Bab 20 Tukang Cari Masalah Datang
by Starry Nights
10:26,Jan 22,2024
"Terlalu berlebihan, dimana aku terlalu berlebihan, ini untuk kebaikannya. Vikri, kau tidak bisa melihat Gilbert hancur begitu saja, kan? Sebagai sahabat baiknya, kau seharusnya tahu, dalam keadaan seperti sekarang ini, tanpa kemampuan, tanpa latar belakang, kalau dia tidak berusaha keras, dia hanya akan menjadi parasit yang membusuk di dalam masyarakat ini, menjadi sesuatu yang memalukan!" ujar tersenyum sinis.
Vikri sejenak tidak bisa membantah.
Meski niatnya untuk menghina Gilbert, Reza malah membuatnya terdengar seolah itu untuk kebaikan Gilbert.
"Sudahlah, kita semua teman sekelas, sudah begitu lama tidak bertemu, masa lalu yang rumit seharusnya sudah terlupakan, kan?" ujar Putri dengan suara merdunya.
Bahkan Reza pun memberikan sedikit penghormatan kepada bidadari sekolah hingga tidak berkata apa-apa lebih lanjut.
Gilbert menundukkan matanya, seolah tidak mendengarkan perkataan mereka.
Vikri melihat Gilbert tidak menjawab sepatah kata pun. Ini membuat ia merasa kecewa pada teman baiknya dulu.
Vikri membela Gilber, tapi Gilbert malah diam seribu bahasa.
Setelah makan hot pot, mereka semua pergi ke KTV.
"Gilbert, kenapa kau tidak pergi beryanyi dengan mereka?" tanya seorang gadis pada Gilbert yang duduk sendirian.
Semua orang beryanyi, minum dan bermain game, tapi Gilbert berdiri di sudut seolah sedang bersantai.
Gilbert hanya setuju hadir dalam reuni ini untuk bertemu dengan teman-teman lamanya, tapi selain Vikri dan Putri, yang lainnya tidak terlalu suka padanya, membuatnya mulai berpikir untuk pergi.
Ketika dia sedang melamun, aroma lembut muncul.
Dia membuka matanya dan saling memandang.
Mata lawannya bersih, tampak sangat penasaran melihat Gilbert.
"Tidak tertarik!" ujar Gilbert acuh sambil berdiri bersiap-siap meninggalkan tempat itu.
Orang di sekitarnya seolah tidak melihat insiden ini.
Coco merasa Gilbert sangat aneh.
Ada semacam aura yang tidak jelas di tubuhnya.
Baik dalam menghadapi ejekan Reza atau tekanan Leo, dia tetap tenang seolah tidak peduli sama sekali, ini membuatnya penasaran pada Gilbert, sehingga terjadi insiden sekarang.
"Pang!"
Saat Gilbert akan pergi.
Pintu ruangan itu tiba-tiba ditendang oleh seseorang.
Suara keras terdengar.
Sejenak, semua orang memandang pintu itu.
Hanya melihat.
Seorang pemuda dengan lengan pendek, dikelilingi oleh beberapa pria besar berjas, melangkah masuk ke dalam ruangan.
Meski musim dingin, ia mengenakan lengan pendek.
Ototnya membengkak seperti naga.
Wajahnya sebagian tertutup tato, terlihat sangat ganas dan menakutkan.
"Aiyo, ramai sekali! Reza, kau memudahkan ku mencarimu!" ujar pemuda ini masuk dengan santai dan duduk.
Di belakangnya, delapan pria besar berjas berdiri berbaris di belakangnya dan aura mereka sangat kuat.
Sejenak, ekspresi semua orang berubah.
Terutama Reza.
Ketika melihat orang yang datang, dia bahkan tidak bisa menyembunyikan ketakutannya dan bertanya dengan takut, "Kak Deddy, kenapa datang ke sini?"
"Reza, berani sekali kau menutup teleponku!" Cibir pemuda bernama Kak Deddy sambil menyalakan sebatang rokok melihat Reza.
