chapter 7 Glen Datang
by Tanary
17:27,Nov 04,2023
Yulius ditampar tiga kali berturut-turut.
Dia sampai tersungkur ke lantai. Wajahnya bengkak, mulutnya berdarah karena giginya patah.
Mereka semua menganga melihat adegan barusan.
Tidak ada yang menduga Simon yang hanya sebatas seorang menantu yang menumpang hidup ini akan berani muncul dan bertindak.
Dulu, Simon hanya diam apabila ditindas.
Bahkan Rahel juga terperangah.
Dia sama sekali tidak menduga Simon akan menyelamatkannya dalam situasi ini, bahkan memberi pelajaran keras pada Yulius.
"Rahel, mulai hari ini, tidak akan kubiarkan siapa pun menindas dan menghinamu!"
Janji yang Simon katakan semalam tiba-tiba berkelebat di kepalanya.
Dia... sungguh-sungguh?
"Kurang ajar! Kamu hanya anjing yang kami pungut, berani sekali menerkam majikanmu!"
Tiba-tiba nenek berdiri dan membentak dengan lantang.
"Simon, lancang sekali kamu memukulku! Kubunuh kamu! Tidak ada yang bisa menghalangiku!"
Yulius bangun dari tanah, dan penuh dengan kemurkaan.
Simon dengan cekatan menarik kerah bajunya dan mengangkatnya, "Minta maaf pada Rahel!"
"Berengsek!"
Yulius meronta sekuat tenaga.
"Lancang sekali kamu membuat keonaran, dasar manusia tidak tahu terima kasih!"
"Pengawal! Cepat ringkus pria berengsek ini!"
Nenek yang sudah hilang kesabarannya langsung menyuruh beberapa orang untuk meringkus Simon.
Sekelompok pengawal yang mendengar teriakan pun langsung datang.
Mereka adalah orang pilihan dari para ahli bela diri.
Mereka langsung menyerang dan melancarkan beberapa jurus ke arah Simon.
Simon dengan tenang menghempaskan Yulius lalu satu per satu meladeni serangan mereka.
"Buak! Buk! Duak!"
Simon melancarkan pukulan bertubi-tubi dan berhasil melumpuhkan para pengawal dalam waktu belasan detik saja.
Semuanya tercengang, suasana sontak sunyi senyap.
Bagaimana Simon berubah jadi begitu tangguh?
Bukannya dia seorang pecundang?
Apa jangan-jangan selama di penjara dia berlatih bela diri sampai bisa jadi seperti kepala preman begini?
Simon mendengus lalu menginjak dada Yulius, "Minta maaf!"
Yulius mengerang kesakitan.
Nenek Xu sangat khawatir melihat cucu kesayangannya tidak berdaya, dia mengangkat tongkat berkepala naga lambang kekuasaannya dan berusaha berusaha menyelamatkannya.
"Jangan sentuh cucuku, lepaskan dia!"
Nenek nyaris memukul Simon dengan tongkat berkepala naga.
Secepat kilat, Simon menarik paksa tongkat berkepala naga itu.
"Krak!"
Tongkat kepala naga itu pun patah menjadi dua.
Nenek langsung gemetar, dia sangat tidak menyangka usahanya sia-sia belaka.
"Kubilang ... Minta maaf!"
Simon memicingkan mata dan menambah tekanan pada kakinya.
"Aku ..."
Yulius berusaha melepaskan diri, tetapi saat matanya beradu pandang dengan mata Simon, seluruh tulangnya terasa lemas, badannya membeku.
Tatapan mata itu sangat menakutkan!
Dia merasa Simon akan membunuhnya!
Simon yang terdesak pun langsung minta maaf pada Rahel, "Sepupuku, maaf aku salah. Tadi aku hanya asal menuduhmu."
Rahel menatap kosong, semua ini terasa seperti mimpi.
Seorang Yulius minta maaf padanya?
Melihat lawannya sudah melakukan apa yang diminta, Simon pun mengangkat kakinya dengan santai.
Yulius tergopoh-gopoh menghampiri Nenek Xu dan dengan muka sedih mencari pembelaan. "Nenek harus membelaku! Dia sudah menindasku!"
"Yulius, aku tidak akan melepaskan orang gila ini, hari ini juga kupastikan dia membayar perbuatannya."
Nenek Xu menatap cucunya dengan penuh kasih sayang lalu berteriak, "Lapor polisi! Minta petugas polisi ke sini! Aku ingin menuntut pecundang ini karena sengaja menyakiti orang lain, biar saja dia kembali masuk ke penjara!"
