tidak tertarik pada percakapan itu.

Tatapannya terus mencari seseorang di dalam kerumunan, ia ingin tahu apakah Henry sudah datang atau belum.

Setelah mencari cukup lama, tetap tidak melihat bayangan Henry, Leon pun menebak, mungkin dia memiliki masalah mendadak dan tidak bisa datang malam ini.

"Ayo jangan berdri di luar saja, aku sudah memesan ruangan private." kata Vincent sambil berjalan ke dalam Hotel Tianguan tanpa memedulikan perkataan teman-temannya.

Dia adalah orang paling sukses di kalangan teman-temannya, teman-teman lainnya juga ingin mengikuti langkahnya.

Melihat Vincent masuk ke dalam, teman-temannya pun juga mengikutinya, tidak menunggu teman-teman yang lainnya lagi.

"Leon, apa kau tidak masuk?" Grace membawa mobil Audi A5 putihnya, dan setelah memarkirkannya, ia berjalan ke sebelah Leon.

Grace mengenakan gaun panjang biru yang elegan, aura tubuhnya tampak sangat cantik dan anggun.

Leon menatap Grace, lalu berkata, "Sepertinya malam ini dia tidak akan datang."

Dia dan Henry adalah sahabat baik di universitas dulu, ia sangat mengerti bagaimana sifat Henry.

Ia tahu bahwa Henry tidak akan mungkin telat, lima menit lagi pesta reuni mereka akan segera dimulai, kalau tidak melihat dirinya, sepertinya dia tidak akan datang.

"Ayo kita masuk." Mendengar Leon berkata demikian, Grace pun berjalan ke arah Hotel Tianguan bersama dengan Leon.

Di ruang private nomor 202 Hotel Tianguan, ada tiga buah meja.

Orang yang kaya dan berkedudukan duduk di satu meja, yang kaya dan tidak berkedudukan di satu meja, dan yang payah duduk di satu meja.

"Alice, pengejarmu akhirnya datang juga." Kenny dan Vincent duduk bersama, memandangi Leon, tatapan matanya penuh dengan ejekan.

Alice duduk di sebelah kanan Vincent, mendengar perkataan Kenny, hatinya merasa sangat kesal, dengan tidak terima ia berkata, "Itu adalah masalah lama, tidak perlu diungkit lagi."

Kenny tersenyum dan berkata, "Alice, kudengar suamimu lumayan juga sekarang, wakil direktur bank Kota Jiangnan, kelak kalau aku ingin meminjam uang untuk bisnis, kau harus membantuku untuk merayu suamimu."

Alice tersenyum dan berkata, "Bagaimanapun kita adalah teman lama, masalah kecil seperti ini sudah seharusnya kulakukan."

Di meja lainnya yang penuh dengan teman-teman yang kaya namun tak berkedudukan, mereka juga sedang bercanda ria, menceritakan kejadian-kejadian yang terjadi semasa kuliah dulu.

Namun di meja yang paling menyedihkan, orang-orang semua diam, hampir tidak ada orang yang berbicara.

Beberapa tahun ini mereka menjalani kehidupan di tingkat yang paling rendah, mereka sudah pernah melakukan segala pekerjaan yang kotor mau pun lelah, tapi tetap saja mereka tidak mendapatkan kekayaan apa-apa.

Leon menatap wajah teman-teman yang ada di meja itu, meskipun dulu di universitas ia tidak pernah berkata apa-apa kepada mereka, tapi dia tetap duduk di sana.

Melihat Leon duduk di meja itu, Grace juga ikut duduk.

"Grace, kenapa kau duduk di sana?" Melhat Grace duduk di meja Leon, Kenny pun segera menghentikannya.

"Grace, mejua itu hanya untuk orang yang tidak kaya dan tidak berkedudukan, apa kau tidak malu duduk di sana?" Saat Alice sekolah dulu, hubungannya dengan Grace cukup baik, ia tahu bahwa keluarga Grace cukup kaya, oleh karena itu ia berbicara seperti itu padanya.

Meskipun hati Vincent merasa kesal, tapi ia tetap bersikap ramah, "Terserah Grace ingin duduk di mana, duduk di mana sama saja."

Mendengar perkataan Vincent, teman-teman lainnya pun tepuk tangan, memuji Vincent bahwa ia sangat hebat dalam berbicara dan melakukan segala hal, tidak merendahkan mereka hanya karena identitas mereka lebih rendah darinya.

"Ayo mulai suguhkan makanan." Setelah berkata seperti itu pada pelayan, Vincent berkata pada teman-temannya, "Henry Lin ada masalah keluarga, setengah jam kemudian baru dia akan datang, agar tidak mengganggu makan malam kita, dia menyuruh kita untuk makan terlebih dahulu."

Mendengar bahwa Henry akan datang nanti, Leon sangat ingin melihat bagaimana keadaan Henry sekarang.

Sangat wajar juga jika ia memberitahu Vincent kapan dia akan datang, bagaimanapun pesta reuni ini diadakan oleh Vincent, dia juga tidak tahu bahwa Leon sudah kembali.

Tak lama kemudian, makanan dan minuman pun diantarkan ke ruangan mereka.

Beberapa teman yang mabuk, mulai menangis tersedu-sedu, menceritakan penderitaannya selama beberapa tahun ini.

Ada beberapa orang teman juga, yang minum cukup banyak alkohol, dan membicarakan seindah apa kehidupannya beberapa tahun ini, seperti memiliki tunangan yang kaya dan sebagainya.

Tiba-tiba, seorang pria yang tampak ceria, tingginya seratus sembilan puluh cm, wajahnya tampak biasa, mengenakan kaos lengan pendek berwarna putih, masuk ke dalam ruangan, dan berkata dengan ramah, "Maaf teman-teman, aku ada masalah keluarga, membuat kalian menunggu lama."

Mendengar suara yang familiar itu, Leon membalikkan tubuhnya melihat ke arah sana, dan ia pun melihat sesosok bayangan yang familiar.

Sepertinya Henry tidak melihat Leon, begitu ia masuk, ia langsung berpelukan dengan Vincent, Kenny, dan yang lainnya, seolah sudah lama sekali tidak berjumpa dengan kawan lamanya.

"Leon, kenapa sahabatmu tampak seperti sahabat orang lain." Grace berbisik dengan pelan.

Leon tersenyum dan berkata, "Mungkin dia tidak melihatku."

Baru saja selesai bicara, Vincent merangkul pundak Henry, dan menunjuk ke arah Leon, "Sahabatmu dulu, apa kau tidak memeluknya?"

Henry menggelengkan kepalanya, menatap Leon dengan dingin, lalu berkata, "Sahabat dulu adalah masa lalu, sahabatku sekarang adalah kalian."

Setelah berkata demikian, ia lanjut minum dengan Vincet dan yang lainnya.

"Leon, jangan terlalu sedih." Melihat kejadian itu, Grace segera menghiburnya.

Leon tidak begitu terpengaruh akan sikap Henry padanya itu.

Setiap orang memiliki jalan yang dijalani masing-masing, dengan orang yang memiliki jalan berbeda, untuk apa bertele-tele.

Melihat Leon tidak marah, Vincent pun merasa bingung.

Bukankah Henry adalah sahabat bak Leon? Sekarang melihat pengkhianatan sahabat baiknya, tapi tidak merasa apa-apa.

Tak lama, Vincent dan yang lainnya pun sudah mulai mabuk, wajah mereka memerah, tubuh mereka penuh dengan aroma alkohol yang pekat.

Karena mereka minum terlalu banyak, toilet di dalam ruangan mereka pun terus penuh, dan terpaksa pergi keluar untuk menggunakan toilet umum.

Setelah mereka berjalan keluar, tatapan dingin Alice pun terarah pada Leon.

Tatapan Henry juga terarah pada Leon.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

140