“Kak Deddy, kau salah paham, mana mungkin aku menutup panggilanmu, ponselku kehabisan baterai!”
"Benarkah?"
"Aku bersumpah, Kak Deddy, kalau aku benar-benar menutup panggilanmu, aku bersedia disambar petir."
Ketika Reza pikir Kak Deddy percaya padanya, tiba-tiba Kak Deddy mengangkat tangannya, menamparnya Reza, "Kau pikir bodoh?" tanya dia marah.
"Kenapa kau pukul orang?"
"Iya, ada masalah apa? Semua bisa dibicarakan baik-baik?”
“Kenapa harus pukul orang?"
Melihat Reza dipukul, banyak teman sekelas yang tidak tahan melihatnya, bahkan ada yang mengatakan akan lapor polisi dan menangkap Kak Deddy.
"Diam!" Teriak Reza tiba-tiba yang membuat semua orang terkejut.
"Kak Deddy memukulku karena menghargaiku, apalagi urusan ini tidak ada hubungannya dengan kalian semua, kalian tidak perlu campur tangan!" ujar Reza, lalu melihat ke Kak Deddy lagi.
"Kak Deddy, jangan khawatir, aku pasti akan segera mengembalikan uangmu, bisakah kau beri aku waktu beberapa hari lagi?"
Saat itu Reza terlihat seperti anjing kecil yang menggoyangkan ekornya untuk meminta belas kasihan.
"Kak Reza, apa yang kau bicarakan? Bagaimana mungkin kau berutang padanya, pabrik batubara keluargamu senilai miliaran!" ujar Leo terkejut.
Reza tidak ingin mempedulikan orang bodoh ini.
Dia hanya memohon kepada Kak Deddy dengan tatapan memelas.
Meskipun dipukul, dia tetap tersenyum.
"Jangan bilang aku tidak memberimu kesempatan, Reza, utang ini sudah kau tunggak beberapa bulan, jujur saja, malam ini kalau aku tidak mendapatkan uang lagi, aku mungkin tidak bisa menahan diri!" ujar Kak Deddy menyipitkan mata sambil menepuk pipi Reza.
"Jadi, Kak Deddy, apa kau inginkan?"
"Sangat mudah! Kudengar ada pacarmu di sini, bagaimana kalau kita gadai pacarmu, kuberi kau tiga hari, setelah tiga hari, kau kembalikan uang, aku lepaskan dia, kalau tidak, hehe, pada saat itu, jangan salahkan aku karena tidak sungkan padamu!" ujar Kak Deddy menyemburkan asap rokok ke wajah Reza.
Ekspresi Reza langsung berubah.
Dia sangat paham dengan orang-orang ini.
Kalau pacarnya berurusan dengan mereka, orang-orang ini tidak akan membiarkan pacarnya pergi dengan mudah. Dia tanpa sadar melirik Putri.
"Putri, bisakah kau pinjamkan uang padaku? Jangan khawatir, aku pasti akan segera mengembalikanmu!"
Putri sedikit mengernyit mendengar ini
"Berapa banyak yang kau butuhkan?" tanya dia.
"Tidak banyak, hanya 40 juta!"
"Apa?" Putri tidak sengaja berseru, "Empat puluh juta? Reza, kau bercanda, kan?”
Keluarganya memang kaya.
Tapi itu bukan uangnya!
Uangnya sendiri juga tidak sebanyak itu, dia mau pinjam dari mana untuk memberikan Reza?
Baru sekarang Kak Deddy memperhatikan Putri, matanya langsung bersinar, "Reza, apakah ini pacarmu?" tanya dia.
"Eh... ini..."
"Kau cukup pandai memilih! Pacarmu begitu cantik, aku tertarik padanya, biarkan dia menemaniku selama tiga hari, bunga berkurang separuh untukmu, hutang 100 juta cukup membayar 60 juta, bagaimana?"
"Kak Deddy, bukankah sebelumnya hanya 40 juta? Kenapa jadi 100 juta?" tanya Reza terkejut.
"Sebelumnya memang 40 juta, tapi, 40 juta itu tidak termasuk bunga?" ujar Kak Deddy sambil menepuk pipi Reza, "Ini karena kita sudah kenal lama, kalau tidak, tidak hanya 100 juta!"
Vikri sejenak tidak bisa membantah.
Meski niatnya untuk menghina Gilbert, Reza malah membuatnya terdengar seolah itu untuk kebaikan Gilbert.
"Sudahlah, kita semua teman sekelas, sudah begitu lama tidak bertemu, masa lalu yang rumit seharusnya sudah terlupakan, kan?" ujar Putri dengan suara merdunya.
Bahkan Reza pun memberikan sedikit penghormatan kepada bidadari sekolah hingga tidak berkata apa-apa lebih lanjut.
Gilbert menundukkan matanya, seolah tidak mendengarkan perkataan mereka.
Vikri melihat Gilbert tidak menjawab sepatah kata pun. Ini membuat ia merasa kecewa pada teman baiknya dulu.
Vikri membela Gilber, tapi Gilbert malah diam seribu bahasa.
Setelah makan hot pot, mereka semua pergi ke KTV.
"Gilbert, kenapa kau tidak pergi beryanyi dengan mereka?" tanya seorang gadis pada Gilbert yang duduk sendirian.
Semua orang beryanyi, minum dan bermain game, tapi Gilbert berdiri di sudut seolah sedang bersantai.
Gilbert hanya setuju hadir dalam reuni ini untuk bertemu dengan teman-teman lamanya, tapi selain Vikri dan Putri, yang lainnya tidak terlalu suka padanya, membuatnya mulai berpikir untuk pergi.
Ketika dia sedang melamun, aroma lembut muncul.
Dia membuka matanya dan saling memandang.
Mata lawannya bersih, tampak sangat penasaran melihat Gilbert.
"Tidak tertarik!" ujar Gilbert acuh sambil berdiri bersiap-siap meninggalkan tempat itu.
Orang di sekitarnya seolah tidak melihat insiden ini.
Coco merasa Gilbert sangat aneh.
Ada semacam aura yang tidak jelas di tubuhnya.
Baik dalam menghadapi ejekan Reza atau tekanan Leo, dia tetap tenang seolah tidak peduli sama sekali, ini membuatnya penasaran pada Gilbert, sehingga terjadi insiden sekarang.
"Pang!"
Saat Gilbert akan pergi.
Pintu ruangan itu tiba-tiba ditendang oleh seseorang.
Suara keras terdengar.
Sejenak, semua orang memandang pintu itu.
Hanya melihat.
Seorang pemuda dengan lengan pendek, dikelilingi oleh beberapa pria besar berjas, melangkah masuk ke dalam ruangan.
Meski musim dingin, ia mengenakan lengan pendek.
Ototnya membengkak seperti naga.
Wajahnya sebagian tertutup tato, terlihat sangat ganas dan menakutkan.
"Aiyo, ramai sekali! Reza, kau memudahkan ku mencarimu!" ujar pemuda ini masuk dengan santai dan duduk.
Di belakangnya, delapan pria besar berjas berdiri berbaris di belakangnya dan aura mereka sangat kuat.
Sejenak, ekspresi semua orang berubah.
Terutama Reza.
Ketika melihat orang yang datang, dia bahkan tidak bisa menyembunyikan ketakutannya dan bertanya dengan takut, "Kak Deddy, kenapa datang ke sini?"
"Reza, berani sekali kau menutup teleponku!" Cibir pemuda bernama Kak Deddy sambil menyalakan sebatang rokok melihat Reza.
“Kak Deddy, kau salah paham, mana mungkin aku menutup panggilanmu, ponselku kehabisan baterai!”
"Benarkah?"
"Aku bersumpah, Kak Deddy, kalau aku benar-benar menutup panggilanmu, aku bersedia disambar petir."
Ketika Reza pikir Kak Deddy percaya padanya, tiba-tiba Kak Deddy mengangkat tangannya, menamparnya Reza, "Kau pikir bodoh?" tanya dia marah.
"Kenapa kau pukul orang?"
"Iya, ada masalah apa? Semua bisa dibicarakan baik-baik?”
“Kenapa harus pukul orang?"
Melihat Reza dipukul, banyak teman sekelas yang tidak tahan melihatnya, bahkan ada yang mengatakan akan lapor polisi dan menangkap Kak Deddy.
"Diam!" Teriak Reza tiba-tiba yang membuat semua orang terkejut.
"Kak Deddy memukulku karena menghargaiku, apalagi urusan ini tidak ada hubungannya dengan kalian semua, kalian tidak perlu campur tangan!" ujar Reza, lalu melihat ke Kak Deddy lagi.
"Kak Deddy, jangan khawatir, aku pasti akan segera mengembalikan uangmu, bisakah kau beri aku waktu beberapa hari lagi?"
Saat itu Reza terlihat seperti anjing kecil yang menggoyangkan ekornya untuk meminta belas kasihan.
"Kak Reza, apa yang kau bicarakan? Bagaimana mungkin kau berutang padanya, pabrik batubara keluargamu senilai miliaran!" ujar Leo terkejut.
Reza tidak ingin mempedulikan orang bodoh ini.
Dia hanya memohon kepada Kak Deddy dengan tatapan memelas.
Meskipun dipukul, dia tetap tersenyum.
"Jangan bilang aku tidak memberimu kesempatan, Reza, utang ini sudah kau tunggak beberapa bulan, jujur saja, malam ini kalau aku tidak mendapatkan uang lagi, aku mungkin tidak bisa menahan diri!" ujar Kak Deddy menyipitkan mata sambil menepuk pipi Reza.
"Jadi, Kak Deddy, apa kau inginkan?"
"Sangat mudah! Kudengar ada pacarmu di sini, bagaimana kalau kita gadai pacarmu, kuberi kau tiga hari, setelah tiga hari, kau kembalikan uang, aku lepaskan dia, kalau tidak, hehe, pada saat itu, jangan salahkan aku karena tidak sungkan padamu!" ujar Kak Deddy menyemburkan asap rokok ke wajah Reza.
Ekspresi Reza langsung berubah.
Dia sangat paham dengan orang-orang ini.
Kalau pacarnya berurusan dengan mereka, orang-orang ini tidak akan membiarkan pacarnya pergi dengan mudah. Dia tanpa sadar melirik Putri.
"Putri, bisakah kau pinjamkan uang padaku? Jangan khawatir, aku pasti akan segera mengembalikanmu!"
Putri sedikit mengernyit mendengar ini
"Berapa banyak yang kau butuhkan?" tanya dia.
"Tidak banyak, hanya 40 juta!"
"Apa?" Putri tidak sengaja berseru, "Empat puluh juta? Reza, kau bercanda, kan?”
Keluarganya memang kaya.
Tapi itu bukan uangnya!
Uangnya sendiri juga tidak sebanyak itu, dia mau pinjam dari mana untuk memberikan Reza?
Baru sekarang Kak Deddy memperhatikan Putri, matanya langsung bersinar, "Reza, apakah ini pacarmu?" tanya dia.
"Eh... ini..."
"Kau cukup pandai memilih! Pacarmu begitu cantik, aku tertarik padanya, biarkan dia menemaniku selama tiga hari, bunga berkurang separuh untukmu, hutang 100 juta cukup membayar 60 juta, bagaimana?"
"Kak Deddy, bukankah sebelumnya hanya 40 juta? Kenapa jadi 100 juta?" tanya Reza terkejut.
"Sebelumnya memang 40 juta, tapi, 40 juta itu tidak termasuk bunga?" ujar Kak Deddy sambil menepuk pipi Reza, "Ini karena kita sudah kenal lama, kalau tidak, tidak hanya 100 juta!"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved