chapter 8 Jeratan Tangan Naga

by Howie 22:09,Dec 07,2023
Willian memainkan ponselnya dan melihat Sandra yang sedang duduk di ruang tamu.

Mata mereka saling berpandangan, tapi Sandra langsung mengalihkan pandangannya.

Willian belum sempat membalas pesan Sonia, tapi wanita itu kembali mengirimkannya pesan.

"Tuan, saya tahu Anda berada di Kota Jola dan mungkin masih belum terlalu paham dengan kondisi kota ini. Jika Anda mengerjakan proyek distrik baru sendiri saja, Anda pasti akan merasa kesulitan. Di kota ini ada Keluarga Su yang mempunyai arah proyek yang sama dengan Anda. Jika Anda bekerja sama dengan mereka, saya yakin proyek Anda pasti akan jauh lebih sukses!"

Willian tidak menyangka bahwa Sonia akan membujuknya seperti ini.

Sepertinya Sonia panik, dia kembali mengirimkan pesan. "Jika Anda bekerja sama dengan Keluarga Su, saya akan melakukan apa yang Anda perintahkan."

Willian tertawa licik saat teringat sifat Sonia yang sombong, dia lantas membalas. "Apa pun permintaannya?"

"Benar!"

"Termasuk mengorbankan jiwa dan raga?" Willian ingin berbuat iseng pada Sonia.

Setelah semenit lebih, Sonia baru membalas pesannya. "Boleh, tapi saya punya syarat."

"Katakan saja."

"Anda harus bekerja sama dengan Sandra Su! Jika Anda setuju, saya akan memenuhi semua keinginan Anda!"

Willian tertegun, Sonia rela melakukan apa saja demi Sandra, persahabatan mereka membuatnya iri.

"Aku akan mempertimbangkannya."

Willian memasukkan ponsel ke saku celananya.

Dia membuka pintu kaca balkon. Sandra kembali ke kamar, mungkin dia sudah terlalu lelah.

Baru beberapa menit berlalu, tiba-tiba Sutarjo meneleponnya.

"Tuan Muda, maafkan saya. Cucu saya mencari nomor ponsel Anda di ponsel saya dan mengganggu Anda malam-malam begini."

Willian menyalakan rokoknya dan berkata, "Tidak masalah, kebetulan aku membutuhkan bantuanmu. Siapkan sebuah senapan dan dua peluru untukku, letakkan di vila Dragon Bay Komplek A, besok aku akan mengambilnya."

"Baiklah, Tuan Muda."

Willian berpikir, "Oh, ya! Mengenai proyek distrik baru itu aku akan bekerja sama dengan Keluarga Su. Biarkan Sandra Su sendiri yang mengerjakan proyek itu tanpa campur tangan anggota Keluarga Su yang lainnya!"

"Baik, besok saya akan memberitahukannya pada Leony."

Willian menutup teleponnya.

Dia merokok di sofa sambil memejamkan mata.

Di kamar.

Sandra berbaring di tempat tidur sambil memikirkan rencana hidupnya.

Panggilan masuk dari Sonia membuat Sandra terkejut.

"Sandra, aku sudah menghubungi orang yang memenangkan proyek itu! Dia sepakat untuk bekerja sama dengan Keluarga Su dan menunjukmu sebagai penanggungjawab!" Sonia berkata dengan antusias.

"Benarkah?" Sandra duduk, dia merasa sangat senang.

"Tentu saja! Kakek sendiri yang mengatakannya padaku! Kamu tidak perlu menikah dengan si babi atau si kurir itu!"

Sandra menepuk dadanya yang montok, kemudian dengan wajah memerah berkata, "Sonia, kira-kira kapan orang itu bisa meluangkan waktunya? Aku ingin berterima kasih padanya secara langsung!"

"Entahlah, aku juga belum pernah bertemu dengannya. Kakek menyita ponselku, nanti aku tanyakan dulu saja padanya. Sandra, orang itu datang di saat yang tepat, dia adalah malaikat penolongmu!"

"Iya, aku sangat bersyukur!" Sandra mengangguk berkali-kali.

"Sandra, aku akan menjemputmu, bagikan lokasimu padaku."

"Tdak perlu, hari ini aku terlalu lelah."

"Kalau begitu apam kamu tidur sekamar dengan kurir itu? Laki-laki dan perempuan tinggal dalam satu atap ..."

Sonia tidak melanjutkan perkataannya, tapi maksunya sudah sangat jelas.

Sandra tersenyum ringan dan berkata, "Aku dan dia tidur di kamar yang berbeda, kok! Sampai jumpa besok!"

Sandra menutup teleponnya.

Senyum manis menghiasi wajah cantik Sandra.

Tidak lama kemudian dia pun tertidur lelap.

Saat terbangun keesokan paginya, Sandra bangun dan melihat bahwa pakaiannya masih utuh.

Wanita itu keluar dari kamar dan melihat pintu kamar lain yang terbuka.

Dia masuk ke kamar itu dan melihat Willian berdiri terbalik dengan dua jari di atas batu bata tegak dan melakukan push-up.

Sandra terkejut.

Dia mempunyai beberapa teman yang suka melakukan olahraga di gym, tapi tidak ada satu pun temannya yang bisa melakukan push-up seperti itu.

Kali ini Sandra kembali dibuat heran dengan Willian.

"Kamu sudah bangun?"

Willian menyudahi latihannya dan berdiri.

"Kamu sedang berlatih apa?" tanya Sandra penasaran.

"Jeratan Tangan Naga."

Sandra tercengang dan bertanya, "Kamu hanya mengarang, 'kan?"

Willian menaruh ramuan khusus di tangannya, jika dia menjelaskannya pada Sandra, dia yakin kalau wanita itu tidak akan percaya padanya.

Bukan sembarang orang yang mampu menguasai teknik itu.

Konsep bela diri dikemukakan pada abad terakhir.

Kemampuan bela diri yang dimiliki Willian tidak hanya untuk tujuan kesehatan, tapi juga untk membunuh!

Di zaman sekarang, ada banyak orang yang akan berkomentar jika membahas tentang bela diri, tapi sebenarnya kebanyakan darimereka tidak dapat menggunakan bela diri untuk pertarungan yang sebenarnya.

Seorang ahli bela diri sejati tidak akan pernah memberitahu hal tersebut.

Sejak kecil Willian sudah berlatih bela diri.

Pak Tua pernah berkata, sebelum berlatih bela diri harus tahu etika terlabih dulu!

Bela diri bisa mendatangkan perdamaian!

Bela diri tidak hanya tentang memukul dan membunuh!

Bela diri adalah tameng negara!

"Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu, makanlah setelah kamu mandi." Willian menggerakkan jari tangannya, bisa dilihat dengan jelas kalau bengkak di jari yang sudah diolesi obat khusus itu perlahan berkurang.

Sandra menoleh dan melihat dapur yang masih terasa hangat karena Willian baru saja selesai memasak.

"Aku juga sudah menyiapkan peralatan mandi untukmu, aku merogoh banyak uang untuk membelikanmu sabun mandi madu berkualitas tinggi."

Sandra tertawa sambil menutup mulutnya.

Sutarjo mengiriminya pesan dan berkata bahwa peralatan yang dimintanya sudah dia letakkan di tempat yang sudah ditentukan.

William mengupas sebutir telur rebus dan memberikannya pada Sandra. Wanita itu menggigitnya dan berkata, "Nanti kamu pulang denganku, ya!"

"Untuk apa?"

"Aku mau mengambil KK, bukannya hari ini kita akan menikah?"

Willian mengupas telur rebus dan berhenti sejenak, kemudian bertanya, "Apa kamu sudah memikirkannya matang-matang?"

"Tentu saja! Apa kamu takut?"

"Tentu saja tidak!" Willian memakan sebutir telur dalam sekali telan.

"Kapan kita bertemu orang tuamu?"

"Sampai bayi itu lahir." Willian menyesap buburnya.

"Kenapa?" tanya Sandra sambil mengerutkan alisnya.

"Aku sudah banyak melanggar aturan keluarga. Aku khawatir mereka akan meremehkanmu. Jika kamu sudah melahirkan bayi itu, mereka pasti tidak bisa berbuat apa-apa."

Suasana tiba-tiba berubah.

Brak!

Sejak kecil sampai sekarang, Sandra selalu jadi pujaan.

Tapi kurir di depannya malah berkata kalau dirinya mungkin akan diremehkan oleh keluarganya.

"Maksudmu, aku hanya akan menjadi bebanmu?"

"Kamu jangan berkecil hati dulu, keluargaku cukup mudah dibujuk. Kamu cantik dan seksi, hanya saja latar belakang keluargamu kurang baik."

"Apa?"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

290