Bab 8 Taktik Gilbert Jiangga
by Starry Nights
13:26,Jan 19,2024
Di dalam ruang tamu rumah Keluarga Goro.
Semua orang memandangi Moon yang sudah menutup telepon dengan wajah senang.
Nyonya Besar Goro menunjukkan ekspresi kejam di wajahnya dan langsung bertanya, "Bagaimana, Moon, apakah binatang tengil itu sudah dibawa masuk?"
Moon mengangguk-anggukkan kepalanya, "Ma, jangan khawatir! Kali ini Gayus mengurusnya sendiri, anak itu tidak akan pernah keluar sepanjang hidupnya!"
Dengan kata-kata ini, banyak orang di Keluarga Goro menunjukkan wajah senang.
"Seorang penduduk desa berani bertengangan dengan kami, sungguh tidak tahu diri!" komentar seorang anggota Keluarga Goro.
"Benar sekali, kali ini dengan bantuan Paman Kedua, jangankan keluar, masih tidak jelas berapa lama dia bisa bertahan di sana." Alice menunjukkan ekspresi yang sangat jahat.
Kejadian kemarin sungguh-sungguh merupakan aib besar baginya, suatu kehinaan yang mutlak.
Seluruh Keluarga Goro,dihajar habis oleh Gilbert, membuat pesta ulang tahun Nyonya Besar Goro menjadi semacam drama konyol.
Oleh karena itu, setiap anggota Keluarga Goro membenci Gilbert hingga ke tulang-tulang mereka.
Awalnya mereka tak berniat untuk mengurus Gilbert, paling-paling hanya ingin menendangnya, tapi mereka tak mengira bahwa Gilbert sendiri ingin mencari maut, jadi jangan salahkan mereka bertindak kejam.
"Lalu, bagaimana dengan nenek tua itu?" Alice melihat neneknya, menunjukkan tanda-tanda menunggu petunjuk.
Nyonya Besar Goro wajahnya menjadi dingin, "Apa lagi yang bisa dilakukan? Tentu saja kita akan membiarkannya kelaparan sampai mati, membeku sampai mati. Kandang anjing itu tidak ada makanan, tidak ada pemanas di dalam, hehe, dalam waktu tiga hari, kurasa dia akan menjadi mayat!"
"Benar, setelah ia mati, ambil foto dan kirim pada Gayus, suruh Gayus memperlihatkannya pada anak tengil bernama Gilbert itu, bagaimana akibatnya jika ia berani menantang Keluarga Goro!"
Harus diakui, Nyonya Besar Goro memang sangatlah kejam.
Mereka sama sekali tak berencana untuk melepaskan Nenek Bisu.
Setelah Gilbert pergi, Keluarga Goro segera menyusun rencana, menangkap Nenek Bisu dan membawanya kemari.
...
Di halaman besar Keluarga Jihan.
Keluarga Jihan, salah satu keluarga besar yang ternama di Kota Wulan.
Tak hanya itu, Keluarga Jihan berada di peringkat pertama di antara keluarga besar terbesar di Kota Wulan, benar-benar merupakan keluarga kelas atas sejati, tak bisa dibandingkan dengan Keluarga Goro yang biasa saja.
Saat ini, Kepala Keluarga Jihan, Henry Jihan, tampak khawatir di luar kamar tidur.
Bukan hanya dirinya saja.
Banyak anggota garis keturunan Keluarga Jihan sudah hadir di sana, dan menunggu di luar pintu kamar.
Sebab Tuan Besar Jihan, yang mendirikan dasar Keluarga Jihan, tiba-tiba jatuh sakit, dan mungkin beliau tidak bisa bertahan hingga malam ini, oleh sebab itulah para garis keturunan utama Keluarga Jihan hampir semuanya hadir. Mereka yang belum datang juga sedang dalam perjalanan menuju kemari, mereka khawatir tidak dapat melihat Tuan Besar untuk yang terakhir kalinya.
Sebuah tim medis ternama saat ini sedang melakukan pertolongan di dalam kamar.
"Kakak, bagaimana keadaan Papa?" Adik laki-laki Henry, Bara Jihan, datang dengan tergesa-gesa, begitu dia tiba di lantai atas, ia langsung menanyakannya.
Henry menggosok-gosok keningnya, dengan sangat sedih ia menjawab, "Kondisinya tidak menggembirakan!"
Mendengarnya, tubuh Bara tiba-tiba gemetaran, dengan susah payah ia berbisik, "Apa yang sebenarnya terjadi, bulan lalu ketika aku berkunjung, Papa masih sehat-sehat saja! Dan dokter bilang beliau sehat, bagaimana bisa tiba-tiba beliau sakit, dan bahkan sampai parah seperti ini?"
Ia sungguh-sungguh tidak bisa mempercayainya.
Ayahnya yang selalu sehat, tiba-tiba roboh.
Ia menggeleng-gelengkan kepala, Henry juga tak tahu harus berbuat apa.
"Tunggu sebentar, mungkin masih ada harapan!" katanya, sambil melihat pintu besar kamar yang tertutup rapat, ia terlihat sangat gelisah.
Tak lama kemudian, pintu pun terbuka, seorang dokter yang mengenakan jas putih keluar.
Ia merupakan seorang asing dengan rambut pirang.
"Dokter Jack, bagaimana keadaan ayah saya?" tanya Henry dengan tergesa-gesa.
Orang lain juga menatap dokter yang bernama Jack itu.
Dokter meneggeleng-gelengkan kepalanya sejenak, dengan rasa menyesal ia berkata dalam Bahasa Inggris, "Maafkan saya, Tuan Jihan, kami sudah berusaha sebaik mungkin. Selagi Tuan Besar masih sadar, masuklah dan lihat dia!"
"Apa?" Mendengar jawaban tersebut, semua anggota Keluarga Jihan tercengang.
"Dokter Jack, apakah sungguh-sungguh tak ada cara?" tanya Henry tidak puas.
Jack menggeleng-gelengkan kepala, "Tuan Jihan, Tuan Besar masih di dalam dan menunggu kalian. Masuklah!"
Walaupun tidak percaya bahwa ayahnya yang sehat tiba-tiba akan meninggalkan mereka, rasa ketidakpercayaan itu juga tak akan membantu. Mereka semua pun masuk ke dalam kamar.
Dalam kamar, Tuan Besar dengan rambut putih sedang berbaring tenang di tempat tidur, mulutnya diberi alat bantu pernapasan, dan sekeliling tempat tidur penuh dengan berbagai peralatan medis, sedangkan mesin EKG di sebelahnya terus memancarkan suara alarm.
Pagi ini, ia masih berbicara dan tertawa dengan bahagia, dan sekarang, malah sedang sakit seperti ini. Melihat ayahnya dalam kondisi seperti ini, Henry merasa hatinya hancur berkeping-keping.
Tuan Besar tersenyum tipis, tampak sangat tenang, dan menunjuk ke alat bantu pernapasnya.
Walaupun enggan, ada seseorang yang melepas alat bantu pernapasan itu.
"Tit, tit..." Handphone Henry bergetar, ia mendapat pesan singkat.
Namun, ia tidak langsung melihatnya, melainkan memilih untuk berbicara dengan Tuan Besar.
"Pa, bagaimana kalau kita mengundang Tabib Hebat Marcus Hua untuk datang memeriksamu?" Tiba-tiba, putri Henry, Youvita Jihan, memberikan usulan.
"Kenapa kita melupakannya?" Mendengar perkataan itu, Henry langsung menepuk pahanya, alisnya pun terbuka.
Marcus Hua adalah tabib hebat yang sangat terkenal di Kota Wulan, mungkin saja beliau memang sungguh mempunyai cara.
Memikirkan hal itu, ia mengeluarkan handphone-nya, hendak menelepon Marcus.
Hanya saja, baru saja ia mengeluarkan handphone-nya, tatapan matanya langsung tertarik pada isi pesan singkat di handphone-nya itu.
Isinya sangat sederhana.
"Aku bisa menyelamatkan Terrence Jihan, aku di Kantor Polisi Jalan Huangjin, setelah malam ini, kalaupun dewa besar turun ke dunia, Tuan Besar pasti akan mati - Gilbert Jiangga!"
Pesan singkat ini pasti akan membuat Henry marah jika terjadi beberapa jam yang lalu.
Tetapi sekarang, melihat pesan singkat ini, Henry seolah-olah terpaku.
Siapa Gilbert Jiangga ini?
Dan mengapa ia begitu yakin bisa menyelamatkan ayahnya?
Yang lebih penting, keadaan kesehatan ayahnya, selain Keluarga Jihan dan dokter pribadinya, serta tim medis, tidak ada orang lain yang seharusnya tahu. Tetapi sekarang, bagaimana mungkin seseorang tahu tentang ini?
Mungkin ada yang memberi tahu orang luar?
"Tidak peduli siapa kau, kalau kau berani mengolok-olokku, aku pasti akan membuatmu menyesal telah datang ke dunia ini!" pikirnya dengan dingin, kemudian ia pun menelepon Dokter Marcus, menceritakan situasinya, dan berkata pada Bara yang ada di sebelahnya, "Henry, carilah orang ini, pergilah ke Kantor Polisi Jalan Huangjin, bawa orang bernama Gilbert Jiangga kemari, ingat, lebih cepat lebih baik!"
"Pa, siapa Gilbert Jiangga? Mengapa kau ingin membawanya kemari?" Youvita menunjukkan ekspresi yang aneh setelah mendengar percakapan ayahnya.
Orang lain juga melihat Henry dengan kebingungan.
Di saat seperti ini.
Untuk apa kau pergi ke kantor polisi dan membawa seseorang bernama Gilbert Jiangga itu kemari?
"Kakak!" Bara ingin berkata sesuatu, namun dipotong oleh Henry, "Segera lakukan apa yang kukatakan, untuk apa omong kosong?"
"Baik!" Bara tidak rela, tapi tetap saja melakukannya.
Semua orang memandangi Moon yang sudah menutup telepon dengan wajah senang.
Nyonya Besar Goro menunjukkan ekspresi kejam di wajahnya dan langsung bertanya, "Bagaimana, Moon, apakah binatang tengil itu sudah dibawa masuk?"
Moon mengangguk-anggukkan kepalanya, "Ma, jangan khawatir! Kali ini Gayus mengurusnya sendiri, anak itu tidak akan pernah keluar sepanjang hidupnya!"
Dengan kata-kata ini, banyak orang di Keluarga Goro menunjukkan wajah senang.
"Seorang penduduk desa berani bertengangan dengan kami, sungguh tidak tahu diri!" komentar seorang anggota Keluarga Goro.
"Benar sekali, kali ini dengan bantuan Paman Kedua, jangankan keluar, masih tidak jelas berapa lama dia bisa bertahan di sana." Alice menunjukkan ekspresi yang sangat jahat.
Kejadian kemarin sungguh-sungguh merupakan aib besar baginya, suatu kehinaan yang mutlak.
Seluruh Keluarga Goro,dihajar habis oleh Gilbert, membuat pesta ulang tahun Nyonya Besar Goro menjadi semacam drama konyol.
Oleh karena itu, setiap anggota Keluarga Goro membenci Gilbert hingga ke tulang-tulang mereka.
Awalnya mereka tak berniat untuk mengurus Gilbert, paling-paling hanya ingin menendangnya, tapi mereka tak mengira bahwa Gilbert sendiri ingin mencari maut, jadi jangan salahkan mereka bertindak kejam.
"Lalu, bagaimana dengan nenek tua itu?" Alice melihat neneknya, menunjukkan tanda-tanda menunggu petunjuk.
Nyonya Besar Goro wajahnya menjadi dingin, "Apa lagi yang bisa dilakukan? Tentu saja kita akan membiarkannya kelaparan sampai mati, membeku sampai mati. Kandang anjing itu tidak ada makanan, tidak ada pemanas di dalam, hehe, dalam waktu tiga hari, kurasa dia akan menjadi mayat!"
"Benar, setelah ia mati, ambil foto dan kirim pada Gayus, suruh Gayus memperlihatkannya pada anak tengil bernama Gilbert itu, bagaimana akibatnya jika ia berani menantang Keluarga Goro!"
Harus diakui, Nyonya Besar Goro memang sangatlah kejam.
Mereka sama sekali tak berencana untuk melepaskan Nenek Bisu.
Setelah Gilbert pergi, Keluarga Goro segera menyusun rencana, menangkap Nenek Bisu dan membawanya kemari.
...
Di halaman besar Keluarga Jihan.
Keluarga Jihan, salah satu keluarga besar yang ternama di Kota Wulan.
Tak hanya itu, Keluarga Jihan berada di peringkat pertama di antara keluarga besar terbesar di Kota Wulan, benar-benar merupakan keluarga kelas atas sejati, tak bisa dibandingkan dengan Keluarga Goro yang biasa saja.
Saat ini, Kepala Keluarga Jihan, Henry Jihan, tampak khawatir di luar kamar tidur.
Bukan hanya dirinya saja.
Banyak anggota garis keturunan Keluarga Jihan sudah hadir di sana, dan menunggu di luar pintu kamar.
Sebab Tuan Besar Jihan, yang mendirikan dasar Keluarga Jihan, tiba-tiba jatuh sakit, dan mungkin beliau tidak bisa bertahan hingga malam ini, oleh sebab itulah para garis keturunan utama Keluarga Jihan hampir semuanya hadir. Mereka yang belum datang juga sedang dalam perjalanan menuju kemari, mereka khawatir tidak dapat melihat Tuan Besar untuk yang terakhir kalinya.
Sebuah tim medis ternama saat ini sedang melakukan pertolongan di dalam kamar.
"Kakak, bagaimana keadaan Papa?" Adik laki-laki Henry, Bara Jihan, datang dengan tergesa-gesa, begitu dia tiba di lantai atas, ia langsung menanyakannya.
Henry menggosok-gosok keningnya, dengan sangat sedih ia menjawab, "Kondisinya tidak menggembirakan!"
Mendengarnya, tubuh Bara tiba-tiba gemetaran, dengan susah payah ia berbisik, "Apa yang sebenarnya terjadi, bulan lalu ketika aku berkunjung, Papa masih sehat-sehat saja! Dan dokter bilang beliau sehat, bagaimana bisa tiba-tiba beliau sakit, dan bahkan sampai parah seperti ini?"
Ia sungguh-sungguh tidak bisa mempercayainya.
Ayahnya yang selalu sehat, tiba-tiba roboh.
Ia menggeleng-gelengkan kepala, Henry juga tak tahu harus berbuat apa.
"Tunggu sebentar, mungkin masih ada harapan!" katanya, sambil melihat pintu besar kamar yang tertutup rapat, ia terlihat sangat gelisah.
Tak lama kemudian, pintu pun terbuka, seorang dokter yang mengenakan jas putih keluar.
Ia merupakan seorang asing dengan rambut pirang.
"Dokter Jack, bagaimana keadaan ayah saya?" tanya Henry dengan tergesa-gesa.
Orang lain juga menatap dokter yang bernama Jack itu.
Dokter meneggeleng-gelengkan kepalanya sejenak, dengan rasa menyesal ia berkata dalam Bahasa Inggris, "Maafkan saya, Tuan Jihan, kami sudah berusaha sebaik mungkin. Selagi Tuan Besar masih sadar, masuklah dan lihat dia!"
"Apa?" Mendengar jawaban tersebut, semua anggota Keluarga Jihan tercengang.
"Dokter Jack, apakah sungguh-sungguh tak ada cara?" tanya Henry tidak puas.
Jack menggeleng-gelengkan kepala, "Tuan Jihan, Tuan Besar masih di dalam dan menunggu kalian. Masuklah!"
Walaupun tidak percaya bahwa ayahnya yang sehat tiba-tiba akan meninggalkan mereka, rasa ketidakpercayaan itu juga tak akan membantu. Mereka semua pun masuk ke dalam kamar.
Dalam kamar, Tuan Besar dengan rambut putih sedang berbaring tenang di tempat tidur, mulutnya diberi alat bantu pernapasan, dan sekeliling tempat tidur penuh dengan berbagai peralatan medis, sedangkan mesin EKG di sebelahnya terus memancarkan suara alarm.
Pagi ini, ia masih berbicara dan tertawa dengan bahagia, dan sekarang, malah sedang sakit seperti ini. Melihat ayahnya dalam kondisi seperti ini, Henry merasa hatinya hancur berkeping-keping.
Tuan Besar tersenyum tipis, tampak sangat tenang, dan menunjuk ke alat bantu pernapasnya.
Walaupun enggan, ada seseorang yang melepas alat bantu pernapasan itu.
"Tit, tit..." Handphone Henry bergetar, ia mendapat pesan singkat.
Namun, ia tidak langsung melihatnya, melainkan memilih untuk berbicara dengan Tuan Besar.
"Pa, bagaimana kalau kita mengundang Tabib Hebat Marcus Hua untuk datang memeriksamu?" Tiba-tiba, putri Henry, Youvita Jihan, memberikan usulan.
"Kenapa kita melupakannya?" Mendengar perkataan itu, Henry langsung menepuk pahanya, alisnya pun terbuka.
Marcus Hua adalah tabib hebat yang sangat terkenal di Kota Wulan, mungkin saja beliau memang sungguh mempunyai cara.
Memikirkan hal itu, ia mengeluarkan handphone-nya, hendak menelepon Marcus.
Hanya saja, baru saja ia mengeluarkan handphone-nya, tatapan matanya langsung tertarik pada isi pesan singkat di handphone-nya itu.
Isinya sangat sederhana.
"Aku bisa menyelamatkan Terrence Jihan, aku di Kantor Polisi Jalan Huangjin, setelah malam ini, kalaupun dewa besar turun ke dunia, Tuan Besar pasti akan mati - Gilbert Jiangga!"
Pesan singkat ini pasti akan membuat Henry marah jika terjadi beberapa jam yang lalu.
Tetapi sekarang, melihat pesan singkat ini, Henry seolah-olah terpaku.
Siapa Gilbert Jiangga ini?
Dan mengapa ia begitu yakin bisa menyelamatkan ayahnya?
Yang lebih penting, keadaan kesehatan ayahnya, selain Keluarga Jihan dan dokter pribadinya, serta tim medis, tidak ada orang lain yang seharusnya tahu. Tetapi sekarang, bagaimana mungkin seseorang tahu tentang ini?
Mungkin ada yang memberi tahu orang luar?
"Tidak peduli siapa kau, kalau kau berani mengolok-olokku, aku pasti akan membuatmu menyesal telah datang ke dunia ini!" pikirnya dengan dingin, kemudian ia pun menelepon Dokter Marcus, menceritakan situasinya, dan berkata pada Bara yang ada di sebelahnya, "Henry, carilah orang ini, pergilah ke Kantor Polisi Jalan Huangjin, bawa orang bernama Gilbert Jiangga kemari, ingat, lebih cepat lebih baik!"
"Pa, siapa Gilbert Jiangga? Mengapa kau ingin membawanya kemari?" Youvita menunjukkan ekspresi yang aneh setelah mendengar percakapan ayahnya.
Orang lain juga melihat Henry dengan kebingungan.
Di saat seperti ini.
Untuk apa kau pergi ke kantor polisi dan membawa seseorang bernama Gilbert Jiangga itu kemari?
"Kakak!" Bara ingin berkata sesuatu, namun dipotong oleh Henry, "Segera lakukan apa yang kukatakan, untuk apa omong kosong?"
"Baik!" Bara tidak rela, tapi tetap saja melakukannya.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved