Bab 2 Enam Anak Imut
by Winter
10:01,May 20,2022
Malam pun berlalu.
Keesokan paginya.
Saat cahaya matahari memancar ke atar ranjang, Janice pun terbangun, ia mengerutkan alisnya, menutupi kedua matanya dengan tangannya, membalikkan tubuhnya dengan malas.
Sakit, sakit sekali, sekujur tubuhnya sangat sakit sampai tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, kenapa bisa begini, seperti sudah bekerja keras semalaman, bukannya tidur.
Terdengar suara nafas yang sangat rata di telinganya, aroma pria yang asing pun sampai ke hidungnya.
Ada orang di sebelahnya! Janice langsung membuka kedua matanya.
Sesosok wajahn yang tampan terpapar di depan matanya, kulitnya putih bersih, bulu matanya yang panjang dan hitam berbaris dengan rapi dan tebal, hidungnya mancung, bibirnya seksi, wajah yang sempurna seperti ini, seperti sebuah ukiran artistik yang sempurna.
Meskipun sedang tertidur, namun tidak bisa menutupi kedinginan di antara alisnya, tubuhnya mengeluarkan aura pemenang yang tidak mungkin dapat didekati. Siapa dia?
Janice berusaha mengingat-ingat, ingatannya kemarin malam pun mulai muncul di kepalanya.
Sepertinya kemarin dia minum banyak alkohol, lalu menyodorkan dirinya pada seorang pelayan......
Pelayan ini tampan sekali! Janice tak tahan untuk memandanginya.
Dalam hati ia menyayangkan pelayan ini, aduh, sawi putih yang sebagus ini, bisa-bisanya disantap oleh babi jelek sepertinya.
Demi membalasnya, setelah turun dari ranjang, Janice mengeluarkan lima lembar uang kertas dengan hati besar dan ia letakkan di sebelah bantalnya.
Hari ini adalah hari pernikahannya dengan Kevin, sebagai orang yang bersangkutan, rasanya tidak pantas kalau dia tidak hadir.
Tamu undangan di pesta pernikahan sangat banyak,Kevin sedang menunggu kedatangan sang pengantin wanita dengan panik.
Janice tidak muncul di hadapan orang-orang, melainkan masuk dari belakang panggung diam-diam, lalu memaparkan foto yang ia dapatkan kemarin malam ke atas layar.
Setelah foto-foto itu tersebar, seketika suasana di sana pun menjadi ramai.
Di tengah suara perdebatan orang-orang, Janice pun memulai kehidupannya yang baru seorang diri.
Empat tahun kemudian.
Di stasiun kereta.
Satu tangan Janice sedang menarik sebuah koper yang sangat berat, tangannya yang satunya memegangi enam buah tali, membawa enam anak versi kecil dirinya keluar dari stasiun.
Keenam anak itu sungguh sangat imut, tak sedikit orang yang tertarik pada mereka.
"Mommy, aku lapar." kata Duo sambil menunjuk ke arah perutnya yang kosong.
"Aku juga lapar." kata Solo sambil mengangkat tangannya.
"Aku ingin makan es krim!" Sextet mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
"Aku mau ayan." Air liur Quintet sudah hampir menetes.
"Aku maem kentang goyeng." Trio menjilat bibirnya.
"Aku mau maem dagin, banyak banyak dagin." Quartet melompat ke hadapan Janice, sambil mengangkat kepala kecilnya yang imut.
"Baik, baik, baik, Mommy nanti akan membelikan kalian es krim, ayam, kentang goreng, dan daging......"
Di sebuah hotel biasa.
Janice membuka sebuah suite kecil, dan memesan enam set delivery yang berlimpah.
Melihat keenam anaknya melahap makanan seperti seekor serigala kelaparan, Janice merasa senang namun sedih.
Empat tahun lalu, dia membuat dirinya sendiri mabuk karena Kevin dan Felice mengkhianati dirinya, lalu membiarkan dirinya kehilangan keperawanannya di malam sebelum pernikahannya berlangsung, kemudian membuat Kevin benar-benar malu di hari pernikahan mereka, ia terpaksa keluar negeri untuk bersembunyi, sekaligus mengganti suasana hati.
Sebenarnya ia ingin langsung kembali setelah perasaannya sudah reda, namun tak disangka ternyata dirinya hamil.
Sejak kecil ia selalu tinggal di panti asuhan, dia tidak memiliki kerabat sama sekali, ia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri.
Agar bisa melahirkan dengan selamat, ia tinggal di luar negeri, bekerja sebagai pencuci piring di sebuah restoran. Untung saja bosnya cukup baik, ia tidak hanya membantunya dengan sangat ramah, setelah ia melahirkan, bosnya juga membantunya untuk merawat anak-anaknya.
Namun semakin lama anaknya semakin besar, tak lama lagi mereka akan masuk ke taman kanak-kanak, terpaksa ia harus membawa keenam anaknya kembali.
Dirinya memang sudah kembali sekarang, tapi bagaimana caranya dia harus menghidupi dirinya dan anak-anaknya? Tidak mungkin menjadi pelayan kan, makan minum anak-anaknya, ditambah lagi dengan uang sekolah yang akan datang, dia harus mencari sebuah pekerjaan yang bagus, dengan begitu barulah ia dapat menanggun semuanya.
Setelah keenam anaknya selesai makan, mereka pun langsung tertidur di atas ranjang, dua buah kasur pun penuh seketika, gaya tidur mereka sungguh sangat lucu.
Janice memasangkan selimut pada anak-anaknya, membereskan makanan-makanan mereka, lalu mencari lowongan pekerjaan di sekitar melalui internet.
Ia mengirimkan belasan CV, saat hari menjelang petang, hanya ada satu yang membalasnya.
"Janice Leng? Kami adalah Aqueous Fitness Club, barusan kau mengirimakn CV pada kami, apa sekarang kau ada waktu untuk interview?"
"Sekarang ya......" Janice menatap anak-anaknya dengan kebingungan, "Hari ini sudah terlalu larut, bagaimana kalau besok?"
"Kau tidak sedang bercanda kan, kita yang ingin interview malah harus mendengarkan permintaanmu? Kalau kau ingin datang, sebelum jam 7 malam kau harus sudah sampai di sini, kalau tidak ya sudahlah!"
Keesokan paginya.
Saat cahaya matahari memancar ke atar ranjang, Janice pun terbangun, ia mengerutkan alisnya, menutupi kedua matanya dengan tangannya, membalikkan tubuhnya dengan malas.
Sakit, sakit sekali, sekujur tubuhnya sangat sakit sampai tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, kenapa bisa begini, seperti sudah bekerja keras semalaman, bukannya tidur.
Terdengar suara nafas yang sangat rata di telinganya, aroma pria yang asing pun sampai ke hidungnya.
Ada orang di sebelahnya! Janice langsung membuka kedua matanya.
Sesosok wajahn yang tampan terpapar di depan matanya, kulitnya putih bersih, bulu matanya yang panjang dan hitam berbaris dengan rapi dan tebal, hidungnya mancung, bibirnya seksi, wajah yang sempurna seperti ini, seperti sebuah ukiran artistik yang sempurna.
Meskipun sedang tertidur, namun tidak bisa menutupi kedinginan di antara alisnya, tubuhnya mengeluarkan aura pemenang yang tidak mungkin dapat didekati. Siapa dia?
Janice berusaha mengingat-ingat, ingatannya kemarin malam pun mulai muncul di kepalanya.
Sepertinya kemarin dia minum banyak alkohol, lalu menyodorkan dirinya pada seorang pelayan......
Pelayan ini tampan sekali! Janice tak tahan untuk memandanginya.
Dalam hati ia menyayangkan pelayan ini, aduh, sawi putih yang sebagus ini, bisa-bisanya disantap oleh babi jelek sepertinya.
Demi membalasnya, setelah turun dari ranjang, Janice mengeluarkan lima lembar uang kertas dengan hati besar dan ia letakkan di sebelah bantalnya.
Hari ini adalah hari pernikahannya dengan Kevin, sebagai orang yang bersangkutan, rasanya tidak pantas kalau dia tidak hadir.
Tamu undangan di pesta pernikahan sangat banyak,Kevin sedang menunggu kedatangan sang pengantin wanita dengan panik.
Janice tidak muncul di hadapan orang-orang, melainkan masuk dari belakang panggung diam-diam, lalu memaparkan foto yang ia dapatkan kemarin malam ke atas layar.
Setelah foto-foto itu tersebar, seketika suasana di sana pun menjadi ramai.
Di tengah suara perdebatan orang-orang, Janice pun memulai kehidupannya yang baru seorang diri.
Empat tahun kemudian.
Di stasiun kereta.
Satu tangan Janice sedang menarik sebuah koper yang sangat berat, tangannya yang satunya memegangi enam buah tali, membawa enam anak versi kecil dirinya keluar dari stasiun.
Keenam anak itu sungguh sangat imut, tak sedikit orang yang tertarik pada mereka.
"Mommy, aku lapar." kata Duo sambil menunjuk ke arah perutnya yang kosong.
"Aku juga lapar." kata Solo sambil mengangkat tangannya.
"Aku ingin makan es krim!" Sextet mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
"Aku mau ayan." Air liur Quintet sudah hampir menetes.
"Aku maem kentang goyeng." Trio menjilat bibirnya.
"Aku mau maem dagin, banyak banyak dagin." Quartet melompat ke hadapan Janice, sambil mengangkat kepala kecilnya yang imut.
"Baik, baik, baik, Mommy nanti akan membelikan kalian es krim, ayam, kentang goreng, dan daging......"
Di sebuah hotel biasa.
Janice membuka sebuah suite kecil, dan memesan enam set delivery yang berlimpah.
Melihat keenam anaknya melahap makanan seperti seekor serigala kelaparan, Janice merasa senang namun sedih.
Empat tahun lalu, dia membuat dirinya sendiri mabuk karena Kevin dan Felice mengkhianati dirinya, lalu membiarkan dirinya kehilangan keperawanannya di malam sebelum pernikahannya berlangsung, kemudian membuat Kevin benar-benar malu di hari pernikahan mereka, ia terpaksa keluar negeri untuk bersembunyi, sekaligus mengganti suasana hati.
Sebenarnya ia ingin langsung kembali setelah perasaannya sudah reda, namun tak disangka ternyata dirinya hamil.
Sejak kecil ia selalu tinggal di panti asuhan, dia tidak memiliki kerabat sama sekali, ia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri.
Agar bisa melahirkan dengan selamat, ia tinggal di luar negeri, bekerja sebagai pencuci piring di sebuah restoran. Untung saja bosnya cukup baik, ia tidak hanya membantunya dengan sangat ramah, setelah ia melahirkan, bosnya juga membantunya untuk merawat anak-anaknya.
Namun semakin lama anaknya semakin besar, tak lama lagi mereka akan masuk ke taman kanak-kanak, terpaksa ia harus membawa keenam anaknya kembali.
Dirinya memang sudah kembali sekarang, tapi bagaimana caranya dia harus menghidupi dirinya dan anak-anaknya? Tidak mungkin menjadi pelayan kan, makan minum anak-anaknya, ditambah lagi dengan uang sekolah yang akan datang, dia harus mencari sebuah pekerjaan yang bagus, dengan begitu barulah ia dapat menanggun semuanya.
Setelah keenam anaknya selesai makan, mereka pun langsung tertidur di atas ranjang, dua buah kasur pun penuh seketika, gaya tidur mereka sungguh sangat lucu.
Janice memasangkan selimut pada anak-anaknya, membereskan makanan-makanan mereka, lalu mencari lowongan pekerjaan di sekitar melalui internet.
Ia mengirimkan belasan CV, saat hari menjelang petang, hanya ada satu yang membalasnya.
"Janice Leng? Kami adalah Aqueous Fitness Club, barusan kau mengirimakn CV pada kami, apa sekarang kau ada waktu untuk interview?"
"Sekarang ya......" Janice menatap anak-anaknya dengan kebingungan, "Hari ini sudah terlalu larut, bagaimana kalau besok?"
"Kau tidak sedang bercanda kan, kita yang ingin interview malah harus mendengarkan permintaanmu? Kalau kau ingin datang, sebelum jam 7 malam kau harus sudah sampai di sini, kalau tidak ya sudahlah!"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved