Bab 11 Hari Ini Saja
by Elisa
10:01,Jan 26,2021
Gavin hanya meletakkan barangnya untuk jongkok dan mengikat tali sepatunya, tak disangka ternyata ada pencuri yang hendak mengambil barang Gavin saat itu, Gavin pun langsung menangkap pergelangan tangan yang kecil itu.
Lucia pun dengan refleks langsung membalikkan kepalanya.
Di bawah sinar rembulan, wajah tampan sang pria yang tampak familiar itu pun langsung tersorot di matanya.
"Kau!" kemunculan orang yang Lucia pikir tak akan pernah ia temui lagi pun membuatnya sungguh terkejut.
Pupil mata Gavin juga tersorot ke arah Lucia, dia!
Gavin pun melepaskan genggaman tangannya.
"Kalau begitu, berarti kau yang menemukan handphoneku?" takdir ini benar-benar memalukan, Lucia hanya ingin semua ini segera berakhir, "Maaf tentang kejadian malam ini, aku ada urusan mendadak, oleh karena itu aku tidak bisa menepati janjiku, untuk masalah handphone, terima kasih!"
Ia langsung mengambil handphonenya dan hendak lari.
Namun Gavin dengan cepat berdiri di hadapannya, dan Lucia pun tak sengaja masuk ke dalam dekapannya.
Aroma mint yang lembut, aroma yang sangat familiar......
Dari kemeja tipisnya itu, Lucia sepertinya masih bisa mengingat otot yang kekar dan dada yang kokoh milik sang pria itu......
Lucia segera melangkah mundur ke belakang dan menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keras, tenang!
Gavin menundukkan kepalanya melihat ke arah wajah Lucia yang memerah, ia tersenyum, dengan suara yang sangat menggoda ia berkata, "Ucapan terima kasih ini tidak tulus sekali?"
"Hah?"
Lucia mengangkat kepalanya, ia melihat kedua bola mata sang pria itu sedang menatap dalam-dalam ke arahnya, oh ya, hari ini dia mengenakan rok! Dengan refleks, Lucia pun langsung menutupi bagian kerah dadanya yang agak sedikit rendah itu.
Gavin pun berkata dengan sedikit menggoda, "Setidaknya, kau harus membalasku dengan daging kan?"
Bulu kuduk Lucia langsung berdiri, hanya didengar dari nada bicaranya saja pun bisa diketahui, bahwa hari itu Lucia lah yang telah bersikap mesum kepada Gavin, tapi kekesalan dan pikiran pendek di hari itu sudah hilang sejak lama.
Lucia tersenyum malu, "Hari ini aku ada urusan, ganti hari lain saja ya."
Gavin langsung menggenggam pergelangan tangan Lucia yang kecil itu, sambil tersenyum licik, "Tak perlu ganti hari lain, hari ini saja."
..........
Satu jam kemudian, Lucia pun duduk di depan tumpukan daging bakar sambil tercengang.
Ternyata ini maksudnya membalasnya dengan daging......
Duh, karena terlalu lama bersama dengan Olivia, pikirannya semakin lama juga semakin kotor!
Gavin pun menyantap daging itu dengan lahap, sambil melirik ke arah Lucia yang sama sekali tak bergerak itu, "Perutmu sudah berteriak-teriak sejak di tempat parkir rumah sakit tadi, kenapa masih tidak makan juga?"
"Hehe." Lucia tertawa kecut sambil memasukkan daging babi di hadapannya itu ke dalam mulutnya dan mengunyahnya dengan keras, jujur saja, dia sangat amat lamar, dan dalam sekejam, tumpukan daging di hadapannya pun menghilang.
Kan dirinya sendiri yang membayar, Lucia pun akhirnya meminta sang pemilik restoran untuk menyuguhkan dua piring daging lagi, lalu menyantapnya dengan lahap, mencoba untuk tidak berkomunikasi dengan Gavin sepanjang malam itu.
Melihat Lucia yang makan dengan lahap itu, Gavin pun meletakkan sumpitnya, lalu menundukkan kepalanya dan mengusap bibirnya, sambil berkata, "Kita masih belum berkenalan, namaku......"
"Eh, berhenti, berhenti!" Daging yang ada di mulut Lucia itu hampir saja melompat keluar, ia segera menelannya lalu berkata, "Hubungan kita hanya...... hanya sebatas makan bersama satu kali ini saja, kelak kita tidak akan saling bertemu lagi, jadi kita tidak perlu saling memperkenalkan diri, namaku sangat sulit diingat, aku tidak akan menghabiskan sel-sel otakmu untuk mengingat namaku."
Oh, wanita ini menarik juga.
Gavin pun bersandar pada kursi dengan santai sambil memandangi Lucia makan, lalu berkata, "Sepertinya malam itu aku tidak cukup memuaskanmu ya, kalau begitu, beri aku satu kesempatan lagi?"
Lucia pun langsung tersedak dagingnya, ia menepuk-nepuk dadanya sambil melambaikan tangan dan berkata, "Bukan, bukan, jangan salah sangka."
Hubungan satu malam itu harus menunggu kesempatan yang tepat, saat ini mana mungkin Lucia punya waktu untuk memikirkannya atau bahkan keberanian untuk melakukannya?
Namun Gavin tampaknya tidak ingin melepaskannya begitu saja, "Kalau begitu kenapa?"
"Karena......" Lucia berpikir sejenak, "Karena aku sudah mau menikah! Untuk menghormati calon suamiku kelak, sebaiknya kita tidak saling mengenal!"
Lucia pun dengan refleks langsung membalikkan kepalanya.
Di bawah sinar rembulan, wajah tampan sang pria yang tampak familiar itu pun langsung tersorot di matanya.
"Kau!" kemunculan orang yang Lucia pikir tak akan pernah ia temui lagi pun membuatnya sungguh terkejut.
Pupil mata Gavin juga tersorot ke arah Lucia, dia!
Gavin pun melepaskan genggaman tangannya.
"Kalau begitu, berarti kau yang menemukan handphoneku?" takdir ini benar-benar memalukan, Lucia hanya ingin semua ini segera berakhir, "Maaf tentang kejadian malam ini, aku ada urusan mendadak, oleh karena itu aku tidak bisa menepati janjiku, untuk masalah handphone, terima kasih!"
Ia langsung mengambil handphonenya dan hendak lari.
Namun Gavin dengan cepat berdiri di hadapannya, dan Lucia pun tak sengaja masuk ke dalam dekapannya.
Aroma mint yang lembut, aroma yang sangat familiar......
Dari kemeja tipisnya itu, Lucia sepertinya masih bisa mengingat otot yang kekar dan dada yang kokoh milik sang pria itu......
Lucia segera melangkah mundur ke belakang dan menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keras, tenang!
Gavin menundukkan kepalanya melihat ke arah wajah Lucia yang memerah, ia tersenyum, dengan suara yang sangat menggoda ia berkata, "Ucapan terima kasih ini tidak tulus sekali?"
"Hah?"
Lucia mengangkat kepalanya, ia melihat kedua bola mata sang pria itu sedang menatap dalam-dalam ke arahnya, oh ya, hari ini dia mengenakan rok! Dengan refleks, Lucia pun langsung menutupi bagian kerah dadanya yang agak sedikit rendah itu.
Gavin pun berkata dengan sedikit menggoda, "Setidaknya, kau harus membalasku dengan daging kan?"
Bulu kuduk Lucia langsung berdiri, hanya didengar dari nada bicaranya saja pun bisa diketahui, bahwa hari itu Lucia lah yang telah bersikap mesum kepada Gavin, tapi kekesalan dan pikiran pendek di hari itu sudah hilang sejak lama.
Lucia tersenyum malu, "Hari ini aku ada urusan, ganti hari lain saja ya."
Gavin langsung menggenggam pergelangan tangan Lucia yang kecil itu, sambil tersenyum licik, "Tak perlu ganti hari lain, hari ini saja."
..........
Satu jam kemudian, Lucia pun duduk di depan tumpukan daging bakar sambil tercengang.
Ternyata ini maksudnya membalasnya dengan daging......
Duh, karena terlalu lama bersama dengan Olivia, pikirannya semakin lama juga semakin kotor!
Gavin pun menyantap daging itu dengan lahap, sambil melirik ke arah Lucia yang sama sekali tak bergerak itu, "Perutmu sudah berteriak-teriak sejak di tempat parkir rumah sakit tadi, kenapa masih tidak makan juga?"
"Hehe." Lucia tertawa kecut sambil memasukkan daging babi di hadapannya itu ke dalam mulutnya dan mengunyahnya dengan keras, jujur saja, dia sangat amat lamar, dan dalam sekejam, tumpukan daging di hadapannya pun menghilang.
Kan dirinya sendiri yang membayar, Lucia pun akhirnya meminta sang pemilik restoran untuk menyuguhkan dua piring daging lagi, lalu menyantapnya dengan lahap, mencoba untuk tidak berkomunikasi dengan Gavin sepanjang malam itu.
Melihat Lucia yang makan dengan lahap itu, Gavin pun meletakkan sumpitnya, lalu menundukkan kepalanya dan mengusap bibirnya, sambil berkata, "Kita masih belum berkenalan, namaku......"
"Eh, berhenti, berhenti!" Daging yang ada di mulut Lucia itu hampir saja melompat keluar, ia segera menelannya lalu berkata, "Hubungan kita hanya...... hanya sebatas makan bersama satu kali ini saja, kelak kita tidak akan saling bertemu lagi, jadi kita tidak perlu saling memperkenalkan diri, namaku sangat sulit diingat, aku tidak akan menghabiskan sel-sel otakmu untuk mengingat namaku."
Oh, wanita ini menarik juga.
Gavin pun bersandar pada kursi dengan santai sambil memandangi Lucia makan, lalu berkata, "Sepertinya malam itu aku tidak cukup memuaskanmu ya, kalau begitu, beri aku satu kesempatan lagi?"
Lucia pun langsung tersedak dagingnya, ia menepuk-nepuk dadanya sambil melambaikan tangan dan berkata, "Bukan, bukan, jangan salah sangka."
Hubungan satu malam itu harus menunggu kesempatan yang tepat, saat ini mana mungkin Lucia punya waktu untuk memikirkannya atau bahkan keberanian untuk melakukannya?
Namun Gavin tampaknya tidak ingin melepaskannya begitu saja, "Kalau begitu kenapa?"
"Karena......" Lucia berpikir sejenak, "Karena aku sudah mau menikah! Untuk menghormati calon suamiku kelak, sebaiknya kita tidak saling mengenal!"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved