chapter 8 Menyelidiki Fakta Dibalik Kecelakaan Mobil

by Tanary 17:27,Nov 04,2023
Minta maaf?

Mana mungkin?

Apa Glen datang menyelamatkan Simon karena faktor kasihan?

Tidak mungkin, mereka berdua tidak saling berhubungan.

Selain itu, kedudukan sosial mereka tidak sebanding. Yang satu adalah putra sulung Keluarga Song, sedangkan yang satunya lagi hanya seorang menantu Keluarga Xu yang tidak berguna. Kalaupun harus minta maaf, harusnya Glen tidak perlu sampai datang.

Para anggota Keluarga Xu saling bertukar pandang.

"Tuan Muda Glen, aku tidak paham maksudmu."

Nenek Xu masih tidak mengerti.

"Kalau begitu akan kuceritakan semuanya."

Glen berkata, "Simon, menantu keluarga kalian, kemarin datang ke kantorku, membuat masalah dan melukai salah satu stafku."

"Dia juga mengarang cerita, katanya dia masuk ke penjara karena membuat kesepakatan denganku. Dia harus menanggung kesalahanku dan sebagai imbalan aku akan menolong perusahaan Keluarga Xu yang sedang kesulitan. Dia bertanya kenapa aku tidak menepati janji."

"Jadi, hari ini dia memintaku datang ke untuk meminta maaf secara langsung, karena kalau tidak kulakukan, dia akan membuat seluruh keluargaku menjadi debu."

"Aku sangat takut dengan ancamannya, jadi supaya selamat bukankah aku harus datang dan minta maaf padanya?"

Begitu mendengar penjelasan ini, seluruh Keluarga Xu terdiam dan mata mereka membelalak.

Akhirnya mereka sadar, kedatangan Tuan Muda Glen hari ini bukan datang untuk minta maaf.

Mereka datang dengan sepasukan orang berbadan kekar untuk balas dendam!

Dasar Simon tukang onar pembawa kesialan! Bisa-bisanya dia cari masalah dengan Tuan Muda Glen!

Nenek Xu pucat pasi karena ketakutan.

Dasar Simon bajingan!

Tidak ada keraguan lagi, semua sudah jelas.

Tuduhan percobaan pemerkosaan yang dijatuhkan pada Simon itu pasti benar.

Dia mengarang cerita hanya demi bisa bertahan menjadi bagian Keluarga Xu.

Rahel memberi Simon waktu tujuh hari untuk membuktikan bahwa dia tidak bersalah, tentu Simon harus mencari seseorang untuk dijadikan kambing hitam.

Tidak ada yang menyangka pria berengsek ini malah menjadikan Glen sebagai kambing hitam tanpa mempertimbangkan resikonya. Ini bukan perkara kecil, mana bisa dia menuduh seenaknya?

Terlebih lagi, bisa-bisanya dia nekat mendatangi kantor orang lain dan membuat kerusuhan!

Kalau mau mati, mati saja sendiri. Jangan menyeret Keluarga Xu!

"Tuan Muda Glen, kami tidak tahu-menahu soal ini, Simon melakukan semua sendiri, Keluarga Xu tidak ada urusan dengan semua ini."

Nenek Xu buru-buru memberi batas yang jelas.

"Di mana Simon?"

Glen melayangkan pandangannya ke tiap sudut ruang tamu.

"Tuan Muda Glen, pecundang itu sudah kami usir dari Keluarga Xu!"

Nenek Xu buru-buru menjawab.

"Oh ya? Tapi, aku tidak mau tahu. Dia diusir atau tidak, sama saja."

Glen mendengus dingin dan mengancam, "Karena dia memintaku datang ke Keluarga Xu untuk minta maaf, maka kalian yang harus membawanya padaku, kalau tidak ..."

Glen tidak melanjutkan kalimatnya, dia langsung balik badan dan mengajak kawanannya pulang.

Sebelum pergi, dia berpesan, "Kutunggu kedatangannya."

Begitu Glen keluar, Keluarga Xu gempar.

"Simon benar-benar pembawa sial! Belum cukup dia membawa masalah di Keluarga Xu? Bisa-bisanya dia membuat keonaran di kantor Tuan Muda Glen?"

"Dia pasti sudah gila! Kalau mau mati, jangan bawa-bawa Keluarga Xu!"

"Bedebah, bajingan! Kita tidak boleh memaafkannya!"

Semua orang menghujat Simon dengan penuh kebencian.

"Diam! Jangan menambah keributan!"

Saat ini Nenek Xu sudah kembali ke singgasana-nya dan berteriak dengan marah.

Suasana pun spontan hening kembali.

"Toni!"

Nenek Xu memanggil seseorang.

"Ya, Nenek."

Seorang pemuda berbadan kekar maju.

Dia adalah kerabat Keluarga Xu sekaligus menjadi tangan kanan Yulius yang cekatan.

"Bawa pengawal yang banyak untuk menemanimu, lalu cari Simon dan serahkan dia ke Keluarga Song!"

Nenek Xu memberi perintah.

"Nenek."

Yulius menyela, "Simon lumayan tangguh, aku ragu kita mampu menangkapnya."

Nenek Xu merenung.

Tak lama kemudian, dia melihat ke arah Rahel sekeluarga. "Karena kamu yang membawa masalah ini, kamu juga yang harus bertanggung jawab! Kalau kalian gagal, kupastikan kalian kucoret dari Keluarga Xu!"

"Toni, pergilah bersama mereka."



Sementara itu, di tempat lain.

Begitu Simon meninggalkan Keluarga Xu, dia berniat pergi menengok ibu dan adiknya.

Selama tiga tahun di dalam penjara, belum pernah sekali pun dia bertemu mereka.

Rencana awalnya dia akan langsung menengok mereka begitu bebas, tetapi semua rencananya batal karena urusan Glen.

Tiba-tiba, dia terpikir suatu kemungkinan.

Apa jangan-jangan dirinyalah target di balik kecelakaan mobil itu?

Dia tidak tahu siapakah sasaran yang diancam? Dia atau Rahel?

Kalau dalang kecelakaan mobil itu belum diketahui, tidak menutup kemungkinan bahwa mereka masih terancam. Simon sendiri tidak gentar, tetapi bagaimana kalau orang yang diincar itu Rahel?

Karenanya dia memutuskan untuk menemukan otak pelaku secepat mungkin supaya ancaman ini segera berakhir.

Sopir truk mabuk yang mengakibatkan kecelakaan itu, saat ini masih ditahan di kantor polisi.

Simon mendatangi kantor polisi dan mendapat izin untuk bicara dengan sopir itu.

Sepuluh menit kemudian, Simon diantar ke sebuah kamar.

Di dalam, ada seorang pria paruh baya duduk di kursi dengan kepala tertunduk dan tangan diborgol.

Orang tersebut adalah Markus Liu, sopir penyebab kecelakaan.

Dia mengangkat kepalanya dan melihat Simon, matanya memicing sejenak, tetapi segera kembali normal.

Gelagat ini langsung tertangkap oleh Simon.

"Bisa bicara?"

Simon berkata dengan santai.

"Siapa kamu? Mau bicara apa?"

Markus memasang tampang linglung.

"Kamu ingin membunuhku, tapi kamu tidak tahu siapa aku?"

Simon tersenyum tipis.

"Kamu orang yang kutabrak?"

Markus sepertinya menyadari sesuatu, dia menjawab, "Maaf, aku tidak bermaksud mencelakaimu. Hari itu aku mabuk berat, maaf."

"Tidak usah pura-pura."

Simon menyahut sinis, "Kamu hanya perlu menyebut siapa orang yang membayarmu untuk melakukan hal ini, aku tidak ingin menyusahkanmu."

"Tidak ada yang kusembunyikan, aku..."

Markus masih teguh pada pendiriannya.

Sebelum dia bisa menyelesaikan kata-katanya, Simon mengeluarkan sebuah jarum perak dan menusuk Markus.

Jarum perak khusus ini memang dia beli dalam perjalanan ke sini.

Keahlian medis yang diajarkan oleh Guru Keduanya bukan hanya untuk mengobati penyakit, tetapi juga bermanfaat untuk hal yang lain.

Ilmu Kejujuran.

Dengan menusuk salah satu titik akupunktur, kesadaran seseorang akan sedikit berkurang untuk beberapa menit sehingga oran gitu bisa mengutarakan rahasia yang tersimpan di hatinya.

Namun, cara ini sebenarnya hanya bisa diterapkan pada mereka yang mentalnya rapuh.

Yang penting, cara ini pasti berhasil untuk menghadapi orang biasa sekelas Markus.

Detik berikutnya, mata Markus mulai kabur dan pandangannya mulai tidak fokus.

"Siapa orang yang menyuruhmu?"

Simon duduk dengan santai dan bertanya dengan tenang.

"Dia... Yanuar Zhou."

Markus mengucapkan sebuah nama dengan nada seperti robot.

"Kenapa dia mau membunuhku?"

"Aku hanya menerima perintah untuk membunuhmu, aku tidak tahu apa-apa."

Yanuar Zhou?

Simon yakin dia tidak mengenal orang ini, kenapa orang itu mengincarnya?



Setelah menanyakan alamat Yanuar, Simon meninggalkan penjara dan mendatangi rumah Yanuar.

Setengah jam kemudian, dia tiba di depan sebuah vila mewah.

Vila dengan luas ribuan meter persegi itu terletak di daerah perumahan elit, jelas terlihat seberapa kaya si pemilik vila

Simon mengetuk pintu dan orang yang membukakan pintu adalah seorang pria bertubuh tinggi kekar.

Otot-ototnya menyembul dari balik pakaian yang dikenakannya. Tampaknya dia laki-laki ini memiliki keahlian bela diri yang tangguh.

Dia adalah tangan kanan Yanuar, Yongki Wu.

"Cari siapa? Sepertinya aku belum pernah bertemu denganmu."

Yongki bertanya dengan nada dingin.

"Aku mencari Yanuar."

Simon menjawab dengan santai.

"Pak Yanuar tidak meninggalkan pesan akan bertemu tamu, silakan pergi."

Yongki langsung mengusir.

"Suruh dia masuk."

Tiba-tiba, terdengar suara berat dari dalam.

Setelah mendapat perintah, Yongki pun mengantar Simon ke dalam vila.

Di ruang tamu, ada seorang pria paruh baya mengenakan setelan jas yang rapi, tengah duduk santai di sofa sambil membaca koran.

Saat dia melihat sosok Simon, otot wajahnya langsung menegang dan dia menyeringai lebar.

"Yanuar Zhou?"

Simon bertanya.

"Ya, itu aku."

Yanuar mengangguk.

"Kamu yang menyuruh seseorang membunuhku?"

Simon kembali bertanya.

"Ya, aku yang mengutus orang melakukannya!"

Yanuar berdiri, menatap Simon dengan tajam seperti sedang menguliti lawan. "Kamu datang untuk membuat perhitungan denganku?"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

250