Nenek lanjut bicara sambil menunjuk Rahel sekeluarga, "Karena kalian berani kembali menampung Simon, maka kalian juga terlibat dalam kasus ini dan ikut bersalah. Aku akan mengeluarkan kalian semua dari Keluarga Xu!"
Ekspresi Rahel sekeluarga sontak pucat pasi.
"Nenek, kamu menutup mata saat cucu sembarangan menuduh Rahel. Sekarang saat aku memberinya pelajaran, kamu langsung memanggil polisi. Nenek pilih kasih atau mata nenek sudah buram?"
"Atau jangan-jangan, di keluarga ini hanya Yulius yang harus dihargai sedangkan yang lain tidak dianggap?"
Simon sengaja bertanya dengan santai.
"Kamu …"
Nenek Xu sangat marah, tetapi dia diam.
"Dasar kurang ajar! Simon, kamu masih punya nyali menentang nenek? Lebih baik kamu bersujud minta maaf dan mengakui kesalahanmu."
Lanni tidak bisa menahan diri dan langsung membentak Simon.
Perasaannya sangat kalut saat mendengar nenek mengambil keputusan untuk mengeluarkan mereka sekeluarga dari Keluarga Xu.
Lanni memang senang karena Simon sudah membela dan mempertahankan harga diri putrinya, tetapi kalau semua ini harus dibayar dengan mereka sekeluarga dikeluarkan dari Keluarga Xu, tentu Lanni tidak rela.
"Benar. Suruh dia berlutut minta maaf padaku, mungkin aku akan merubah keputusanku dan tidak jadi mengusir kalian."
Nenek pun turun dari takhta-nya dan ikut angkat bicara.
Simon tidak peduli, dia tetap berdiri pada pendiriannya.
"Rahel, cepat bujuk Simon untuk minta maaf! Cepat! Jangan biarkan keluarga kita berantakan."
Bagi Lanni tidak ada cara lain selain meminta Rahel membujuknya.
"Bu, cukup. Ini bukan salah kita. Aku tidak akan membiarkan Simon minta maaf."
Rahel menjawab dengan tegas.
Simon memang agak gegabah, tetapi ini semua demi membelanya.
Jadi, Rahel tidak mungkin membalas kebaikan Simon dengan air tuba.
Kemudian, dia menghampiri Simon dan berbisik, "Simon, pulanglah duluan, biar aku yang menyelesaikan urusan ini."
Dia khawatir jika tidak ada yang mau mengalah, akan terjadi keributan yang lebih besar.
"Telepon aku kalau butuh apa-apa."
Simon mengangguk, balik badan dan pergi dari tempat itu.
Tak seorang pun di Keluarga Xu berani menghadangnya.
"Nenek, dari dulu kamu sudah sudah sering membela Yulius, selama ini aku diam saja dan menuruti semua keputusanmu. Tapi hari ini, aku tidak akan diam. Dalam hal ini Yulius yang salah karena sengaja memfitnahku, dia yang harus minta maaf."
Sambil menatap tajam ke arah nenek, Rahel mulai angkat bicara setelah Simon hilang dari pandangannya.
Rahel bicara dengan tegas dan lantang.
Raut wajah nenek menegang.
Ada apa hari ini? Kenapa cucu menantunya yang hanya seorang pecundang tiba-tiba muncul sebagai pahlawan? Bagaimana cucu yang selalu tunduk menuruti perintahnya hari ini pun ikut menentangnya?
Tepat pada saat ini, beberapa tamu tak diundang masuk ke ruang tamu utama Keluarga Xu.
Rombongan itu dipimpin seorang laki-laki dengan wajah tegas dan aura yang kuat.
Di belakangnya ada beberapa pengawal berjas dan berkacamata hitam.
Perhatian Keluarga Xu pun terpusat pada mereka.
"Dia putra sulung dari Keluarga Song, Glen!"
Salah seorang dari Keluarga Xu langsung mengenalinya.
Keluarga Song adalah salah satu keluarga penguasa di Kota Tua. Mereka bukan tandingan keluarga menengah seperti Keluarga Xu.
Anehnya, Keluarga Xu tidak punya urusan dengan Keluarga Song, untuk apa putra sulung Keluarga Song mendatangi mereka?
Semua orang bertanya-tanya.
"Tuan Muda Glen, ada urusan apa datang ke sini? Apa ada yang bisa kami bantu?"
Nenek Xu memasang raut wajah yang sopan dan ramah saat menyambut tamu kehormatan yang datang ke kediamannya.
Glen Song tersenyum dan berkata santai, "Aku datang untuk minta maaf pada Simon."
Semua orang di Keluarga Xu tercengang mendengar ucapannya.
Dia sampai tersungkur ke lantai. Wajahnya bengkak, mulutnya berdarah karena giginya patah.
Mereka semua menganga melihat adegan barusan.
Tidak ada yang menduga Simon yang hanya sebatas seorang menantu yang menumpang hidup ini akan berani muncul dan bertindak.
Dulu, Simon hanya diam apabila ditindas.
Bahkan Rahel juga terperangah.
Dia sama sekali tidak menduga Simon akan menyelamatkannya dalam situasi ini, bahkan memberi pelajaran keras pada Yulius.
"Rahel, mulai hari ini, tidak akan kubiarkan siapa pun menindas dan menghinamu!"
Janji yang Simon katakan semalam tiba-tiba berkelebat di kepalanya.
Dia... sungguh-sungguh?
"Kurang ajar! Kamu hanya anjing yang kami pungut, berani sekali menerkam majikanmu!"
Tiba-tiba nenek berdiri dan membentak dengan lantang.
"Simon, lancang sekali kamu memukulku! Kubunuh kamu! Tidak ada yang bisa menghalangiku!"
Yulius bangun dari tanah, dan penuh dengan kemurkaan.
Simon dengan cekatan menarik kerah bajunya dan mengangkatnya, "Minta maaf pada Rahel!"
"Berengsek!"
Yulius meronta sekuat tenaga.
"Lancang sekali kamu membuat keonaran, dasar manusia tidak tahu terima kasih!"
"Pengawal! Cepat ringkus pria berengsek ini!"
Nenek yang sudah hilang kesabarannya langsung menyuruh beberapa orang untuk meringkus Simon.
Sekelompok pengawal yang mendengar teriakan pun langsung datang.
Mereka adalah orang pilihan dari para ahli bela diri.
Mereka langsung menyerang dan melancarkan beberapa jurus ke arah Simon.
Simon dengan tenang menghempaskan Yulius lalu satu per satu meladeni serangan mereka.
"Buak! Buk! Duak!"
Simon melancarkan pukulan bertubi-tubi dan berhasil melumpuhkan para pengawal dalam waktu belasan detik saja.
Semuanya tercengang, suasana sontak sunyi senyap.
Bagaimana Simon berubah jadi begitu tangguh?
Bukannya dia seorang pecundang?
Apa jangan-jangan selama di penjara dia berlatih bela diri sampai bisa jadi seperti kepala preman begini?
Simon mendengus lalu menginjak dada Yulius, "Minta maaf!"
Yulius mengerang kesakitan.
Nenek Xu sangat khawatir melihat cucu kesayangannya tidak berdaya, dia mengangkat tongkat berkepala naga lambang kekuasaannya dan berusaha berusaha menyelamatkannya.
"Jangan sentuh cucuku, lepaskan dia!"
Nenek nyaris memukul Simon dengan tongkat berkepala naga.
Secepat kilat, Simon menarik paksa tongkat berkepala naga itu.
"Krak!"
Tongkat kepala naga itu pun patah menjadi dua.
Nenek langsung gemetar, dia sangat tidak menyangka usahanya sia-sia belaka.
"Kubilang ... Minta maaf!"
Simon memicingkan mata dan menambah tekanan pada kakinya.
"Aku ..."
Yulius berusaha melepaskan diri, tetapi saat matanya beradu pandang dengan mata Simon, seluruh tulangnya terasa lemas, badannya membeku.
Tatapan mata itu sangat menakutkan!
Dia merasa Simon akan membunuhnya!
Simon yang terdesak pun langsung minta maaf pada Rahel, "Sepupuku, maaf aku salah. Tadi aku hanya asal menuduhmu."
Rahel menatap kosong, semua ini terasa seperti mimpi.
Seorang Yulius minta maaf padanya?
Melihat lawannya sudah melakukan apa yang diminta, Simon pun mengangkat kakinya dengan santai.
Yulius tergopoh-gopoh menghampiri Nenek Xu dan dengan muka sedih mencari pembelaan. "Nenek harus membelaku! Dia sudah menindasku!"
"Yulius, aku tidak akan melepaskan orang gila ini, hari ini juga kupastikan dia membayar perbuatannya."
Nenek Xu menatap cucunya dengan penuh kasih sayang lalu berteriak, "Lapor polisi! Minta petugas polisi ke sini! Aku ingin menuntut pecundang ini karena sengaja menyakiti orang lain, biar saja dia kembali masuk ke penjara!"
Nenek lanjut bicara sambil menunjuk Rahel sekeluarga, "Karena kalian berani kembali menampung Simon, maka kalian juga terlibat dalam kasus ini dan ikut bersalah. Aku akan mengeluarkan kalian semua dari Keluarga Xu!"
Ekspresi Rahel sekeluarga sontak pucat pasi.
"Nenek, kamu menutup mata saat cucu sembarangan menuduh Rahel. Sekarang saat aku memberinya pelajaran, kamu langsung memanggil polisi. Nenek pilih kasih atau mata nenek sudah buram?"
"Atau jangan-jangan, di keluarga ini hanya Yulius yang harus dihargai sedangkan yang lain tidak dianggap?"
Simon sengaja bertanya dengan santai.
"Kamu …"
Nenek Xu sangat marah, tetapi dia diam.
"Dasar kurang ajar! Simon, kamu masih punya nyali menentang nenek? Lebih baik kamu bersujud minta maaf dan mengakui kesalahanmu."
Lanni tidak bisa menahan diri dan langsung membentak Simon.
Perasaannya sangat kalut saat mendengar nenek mengambil keputusan untuk mengeluarkan mereka sekeluarga dari Keluarga Xu.
Lanni memang senang karena Simon sudah membela dan mempertahankan harga diri putrinya, tetapi kalau semua ini harus dibayar dengan mereka sekeluarga dikeluarkan dari Keluarga Xu, tentu Lanni tidak rela.
"Benar. Suruh dia berlutut minta maaf padaku, mungkin aku akan merubah keputusanku dan tidak jadi mengusir kalian."
Nenek pun turun dari takhta-nya dan ikut angkat bicara.
Simon tidak peduli, dia tetap berdiri pada pendiriannya.
"Rahel, cepat bujuk Simon untuk minta maaf! Cepat! Jangan biarkan keluarga kita berantakan."
Bagi Lanni tidak ada cara lain selain meminta Rahel membujuknya.
"Bu, cukup. Ini bukan salah kita. Aku tidak akan membiarkan Simon minta maaf."
Rahel menjawab dengan tegas.
Simon memang agak gegabah, tetapi ini semua demi membelanya.
Jadi, Rahel tidak mungkin membalas kebaikan Simon dengan air tuba.
Kemudian, dia menghampiri Simon dan berbisik, "Simon, pulanglah duluan, biar aku yang menyelesaikan urusan ini."
Dia khawatir jika tidak ada yang mau mengalah, akan terjadi keributan yang lebih besar.
"Telepon aku kalau butuh apa-apa."
Simon mengangguk, balik badan dan pergi dari tempat itu.
Tak seorang pun di Keluarga Xu berani menghadangnya.
"Nenek, dari dulu kamu sudah sudah sering membela Yulius, selama ini aku diam saja dan menuruti semua keputusanmu. Tapi hari ini, aku tidak akan diam. Dalam hal ini Yulius yang salah karena sengaja memfitnahku, dia yang harus minta maaf."
Sambil menatap tajam ke arah nenek, Rahel mulai angkat bicara setelah Simon hilang dari pandangannya.
Rahel bicara dengan tegas dan lantang.
Raut wajah nenek menegang.
Ada apa hari ini? Kenapa cucu menantunya yang hanya seorang pecundang tiba-tiba muncul sebagai pahlawan? Bagaimana cucu yang selalu tunduk menuruti perintahnya hari ini pun ikut menentangnya?
Tepat pada saat ini, beberapa tamu tak diundang masuk ke ruang tamu utama Keluarga Xu.
Rombongan itu dipimpin seorang laki-laki dengan wajah tegas dan aura yang kuat.
Di belakangnya ada beberapa pengawal berjas dan berkacamata hitam.
Perhatian Keluarga Xu pun terpusat pada mereka.
"Dia putra sulung dari Keluarga Song, Glen!"
Salah seorang dari Keluarga Xu langsung mengenalinya.
Keluarga Song adalah salah satu keluarga penguasa di Kota Tua. Mereka bukan tandingan keluarga menengah seperti Keluarga Xu.
Anehnya, Keluarga Xu tidak punya urusan dengan Keluarga Song, untuk apa putra sulung Keluarga Song mendatangi mereka?
Semua orang bertanya-tanya.
"Tuan Muda Glen, ada urusan apa datang ke sini? Apa ada yang bisa kami bantu?"
Nenek Xu memasang raut wajah yang sopan dan ramah saat menyambut tamu kehormatan yang datang ke kediamannya.
Glen Song tersenyum dan berkata santai, "Aku datang untuk minta maaf pada Simon."
Semua orang di Keluarga Xu tercengang mendengar ucapannya.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved