Bab 6 Sedang Tidur
by Josh Vid
08:01,Dec 14,2023
Venia Ye mengangguk, "Ku lihat dia memiliki keterampilan yang baik dan cukup bisa diandalkan."
Kali ini, sebelum Sonia Song sempat membantah, Peter Lin langsung memegang tangan Venia Ye, "Terima kasih atas kepercayaanmu Bos Ye. Aku pasti tidak akan pernah meninggalkanmu dan berada di sisimu 24 jam penuh!"
Begitu lembut dan halus!
Wajah Sonia Song langsung memuram, "Lepaskan tangan kotormu! Apa maksudmu berada di sisi bos 24 jam penuh? apa lah yang kamu pikirkan ini!"
Namun Venia Ye di samping tiba-tiba berkata, "Tidak, menurutku apa yang baru saja dia katakan benar. Mark Li ini licik dan kejam, jadi harus selalu siap siaga."
"Peter, mulai sekarang, kamu akan mengikutiku 24 jam penuh."
Begitu kalimat ini keluar, itu langsung mengejutkan Sonia Song.
Bahkan Peter Lin sendiri mau tidak mau melebarkan matanya dengan ekspresi terkejut.
Dia tadi hanya bercanda, tapi melihat sikap Venia Ye ini sangat jelas kalau dia menganggapnya serius?!
Apa maksudnya 24 jam penuh?
Bukankah itu artinya tidak hanya saat jam kerja, tapi juga saat makan normal bahkan saat tidur, mereka harus bersama?!
Sonia Song tampak cemas, "Bos Ye, apakah ini pantas?"
"Menurutku itu pantas saja," Venia Ye tersenyum dan melanjutkan, "Peter Lin, apakah kamu oke?"
Kamu, oke?!
Emosi Peter Lin langsung ikut naik, bercanda saja, sebagai seorang pria, mana ada sesuatu yang tidak bisa dia lakukan!
"Tentu saja, tentu saja oke!"
Keesokan harinya, Peter Lin pun menjadi ‘buntut kecil’ Venia Ye.
Baik itu di negosiasi eksternal ataupun pertemuan internal, Peter Lin akan mengikuti Venia Ye setiap waktu.
Siang hari, saat makan di kantin perusahaan.
Venia Ye tersenyum dan berkata, "Bibi Zhang, aku masih seperti biasanya, tapi kali ini aku ingin dua porsi!"
Bibi yang sedang menanak nasi itu melirik ke arah Peter Lin, lalu sambil tersenyum berkata, "Baik, baik, Bos Ye tunggu sebentar ya, makanannya akan segera siap!"
Beberapa menit kemudian, Peter Lin duduk sambil membawa makanannya, wajahnya tampak tak berdaya.
Tidak peduli bagaimana dia melihat kedua makanan itu, keduanya sangatlah berbeda!
Hidangan Venia Ye adalah satu daging dengan dua sayuran, sangat sederhana.
Tapi makanan di tangan Peter Lin adalah tumisan sayur yang baru dipanggang dan daging kambing tumis daun bawang.
Bahkan sup rumput laut dan telur di atasnya diberi segenggam wolfberry.
Bibi ini salah paham kah?
Tadi saat Peter Lin hendak menjelaskan, Bibi Zhang yang sedang memindahkan makanan terlihat memasang ekspresi di wajahnya yang seolah mengatakan, ‘Aku paham kok’.
“Anak muda, kalau kurang datang lagi saja ya!”
Peter Lin yang terkejut langsung berbalik dan pergi dari sana, ya dia lebih baik tidak menjelaskannya, karena kalau tidak semuanya akan menjadi semakin buram dan amburadul.
Di meja makan, Venia Ye melihat makanan Peter Lin.
Dia yang biasanya begitu tenang juga tidak bisa menahan mimik tersipu malu juga canggungnya.
Keadaan yang ambigu tiba-tiba mulai menguar di antara keduanya.
Untuk mengurangi rasa canggngnya, Venia Ye pun membuka suara, "Um, kamu tinggal di manasekarang?"
Peter Lin menggelengkan kepalanya, ya, dia tidak punya tempat tinggal.
"Ya bagus kebetulan kalau begitu. Nanti saat antar aku pulang, kamu sementara ini bisa tinggal di tempatku dulu."
Peter Lin sedikit tidak enak, "Ini...Sepertinya kurang baik, ya?"
Apakah wanita perkotaan yang berkedudukan saat ini semuanya begitu tegas dan terang-terangan, sudah tidak perlu pendekatan seperti makan, belanja atau menonton film?
Venia Ye terlihat sangat santai dan menjawabnya, "Tidak baik apanya? Pengawal yang ku pilih secara pribadi memangnya tidak bisa dipercayai?"
Mendengar Bos Ye ingin membawa Peter Lin pulang, Sonia Song langsung mengangkat tangannya menolak.
Sayangnya, dia tentu saja tidak bisa menghentikan niat dan keputusan Venia Ye.
Namun Sonia Song yang khawatir akhirnya memutuskan untuk mengantar Peter Lin dan Venia Ye pulang.
Sebelum turun dari mobil, Sonia Song dengan serius dan tegas berkata, “Aku sudah memberitahumu ya, jangan sampai tergerak pikiran jahat apa pun di kepalamu, kalau tidak kamu hati-hati saja..."
Peter Lin terkekeh membalasnya, "Takutnya orang yang memiliki pikiran itu bukan aku loh?"
Mengabaikan Sonia Song yang emosi di belakangnya, Peter Lin pun pergi mengikuti Venia Ye masuk ke rumahnya.
Lalu yang mengejutkan Peter Lin adalah sebagai presdir sebuah perusahaan, rumah Venia Ye ini bisa dianggap tidak mewah.
Satu rumah kecil dengan 3 kamar, sangat bersih, rapi dan didekor dengan indah.
Tapi mengingat statusnya saat ini, tinggal di rumah sekecil itu rasanya sangat tidak adil juga balance. Begitu dia memasuki pintu, Venia Ye melepas heels tingginya, "Duduklah sebentar, aku pergi bersih-bersih dulu."
Sambil mengatakan itu dia membuka kancing bajunya dan berjalan kembali ke kamar.
Dan yang paling mengerikan adalah, entah disengaja atau tidak, masih ada sedikit celah di pintu kamarnya.
Aroma samar terus menggoda ujung hidung Peter Lin.
Melihat pintunya tidak tertutup rapat, Peter Lin mengerutkan kening dan berjalan perlahan.
Sementara di dalam kamar saat ini, Venia Ye sedang berdiri di belakang pintu, masih berpakaian rapi dan lengkap.
Dia tampak gugup sambil memegang tongkat listrik anti maling di tangannya.
Postur ini dari mana bisa dikatakan kalau dia sedang bersiap pergi mandi dan bersih-bersih?
Ya setelah sekian tahun berkecimpung di dunia bisnis, dia bukan lagi wanita yang berpikiran sederhana.
Ibaratnya dia tidak boleh mempunyai niat untuk merugikan orang lain, dan dia juga tidak boleh melupakan niat untuk berjaga-jaga dari orang lain.
Setelah mendengar langkah kaki mendekat, napas Venia Ye turut menjadi cepat.
Ya kalau Peter Lin berani bertindak berlebihan kepadanya, dia tidak akan ragu untuk memukulnya dengan tongkat listrik ini!
Tiba-tiba, sebuah tangan terulur.
Bersamaan dengan ini, Peter Lin bergumam dengan suara rendah, "Tingkat kewaspadaannya begitu kecil, sampai tidak menutup pintu."
Dengan bunyi derit, pintu pun tertutup sepenuhnya.
Melihat adegan ini, Venia Ye menghela napas lega dan ada senyum di wajahnya.
Setelah beberapa saat, Venia Ye mengenakan piyama sutra lalu keluar dari kamarnya.
“Aku mandi dulu, setelah aku selesai mandi baru kamu mandi.”
Setelah mengatakan itu, dia berjalan ke kamar mandi.
Peter Lin yang duduk menunggu di sofa merasa begitu bosan, akhirnya dia yang mengantuk memiringkan kepalanya dan tertidur.
Trililing!
Peter Lin baru saja tertidur lalu ponsel Venia Ye yang terlupakan di atas meja tiba-tiba berdering.
Trililing!
Dering yang terus menerus berbunyi membuat Peter Lin kesal.
Dengan keadaan setengah sadar dia menjawab telepon dengan tidak sabar, "Kurang kerjaan ya? Tahu tidak aku sedang tidur. Kalau ada urusan besok saja baru dibicarakan!"
Plak!
Setelah melempar ponsel itu, Peter Lin kembali terjatuh di sofa.
Setengah jam kemudian, pintu kamar mandi perlahan terbuka.
Venia Ye yang terbungkus handuk mandi, dengan hati-hati menjulurkan separuh kepalanya.
Melihat Peter Lin tertidur di sofa, wajah Venia Ye baru terlihat jelas kalau sedang gelisah.
Akhirnya, dia menarik napas dalam-dalam, membuka pintu kamar mandi, dan bersiap untuk berlari kembali ke kamarnya secepat mungkin.
Tapi entah waktu yang pas atau bagaimana, pada saat ini, terdengar ketukan di pintu luar.
Tok tok tok!
Tok tok tok!
Tok tok tok!
Orang yang mengetuk pintu itu terlihat mengetuk dengan begitu kuat seperti ingin mendobrak pintu.
Peter Lin yang sedang tidur, tiba-tiba langsung terduduk saat mendengar suara itu.
Dia melihat sekeliling dengan tatapan kosong, dan akhirnya matanya tertuju pada Venia Ye.
Saat ini, Venia Ye sudah membeku di pintu kamar mandi.
Dan dia pada saat ini dalam posisi siap untuk berlari, sementara tubuhnya hanya dibalut dengan handuk mandi.
Handuk mandi yang basah dengan sempurna menonjolkan sosok langsing Venia Ye.
Wajahnya yang tanpa riasan tampak seperti karya seni paling sempurna dari Sang Pencipta.
Tetesan air yang sesekali jatuh ke wajahnya membuatnya tampak seperti kembang yang baru merekah.
"Venia, Venia, cepat bukakan pintunya!"
Tok tok tok!
Tok tok tok!
Tok tok tok!
Untuk kedua kalinya terdengar ketukan yang begitu cemas dari luar pintu.
Kepanikan melintas di wajah Venia Ye, "A...Ayah? Kenapa kamu datang kemari?"
Kali ini, sebelum Sonia Song sempat membantah, Peter Lin langsung memegang tangan Venia Ye, "Terima kasih atas kepercayaanmu Bos Ye. Aku pasti tidak akan pernah meninggalkanmu dan berada di sisimu 24 jam penuh!"
Begitu lembut dan halus!
Wajah Sonia Song langsung memuram, "Lepaskan tangan kotormu! Apa maksudmu berada di sisi bos 24 jam penuh? apa lah yang kamu pikirkan ini!"
Namun Venia Ye di samping tiba-tiba berkata, "Tidak, menurutku apa yang baru saja dia katakan benar. Mark Li ini licik dan kejam, jadi harus selalu siap siaga."
"Peter, mulai sekarang, kamu akan mengikutiku 24 jam penuh."
Begitu kalimat ini keluar, itu langsung mengejutkan Sonia Song.
Bahkan Peter Lin sendiri mau tidak mau melebarkan matanya dengan ekspresi terkejut.
Dia tadi hanya bercanda, tapi melihat sikap Venia Ye ini sangat jelas kalau dia menganggapnya serius?!
Apa maksudnya 24 jam penuh?
Bukankah itu artinya tidak hanya saat jam kerja, tapi juga saat makan normal bahkan saat tidur, mereka harus bersama?!
Sonia Song tampak cemas, "Bos Ye, apakah ini pantas?"
"Menurutku itu pantas saja," Venia Ye tersenyum dan melanjutkan, "Peter Lin, apakah kamu oke?"
Kamu, oke?!
Emosi Peter Lin langsung ikut naik, bercanda saja, sebagai seorang pria, mana ada sesuatu yang tidak bisa dia lakukan!
"Tentu saja, tentu saja oke!"
Keesokan harinya, Peter Lin pun menjadi ‘buntut kecil’ Venia Ye.
Baik itu di negosiasi eksternal ataupun pertemuan internal, Peter Lin akan mengikuti Venia Ye setiap waktu.
Siang hari, saat makan di kantin perusahaan.
Venia Ye tersenyum dan berkata, "Bibi Zhang, aku masih seperti biasanya, tapi kali ini aku ingin dua porsi!"
Bibi yang sedang menanak nasi itu melirik ke arah Peter Lin, lalu sambil tersenyum berkata, "Baik, baik, Bos Ye tunggu sebentar ya, makanannya akan segera siap!"
Beberapa menit kemudian, Peter Lin duduk sambil membawa makanannya, wajahnya tampak tak berdaya.
Tidak peduli bagaimana dia melihat kedua makanan itu, keduanya sangatlah berbeda!
Hidangan Venia Ye adalah satu daging dengan dua sayuran, sangat sederhana.
Tapi makanan di tangan Peter Lin adalah tumisan sayur yang baru dipanggang dan daging kambing tumis daun bawang.
Bahkan sup rumput laut dan telur di atasnya diberi segenggam wolfberry.
Bibi ini salah paham kah?
Tadi saat Peter Lin hendak menjelaskan, Bibi Zhang yang sedang memindahkan makanan terlihat memasang ekspresi di wajahnya yang seolah mengatakan, ‘Aku paham kok’.
“Anak muda, kalau kurang datang lagi saja ya!”
Peter Lin yang terkejut langsung berbalik dan pergi dari sana, ya dia lebih baik tidak menjelaskannya, karena kalau tidak semuanya akan menjadi semakin buram dan amburadul.
Di meja makan, Venia Ye melihat makanan Peter Lin.
Dia yang biasanya begitu tenang juga tidak bisa menahan mimik tersipu malu juga canggungnya.
Keadaan yang ambigu tiba-tiba mulai menguar di antara keduanya.
Untuk mengurangi rasa canggngnya, Venia Ye pun membuka suara, "Um, kamu tinggal di manasekarang?"
Peter Lin menggelengkan kepalanya, ya, dia tidak punya tempat tinggal.
"Ya bagus kebetulan kalau begitu. Nanti saat antar aku pulang, kamu sementara ini bisa tinggal di tempatku dulu."
Peter Lin sedikit tidak enak, "Ini...Sepertinya kurang baik, ya?"
Apakah wanita perkotaan yang berkedudukan saat ini semuanya begitu tegas dan terang-terangan, sudah tidak perlu pendekatan seperti makan, belanja atau menonton film?
Venia Ye terlihat sangat santai dan menjawabnya, "Tidak baik apanya? Pengawal yang ku pilih secara pribadi memangnya tidak bisa dipercayai?"
Mendengar Bos Ye ingin membawa Peter Lin pulang, Sonia Song langsung mengangkat tangannya menolak.
Sayangnya, dia tentu saja tidak bisa menghentikan niat dan keputusan Venia Ye.
Namun Sonia Song yang khawatir akhirnya memutuskan untuk mengantar Peter Lin dan Venia Ye pulang.
Sebelum turun dari mobil, Sonia Song dengan serius dan tegas berkata, “Aku sudah memberitahumu ya, jangan sampai tergerak pikiran jahat apa pun di kepalamu, kalau tidak kamu hati-hati saja..."
Peter Lin terkekeh membalasnya, "Takutnya orang yang memiliki pikiran itu bukan aku loh?"
Mengabaikan Sonia Song yang emosi di belakangnya, Peter Lin pun pergi mengikuti Venia Ye masuk ke rumahnya.
Lalu yang mengejutkan Peter Lin adalah sebagai presdir sebuah perusahaan, rumah Venia Ye ini bisa dianggap tidak mewah.
Satu rumah kecil dengan 3 kamar, sangat bersih, rapi dan didekor dengan indah.
Tapi mengingat statusnya saat ini, tinggal di rumah sekecil itu rasanya sangat tidak adil juga balance. Begitu dia memasuki pintu, Venia Ye melepas heels tingginya, "Duduklah sebentar, aku pergi bersih-bersih dulu."
Sambil mengatakan itu dia membuka kancing bajunya dan berjalan kembali ke kamar.
Dan yang paling mengerikan adalah, entah disengaja atau tidak, masih ada sedikit celah di pintu kamarnya.
Aroma samar terus menggoda ujung hidung Peter Lin.
Melihat pintunya tidak tertutup rapat, Peter Lin mengerutkan kening dan berjalan perlahan.
Sementara di dalam kamar saat ini, Venia Ye sedang berdiri di belakang pintu, masih berpakaian rapi dan lengkap.
Dia tampak gugup sambil memegang tongkat listrik anti maling di tangannya.
Postur ini dari mana bisa dikatakan kalau dia sedang bersiap pergi mandi dan bersih-bersih?
Ya setelah sekian tahun berkecimpung di dunia bisnis, dia bukan lagi wanita yang berpikiran sederhana.
Ibaratnya dia tidak boleh mempunyai niat untuk merugikan orang lain, dan dia juga tidak boleh melupakan niat untuk berjaga-jaga dari orang lain.
Setelah mendengar langkah kaki mendekat, napas Venia Ye turut menjadi cepat.
Ya kalau Peter Lin berani bertindak berlebihan kepadanya, dia tidak akan ragu untuk memukulnya dengan tongkat listrik ini!
Tiba-tiba, sebuah tangan terulur.
Bersamaan dengan ini, Peter Lin bergumam dengan suara rendah, "Tingkat kewaspadaannya begitu kecil, sampai tidak menutup pintu."
Dengan bunyi derit, pintu pun tertutup sepenuhnya.
Melihat adegan ini, Venia Ye menghela napas lega dan ada senyum di wajahnya.
Setelah beberapa saat, Venia Ye mengenakan piyama sutra lalu keluar dari kamarnya.
“Aku mandi dulu, setelah aku selesai mandi baru kamu mandi.”
Setelah mengatakan itu, dia berjalan ke kamar mandi.
Peter Lin yang duduk menunggu di sofa merasa begitu bosan, akhirnya dia yang mengantuk memiringkan kepalanya dan tertidur.
Trililing!
Peter Lin baru saja tertidur lalu ponsel Venia Ye yang terlupakan di atas meja tiba-tiba berdering.
Trililing!
Dering yang terus menerus berbunyi membuat Peter Lin kesal.
Dengan keadaan setengah sadar dia menjawab telepon dengan tidak sabar, "Kurang kerjaan ya? Tahu tidak aku sedang tidur. Kalau ada urusan besok saja baru dibicarakan!"
Plak!
Setelah melempar ponsel itu, Peter Lin kembali terjatuh di sofa.
Setengah jam kemudian, pintu kamar mandi perlahan terbuka.
Venia Ye yang terbungkus handuk mandi, dengan hati-hati menjulurkan separuh kepalanya.
Melihat Peter Lin tertidur di sofa, wajah Venia Ye baru terlihat jelas kalau sedang gelisah.
Akhirnya, dia menarik napas dalam-dalam, membuka pintu kamar mandi, dan bersiap untuk berlari kembali ke kamarnya secepat mungkin.
Tapi entah waktu yang pas atau bagaimana, pada saat ini, terdengar ketukan di pintu luar.
Tok tok tok!
Tok tok tok!
Tok tok tok!
Orang yang mengetuk pintu itu terlihat mengetuk dengan begitu kuat seperti ingin mendobrak pintu.
Peter Lin yang sedang tidur, tiba-tiba langsung terduduk saat mendengar suara itu.
Dia melihat sekeliling dengan tatapan kosong, dan akhirnya matanya tertuju pada Venia Ye.
Saat ini, Venia Ye sudah membeku di pintu kamar mandi.
Dan dia pada saat ini dalam posisi siap untuk berlari, sementara tubuhnya hanya dibalut dengan handuk mandi.
Handuk mandi yang basah dengan sempurna menonjolkan sosok langsing Venia Ye.
Wajahnya yang tanpa riasan tampak seperti karya seni paling sempurna dari Sang Pencipta.
Tetesan air yang sesekali jatuh ke wajahnya membuatnya tampak seperti kembang yang baru merekah.
"Venia, Venia, cepat bukakan pintunya!"
Tok tok tok!
Tok tok tok!
Tok tok tok!
Untuk kedua kalinya terdengar ketukan yang begitu cemas dari luar pintu.
Kepanikan melintas di wajah Venia Ye, "A...Ayah? Kenapa kamu datang kemari?"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved