chapter 10 Kamu Berpenyakit

by Cipto 13:47,Nov 07,2023
Feronika Cai mencoba meluruskan keadaan, "Untuk apa bisa Bahasa Spanyol. Apakah kamu bisa mendapatkan pekerjaan yang layak? Bukankah kamu tetap pecundang."

"Ibu, hentikan!" Natasha Yun menghentikannya.

Lalu mereka mulai memakan hidangan mereka.

Feronika melihat ke arah Deon Zhou sambil berkata, "Deon. Bukankah kamu ingin menyampaikan sesuatu pada Natasha?"

Deon tersenyum dan berkata, "Natasha, sudah dua tahun aku kuliah di luar negeri dan bertemu dengan berbagai wanita yang berprestasi. Keluargaku juga sudah mengenalkan belasan orang. Tetapi aku tetap tidak punya pasangan. Kamu tahu sendiri bagaimana perasaanku terhadapmu."

Reinhard tidak berbicara. Dia menunggu reaksi Natasha.

Meskipun tahu Deon akan mengatakan hal ini, tetapi karena terjadi dengan begitu mendadak, Natasha tidak bisa menerimanya.

Lagipula, Reinhard masih duduk di sisinya. Sekalipun mereka hanyalah pasangan nominal, tetapi jika hal ini tersebar keluar, hasilnya tidak akan baik.

Natasha melihat ke arah Deon dan berkata, "Tuan Zhou, belum mulai minum saja sudah mabuk."

"Natasha. Aku tidak mabuk. Aku mengatakan apa yang kurasakan dari lubuk hati yang terdalam. Siang dan malam aku selalu merindukanmu. Aku merasa seperti sakit jantung karena dirimu."

Natasha menundukkan kepalanya. Kata-kata yang begitu menjijikan membuat dirinya merinding.

Feronika tersenyum lebar dan berkata, "Aku selalu tahu isi hati Deon. Sesungguhnya Natasha juga menyukaimu."

"Yang benar?!" Wajah Deon terlihat girang.

Natasha segera berkata, "Ibu, jangan asal bicara."

"Sekarang Deon sudah pulang ke dalam negri. Jika kalian sering bertemu dan berbincang-bincang, lambat laun perasaan itu akan muncul," kata Feronika sambil tersenyum.

Deon cepat-cepat mengangguk dan menuangkan anggur ke dalam gelas Natasha.

Saat itu juga, Reinhard mengusap bibirnya dengan serbet. Dia menatap Deon dan berkata, "Aku rasa Direktur Demon bukan mengidap penyakit jantung."

Feronika marah, "Jika kamu masih mau berkomentar lagi, pergi saja jauh-jauh!"

"Reinhard, sebaiknya kamu jangan kurang ajar terhadap Direktur Zhou." Natasha juga membujuknya.

"Baiklah. Demi istriku tercinta, aku akan memanggilmu Direktur Zhou." Reinhard tetap mencibir. "Tapi sepertinya kamu memang sakit."

Amarah Feronika membuatnya hampir menyiram Reinhard dengan anggur yang ada di dalam gelas anggur. Tetapi Natasha sempat menahannya.

Deon juga berkata dengan marah, "Bukankah secara tidak langsung kamu sedang mengataiku."

"Aku bukan mengatai dirimu. Hanya saja, kamu benar-benar sakit." Reinhard menggelengkan kepalanya. "Kamu sering nyeri pinggang dan lutut. Kaki dan tanganmu juga sering terasa dingin, bukan?"

"Huh, tidak."

"Untuk apa Tuan Zhou berbohong. Bukankah tengah malam kamu sering berkeringat dan sering membuang air kecil?"

Raut wajah Deon berubah, karena apa yang dikatakan Reinhard memang benar. Dia memang mengalami hal-hal ini, dan sudah berlangsung selama beberapa bulan.

Dia bahkan sempat mencari dokter. Tetapi tidak ada hasilnya. Dia cukup pusing karena hal ini.

"Direktur Zhou tidak bicara. Sepertinya apa yang kukatakan, benar."

Butiran keringat membasahi kening Deon. Dia mengusapnya dengan serbet. Dia berkata, "Akhir-akhir ini aku hanya terlalu lelah belajar. Maka aku kurang sehat."

Feronika juga menimpali, "Hal ini sangat normal. Orang-orang yang terlalu sibuk bekerja dan kuliah, semuanya seperti itu. Deon hanya perlu memperhatikan dirinya saja."

"Tetapi ada yang tidak seperti itu, ada yang tidak punya pekerjaan dan tidak perlu melakukan apa-apa." Setelah berkata demikian, Feronika melirik Reinhard.

Reinhard tidak menghiraukan Feronika. Dia kembali berkata kepada Deon, "Aku rasa ini bukan hanya karena lelah belajar."

"Apa maksudmu?"

"Aku rasa Direktur Zhou sudah mengalami ini selama beberapa bulan dan bukan hanya satu dua hari saja."

"Kamu!"

"Aku rasa Direktur Zhou juga sudah berkonsultasi dengan dokter, dan memakan banyak rempah-rempah, bukan?"

Semakin banyak yang dikatakan Reinhard, hati Deon semakin menciut. Karena apa yang dikatakan Reinhard sangat tepat.

"Sesungguhnya, kelelahan juga bisa membuatmu menjadi seperti ini. Tetapi aku lihat kantung matamu sangat dalam dan gelap. Rambutmu kusam dan menipis. Aku rasa hal ini disebabkan karena terlalu hawa nafsu yang berlebihan."

Begitu mendengar hal ini, raut wajah Natasha dan Feronika berubah drastis.

Hawa nafsu yang berlebihan. Semua orang paham apa maksudnya. Bukankah sebelumnya Feronika berkata bahwa Deon adalah anak baik-baik?

Deon segera menjawab, "Sembarangan saja! Aku sudah bertahun-tahun tidak punya pasangan dan sibuk melakukan penelitian dan pembelajaran."

"Oh, ya? Penelitian dan pembelajaran? Apakah kamu belajar bahasa asing? Yang diajarkan oleh tutor privat yang datang ke rumah?" Banyak maksud terpendam dalam kata-kata Reinhard.

Reinhard memiliki kaki tangan dan mata-mata yang hebat. Hanya dengan satu telepon saja, dia bisa meminta orang menyelidiki segala hal tentang Deon.

Deon kembali mengusap keringat di keningnya dengan serbet. Dia tidak mengerti. Bagaimana Reinhard bisa menebak segalanya dengan tepat. Seolah dia tahu segala hal tentang dirinya.

Akan tetapi, dia tidak boleh mengakuinya. Kalau tidak, dia tidak bisa menipu dan mendapatkan Natasha.

Dia melihat ke arah Reinhard sambil menetralkan pandangannya.

"Imajinasi Tuan Su sangat kaya. Gaya bicaranya pun sangat menghibur."

"Tetapi aku tidak sedang bercanda. Aku hanya suka bicara apa adanya. Meskipun kadang kata-kataku tidak enak didengar."

Reinhard mengangkat gelas anggurnya, menggoyang-goyangkkannya dan menghirupnya seteguk. Gerakannya sangat elegan. Sama sekali tidak terlihat seperti sesuatu yang sanggup dilakukan oleh orang kampungan.

Dia menatap Deon dan berkata, "Kamu baru tiba kemarin dan langsung mencari dua orang gadis penghibur. Tetapi hanya dalam lima menit saja, kamu sudah menyelesaikannya."

Hal ini benar-benar adalah privasinya.

Rona wajah Deon berubah saat melihat wajah Reinhard yang dingin. Tubuhnya gemetaran.

"Bukan hanya hawa nafsumu yang berlebihan. Kamu juga mengalami impotensi."

Deon menggerakkan bibirnya, dia berusaha keras untuk menekan kemurkaannya.

Sekalipun apa yang dikatakan Reinhard benar, dia tidak mungkin mengakuinya. Tidak mungkin!

Dia mengangkat gelas anggurnya dan meminumnya seteguk. Kemudian dia melihat mata Reinhard sambil berkata, "Aku paham jika Tuan Su keberatan atas pertemuanku dengan Natasha. Tetapi tidak perlu menggunakan cara-cara seperti itu untuk menghancurkan aku."

"Aku dengar tiga tahun yang lalu, Tuan Su berangkat ke daerah Utara pada hari pernikahanmu. Kamu begitu kejam, tentu karena kamu tidak memperlakukan Natasha dengan hati yang tulus.

"Natasha adalah orang yang paling aku cintai. Tiga tahun yang lalu, aku pergi ke Utara untuk berjuang mendapatkan segalanya demi dirinya."

Sesungguhnya, setengah dari kata-kata Reinhard, tidaklah benar.

Dulu, dia sama sekali tidak punya perasaan terhadap Natasha. Dan ada banyak sekali orang yang menghinanya. Dia sangat putus asa menghadapi Kota J dan Kota R. Maka dari itu dia pergi ke daerah utara.

Tapi pada saat itu dia belum tahu jika Natasha adalah Si Mantou. Dia selalu menyukai Si Mantou. Dari dulu hingga sekarang.

Feronika mulai mengerti. Dia cepat-cepat berkata, "Mana mungkin Deon melakukan hal itu. Didikan Keluarga Zhou sangat baik. Sekarang aku curiga, kamulah yang sakit. Kamu hanya iri!"

Natasha akhirnya membuka mulut, "Di restoran seperti ini, sebaiknya kita tidak perlu membicarakan hal-hal rendahan seperti ini."

Reinhard mengangguk, "Karena Natasha sudah angkat bicara, aku tidak akan mengatakannya lagi."

Reinhard kembali melahap hidangannya itu. Dia sama sekali tidak menganggap dirinya sedang menumpang makan.

Natasha tidak terlalu banyak makan. Dia dari sananya tidak memiliki nafsu makan yang besar.

Sedangkan Feronika tidak terbiasa menggunakan pisau garpu. Dia bahkan mempermalukan dirinya dengan menjatuhkan garpunya ke lantai.

"Tidak masalah, Bibi. Aku akan meminta pelayan mengambilkan yang baru."

Tidak lama kemudian, pelayan membawakan sepasang pisau dan garpu yang baru.

Setelah mereka kenyang, ada bunyi musik yang sangat elegan memenuhi ruang restoran itu. Banyak orang yang berhenti makan untuk menikmati alunan musik yang merdu itu.

Bahkan ada beberapa orang yang sampai tepuk tangan karena mengagumi musik yang begitu mengharukan.

Melihat bahwa Reinhard juga menikmatinya, Deon tersenyum dingin, "Apakah Tuan Su juga suka menikmati musik dari luar negri?"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

200