chapter 3 Murka

by Cipto 13:47,Nov 07,2023
Reinhard Su melihat mereka semua dan menunggu sampai mereka semua berhenti tertawa dan Lucas Zhang berhenti bicara. Kemudian dia bergerak mendekati mikrofon itu.

"Apakah kalian sudah puas berbicara? Apakah kalian sudah puas tertawa?"

Mereka tertegun. Mereka tidak tahu apa yang akan dilakukan Reinhard.

"Sekarang sudah giliranku, bukan?"

Suaranya dalam dan berat, dan terdengar agak serak, seolah sudah banyak yang dia alami, dan banyak amarah yang dia pendam di dalam hati.

Lucas hendak merebut kembali mikrofon itu. Untuk apa seorang pecundang berkomentar. Lebih baik dia terima saja semua hinaan itu.

Tetapi, Mira Lin menahan Lucas dan berkata, "Biarkan dia bicara. Aku ingin tahu apa yang sanggup dia katakan."

Lucas mengangguk, "Baik, aku ikuti maumu."

Reinhard sama sekali tidak tergesa-gesa. Lalu dia memutuskan untuk duduk di sana.

Kebetulan bangku yang dia tempati, merupakan bangku khusus yang disiapkan oleh Lucas untuk Panglima Naga. Bangku itu terbuat dari bahan kayu pohon pir yang amat apik.

Sewaktu dia duduk, raut wajah semua orang langsung berubah.

Lucas yang langsung bereaksi. Dia menatap Reinhard sambil menjerit marah, "Pecundang, apakah bangku itu layak untuk kamu tempati?!"

Mira juga mengamuk, "Kamu kira siapa dirimu? Beraninya menempati bangku Panglima Naga!"

Bukan hanya mereka berdua saja, tetapi semua orang yang ada di sana pun ikut marah.

"Dasar payah, cepat bangun!"

"Habislah kamu, habislah kamu!"

"Berani sekali kamu menduduki bangku Panglima Naga? Apa kamu kira kamu pantas duduk di sana? Ini merupakan penghinaan bagi Panglima Naga!"

Suara-suara amarah memenuhi telinga.

Namun Reinhard membiarkannya dan tidak menghiraukannya.

Setelah mereka semua sudah selesai bicara, dia menatap Lucas dan Mira.

"Apakah bangku ini disiapkan untuk Panglima Naga?"

"Tentu saja!"

Lucas tidak lagi tahan dan ingin sekali meninju Reinhard.

"Kalau begitu aku tidak salah duduk. Akulah Panglima Naga!"

Setelah Reinhard berkata demikian, semua orang yang tadinya marah, malah merasa lucu.

"Dia Panglima Naga?! Benar-benar candaan yang luar biasa."

"Apakah pecundang ini berubah menjadi idiot?"

"Dia hanya pergi beberapa tahun untuk menjadi tentara, tetapi dia benar-benar menanggap dirinya menjadi seorang tokoh yang hebat."

"Bisa-bisanya dia mengaku sebagai Panglima Naga. Dia sudah bosan hidup."

"Direktur Muda Zhang. Kalau hal memalukan seperti ini dibiarkan begitu saja, pada saat Panglima Naga tiba nanti, dia akan merasa tidak senang." ada orang yang mengingatkannya.

Lucas langsung paham, dan segera berseru pada Reinhard, "Cepat kemari!"

Akan tetapi, Reinhard tidak berkutik, seolah dia tidak mendengarnya.

Lucas sangat marah hingga seluruh tubuhnya bergetar. Dia berkata kepada sekuriti di sisinya, "Untuk apa kalian hanya menonton saja!"

Sekelompok sekuriti segera bergegas mendatangi Reinhard sambil mengayunkan pentungan listrik di tangan mereka.

Saat sekuriti berada di jarak setengah meter dari Reinhard, Reinhard bergerak!

Dhuak!

Hanya dengan satu tendangan saja, sekuriti-sekuriti itu berjatuhan ke lantai seperti domino. Sangat mengenaskan.

Bukan itu saja. Mereka tidak bisa berdiri sama sekali dan hanya bisa tergeletak dan mengerang. Mereka benar-benar luka parah.

Raut wajah semua orang di sekeliling mereka berubah. Mereka tidak menyangka Reinhard begitu hebat.

Amarah Mira sudah hampir membuatnya gila, "Dasar pecundang. Cepat berlutut!"

Reinhard menatap ke arah Mira dengan mata setajam pisau.

Plak!

Pipi Mira yang berlapis riasan ditampar dengan keras hingga bubuk-bubuknya beterbangan di udara. Pada saat yang sama, pipi Mira membengkak.

"Tamparan satu ini, untuk sahabatku yang sudah mati!"

Plak!

Satu lagi tamparan mendarat di pipi Mira yang satu lagi.

"Tamparan satu ini, untuk perselingkuhanmu dengan Lucas!"

Plak!

"Tamparan satu ini, merupakan pelajaran dariku!"

Plak! Plak! Plak!!

Tangan kanan dan kiri Reinhard sama-sama beraksi, dan suara tamparan tidak henti-hentinya terdengar. Orang-orang yang ada di sana melihatnya dengan mata membesar.

Setelah dia berhenti menampar, seluruh wajah Mira hancur dan bengkak seperti kepala babi.

Reinhard menepis bubuk-bubuk bedak riasan di tangannya dengan kertas tisu. Dia melihat ke arah Mira dan berkata, "Tamparan-tamparan ini, untuk keluarga Jiang!"

Mira melongo. Butuh waktu lama sampai dia kembali sadar. Dia menatap Lucas sambil bercucuran air mata.

Lucas membelalak marah.

"Reinhard, beraninya kamu memukul wanitaku. Kamu cari mati!"

Lucas memegang pisau kecil di tangannya dan menusuknya ke arah Reinhard.

Reinhard dengan mudah menangkap pisau kecil itu dan menusukkannya ke paha Lucas. Seketika itu juga darah menyembur keluar.

Lucas langsung menjerit.

Orang-orang yang ada di sana terperanjat. Tidak ada satu orang pun yang berani berkata-kata.

Kejam! Kejam sekali!

Siapa yang berani mencari masalah dengan orang kejam seperti itu?

Reinhard menyeka darah di tangannya dengan kain serbet, kemudian menatap Lucas, Mira, dan semua orang yang ada di sana.

"Aku hanya punya satu tujuan. Lima hari lagi, aku akan mengadakan upacara pemakaman untuk sahabatku. Jika pada saat itu aku tidak melihat kalian berlutut di hadapan makamnya, rasakan sendiri akibatnya!"

Reinhard melihat-lihat tangannya sendiri.

"Selama bertahun-tahun, tidak sedikit orang yang telah dibunuh tangan ini!"

Setelah berkata demikian, Reinhard berjalan menuju pintu.

Begitu tiba di depan pintu, dia kembali melihat mereka semua dan berkata dengan dingin, "Oh, ya. Sekarang Panglima Naga tidak suka dengan panggilan Panglima Naga. Dia lebih suka dipanggil Dewa Perang."

Dia bukan lagi anggota militer, tentu saja dia tidak suka mendengar orang lain memanggilnya Panglima Naga. Hanya saja, sebutan Panglima Naga sudah melekat di hati banyak orang.

Tidak lama kemudian, Rudy Zhang tiba di sana, diikuti oleh beberapa orang.

"Direktur Zhang, berkatmu, kali ini aku bisa melihat sendiri sosok asli Panglima Naga."

"Benar. Panglima Naga tidak mau menemui siapa pun di Bandara. Tapi dia mau menghadiri rapat pengambilalihan Direktur Zhang. Direktur Zhang memang sangat hebat."

"Setelah ini, kita perlu mengandalkan Direktur Zhang."

"Dari sekarang, Kota J akan dikuasai Direktur Zhang."

Mereka menyanjungnya secara silih berganti.

Rudy merasa senang. Dia berkata dengan penuh semangat, "Tenang saja, selama aku ada di sini, Kota J tidak akan kekurangan benefit."

Tiba-tiba, Komandan Li menelepon.

"Rudy, aku ingin mengabarimu, Yang Mulia tidak jadi datang ke rapat pengambilalihanmu!"

"Apa, tidak jadi datang?!" mulut Rudy terbuka lebar. "Mengapa? Mengapa Panglima Naga tahu-tahu tidak jadi datang?"

"Tidak ada alasan. Apakah kamu bisa begitu saja mempertanyakan urusan Yang Mulia."

Air muka Rudy menjadi canggung, "Tapi, tapi... Yang Mulia berkata dia akan hadir..."

Dia mendatangkan semua orang di sini agar mereka dapat bertemu "Panglima Naga". Jika Panglima Naga tidak datang, artinya dia mengingkari janjinya dan dia akan kehilangan reputasinya.

"Lancang! Beraninya kamu tidak menghormati Yang Mulia!"

Nama Panglima Naga melambangkan kehormatan tinggi, setara dengan orang suci. Tidak ada orang yang berani lancang padanya.

Dari kata-kata Rudy ini, jelas dia merasa tidak puas terhadap Panglima Naga.

Benar-benar mencela Panglima Naga!

Rudy segera sadar betapa besar kesalahannya dan merasa sangat ketakutan. Dia segera meminta maaf, "Maaf, akulah yang bersalah. Aku mohon Komandan Li tidak menyalahkan aku. Tolong sampaikan pada Yang Mulia..."

Sebelum kata "mohon maaf" diucapkan, Komandan Li sudah memutuskan teleponnya.

Jelas-jelas orang lainlah yang tidak menepati janajinya, tetapi bukan hanya dia tidak boleh marah, sebaliknya, dialah yang harus meminta maaf. Apakah ada hal yang begitu tidak masuk akal di dunia ini?

Rudy merasa disalahkan. Tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Bagaimanapun juga, dia dulu merupakan Dewa Perang dengan pangkat Bintang Sembilan!

Sekalipun dia merupakan orang terkaya di Kota J, tapi di mata Panglima Naga, semut mungkin lebih baik dari dirinya. Mana mungkin dia membantah.

Raut orang-orang di sekelilingnya pun berubah. Mereka tampak penasaran.

"Direktur Zhang, di mana Yang Mulia Panglima Naga?"

"Direktur Zhang, apa maksudnya. Bukankah kamu mau membiarkan kami bertemu Panglima Naga?"

"Aduh, Direktur Zhang pasti menyembunyikan Panglima Naga. Untuk apa disembunyikan? Pelit sekali!"

Setelah mendengar percakapan antara Rudy dan Komandan Li, tentu saja mereka mengerti apa yang telah terjadi. Semua kata-kata mereka terdengar penuh dengan sindiran.

Tentu saja Rudy tahu bahwa mereka sengaja meyindirnya.

Sebagai orang terkaya di Kota J, Rudy belum pernah kehilangan muka di hadapan begitu banyak orang. Terutama di hadapan para aristokrat ini. Wajahnya langsung memerah dan dia terlihat sangat canggung.

Setelah ragu cukup lama, Rudy hanya bisa berkata, "Hm, ada yang terjadi di luar dugaan."

"Benar-benar kejutan."

"Aku menganggapnya dengan serius. Tahu-tahu dia hanya mempermainkan kita."

"Aku kan sudah bilang. Mana mungkin Panglima Naga bisa hadir dalam rapat pengambilalihan biasa. Konyol sekali."

Semua orang-orang terkenal melambaikan tangan dan beranjak pergi.

Rudy marah sekali. Seluruh tubuhnya bergetar. Tetapi dia tidak bisa melampiaskannya. Maka Lucas-lah yang kena batunya, "Nak, cepat kemari!"

Lucas berjalan tertatih-tatih. Begitu Rudy melihat luka di kaki Lucas, raut wajahnya langsung berubah.

"Apa yang terjadi padamu? Mengapa bisa seperti itu?!"

Sekalinya Lucas melihat ayahnya, keluh-kesah memenuhi hatinya.

"Ayah, cepat panggil mobil ambulans untukku. Mira juga terluka."

Asisten Rudy segera menghubungi 120.

Rudy masih tampak marah, "Sebenarnya ada apa?!"

"Reinhard dari Keluarga Su."

Rudy mencoba mengingat-ingat, tapi tidak tahu siapa Reinhard. Setelah Lucas menjelaskan, ia teringat bahwa Reinhard yang dimaksud oleh Lucas adalah menantu Keluarga Yun yang pergi dan bergabung dengan militer pada malam pernikahannya.

Setelah Lucas menjelaskan lebih jauh tentang apa yang terjadi selanjutnya, Rudy akhirnya mengerti bahwa Reinhard sebenarnya ingin membalaskan dendam kematian Leorga.

Rudy mendengus meremehkan, "Pecundang, beraninya dia menjadi musuh keluarga Zhang. Dasar tidak tahu diri!"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

200