Bab 3 Harus bersabar
by Edy official
14:52,Jun 23,2021
Masih di mansion Azman holding.
Suara tepukan tangan bergumuru keras terdengar seisi ruangan, saat para tamu undangan menepuk tangan mereka masing-masing menyambut suara seorang pria tua yang umurnya hampir mencapai delapan puluhan.
Pria tua itu yang tak lain adalah Tuan Azman Holding sendiri. Walau umur sudah tua tapi tenaga dan wajahnya masih terlihat sangat muda bagi orang tua yang sebaya Tuan Azman pada umumnya.
Suasana semakin meriah saat semua orang menyanyikan lagu ulang tahun yang dilengkapi dengan suara musik mengalun. Membuat suasana menyentuh hati siapa saja yang menyaksikannya.
Wulan yang kala itu sedang sangat sibuk mondar-mandir bersama dengan para pelayan lainnya mempersiapkan apa yang dibutuhkan untuk acara penting ini.
Gadis muda nam polos itu tidak kenal kata lelah dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelayan. Ia bertekad tidak boleh bermalas-malasan kalau ingin sukses.
Kepala pelayan Yun yang melihat itu tersenyum senang. Jarang sekali ia melihat pelayan se-rajin dan secepat Wulan. Bahkan hampir semua pelayan mansion menatap kagum terhadap Wulan yang tidak mengenal kata lelah.
"Wulan..." panggil Bu Yun yang seketika membuat Wulan menghentikan langkahnya saat wanita itu hendak melewati Bu Yun.
"Iya, Bu Yun. Ada yang bisa Wulan bantu...??" tanyanya cepat.
"Tolong kamu antar kan jus anggur ini ke kamar Tuan muda Vino, dan ingat jangan melakukan kesalahan apapun, mengerti!!" tutur Bu Yun yang di angguk cepat oleh Wulan.
"Satu lagi, setelah selesai mengantarkan itu kamu istirahatlah. Sudah dari tadi kamu bekerja tanpa istirahat, nanti badanmu bisa sakit." sambung Bu Yun lagi.
"Iya." Wulan mengganggu lalu bergegas pergi dengan penuh kehati-hatian ia menaiki anak tangga yang berada ditengah-tengah ruangan tamu. Ruangan yang sudah di penuhi oleh banyaknya tamu undangan.
Hingga beberapa saat sesampainya Wulan di ujung anak tangga, kening Wulan berkerut dalam.
Ada tiga lorong berlawanan arah kini membuat Wulan harus berpikir panjang sebelum melangkah. Lorong mana yang harus ia lalui sementara ia baru pertama kalinya ini menaiki lantai dua.
Wulan seketika melengos tak kala manik-manik mata kecoklatan-nya menatap sosok wanita yang sangat ia kenal. Kekerasan yang dilakukan wanita itu bagaimana bisa Wulan begitu saja melupakannya.
Dia rasanya begitu sangat ingin membalas perlakuan wanita itu.
Bibir Bella seketika tersungging licik saat dia berhadapan dengan wanita yang baru saja tadi membuat ia geram.
"Kau..." Bella merapatkan ke-dua giginya menatap sinis kearah Wulan.
"Nona." sapa Wulan basa basi dengan senyuman di paksa.
"Ckkkk, wanita kampungan. Jangan memanggilku dengan sebutan itu tapi panggil aku sebagai Nyonya Muda, karena sebentar lagi aku akan menjadi satu-satunya menantunya di mansion ini. Kamu mengerti." tukas Bella.
Wulan mengangguk dia ingat betul apa yang di katakan Bu Yun tadi, kalau dia tidak boleh melakukan apapun. Termasuk berhadapan dengan wanita yang mengaku sebagai calon menantu keluarga Azman.
"Baiklah nyonya muda." ucap Wulan sembari sedikit menundukkan kepalanya memberi hormat.
"Bagus." Bella tersenyum puas.
Wulan melayangkan langkah kakinya yang sempat terjeda, ia memilih untuk mencari kamar Vino di lorong tengah terlebih dahulu. Namun baru dua langkah ia melangkah Bella sudah kembali menghadangnya lagi.
"Apa ini jus untuk Tuan Muda Vino??" tanyanya melirik kearah jus anggur yang dibawakan oleh Wulan.
"Iya, nyonya Muda."
Cih... nyonya muda.
"Hemmm. Berikan kepadaku, biar aku saja yang akan mengantarnya." ucap Bella merampas nampan yang berisi jus anggur yang dipegang Wulan.
"Bella." suara seseorang laki-laki dengan setelan jas hitam yang di lengkap kemeja putih didalamnya melangkah mendekati Bella. Laki-laki yang berpostur tinggi nam putih itu mendekat, sekilas matanya yang biru bak orang Portugis menatap kearah Wulan.
"Kak Radit." Ucap Bella setelah sesaat ia memalingkan wajahnya dan melihat cucu tertua dari keluarga Azman teryata memanggilnya.
"Apa yang kamu lakukan disini...??"
"Aku ingin mengantarkan jus anggur ini ke kamar Vino."
"Kenapa kamu repot-repot melakukannya biar pelayanan itu saja yang akan mengantarnya." lirik Radit kearah Wulan yang sudah menundukkan kepalanya.
"Tidak apa-apa kak, se-sekali bukankah kita harus berbakti kepada calon suami." sahut Bella cepat yang langsung melayangkan langkahnya pergi.
"Bella tunggu!! Tadi Mama meminta ku untuk memanggilmu, aku rasa ada hal penting yang ingin Mama sampaikan."
"Biar aku saja yang akan mengantarkan jus anggur ini kepada Vino." sambung Radit lagi.
"Benarkah, Tante memanggilku...??" Bella sontak antusias senang, pasalnya dia sudah mendapat restu dari Nyonya Erie, hanya tinggal menunggu restu dari Kakek Azman saja setelah itu Bella sudah sepenuhnya menjadi calon menantu keluarga Azman holding.
"Iya, Mama menunggumu di tempat biasa." (Maksud tempat biasa adalah ruangan tamu.)
"Iya-iya Bella akan segera ke sana, kalau begitu Bella titip ini kepada kak Radit." Bella seakan tidak sabar menyerahkan nampan berisi jus anggur yang tadi dia ambil dari tangan Wulan. Lalu setelah itu segera melengos pergi.
"Kau sangat cantik Bella, aku tidak bisa membiarkan mu menikah dengan Vino. Kalau aku tidak bisa mendapatkan mu maka Vino juga tidak bisa mendapatkannya." batin Radit tersenyum licik.
"Permisi Tuan Muda Radit. Wulan pamit pergi" tutur Wulan yang tidak tau lagi harus melakukan apa selain pergi turun dari lantai dua.
"Tunggu!!"
"Aku belum melihatmu sebelumnya, apa kau pelayan baru disini." matanya yang biru melirik Wulan dari ujung kaki hingga ujung rambut.
Wulan yang merasa di perhatikan langsung menundukkan kepalanya cepat, ia begitu risih ditata seperti itu.
"Iya, Tuan Muda."
"Hem'em, antar kan jus anggur ini kamar Vino. Aku ada pekerjaan lain yang harus aku lakukan." tukas Radit sembari menyodorkan jus anggur yang ia pegang.
"Baik Tuan." Wulan mengangguk cepat namun dia masih tetap berdiri mematung ditempatnya.
"Kenapa kamu masih disini, ayo cepat sana pergi." Radit mengibaskan tangannya mengisyaratkan untuk Wulan segera pergi.
"Maaf, Tuan Muda, tapi saya tidak tau dimana letak kamar Tuan Muda Vino." jawab Wulan sedikit gugup dia sangat takut kalau ia melakukan kesalahan jika bertanya. Tangannya yang putih sudah menggenggam erat nampan berisi jus anggur tersebut.
"Dasar payah. Itu, pintu kedua dari lorong tengah." tunjuk Radit sekilas lalu setelah itu pergi meninggalkan Wulan yang masih mematung ditempatnya.
Ckkkk katanya lemah lembut, renda hati kepada para pelayan. Tapi ternyata dia sama sekali tidak sama seperti apa yang digosipkan.
Batin Wulan sembari menatap punggung Radit yang sedang menuruni anak tangga.
Suara tepukan tangan bergumuru keras terdengar seisi ruangan, saat para tamu undangan menepuk tangan mereka masing-masing menyambut suara seorang pria tua yang umurnya hampir mencapai delapan puluhan.
Pria tua itu yang tak lain adalah Tuan Azman Holding sendiri. Walau umur sudah tua tapi tenaga dan wajahnya masih terlihat sangat muda bagi orang tua yang sebaya Tuan Azman pada umumnya.
Suasana semakin meriah saat semua orang menyanyikan lagu ulang tahun yang dilengkapi dengan suara musik mengalun. Membuat suasana menyentuh hati siapa saja yang menyaksikannya.
Wulan yang kala itu sedang sangat sibuk mondar-mandir bersama dengan para pelayan lainnya mempersiapkan apa yang dibutuhkan untuk acara penting ini.
Gadis muda nam polos itu tidak kenal kata lelah dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelayan. Ia bertekad tidak boleh bermalas-malasan kalau ingin sukses.
Kepala pelayan Yun yang melihat itu tersenyum senang. Jarang sekali ia melihat pelayan se-rajin dan secepat Wulan. Bahkan hampir semua pelayan mansion menatap kagum terhadap Wulan yang tidak mengenal kata lelah.
"Wulan..." panggil Bu Yun yang seketika membuat Wulan menghentikan langkahnya saat wanita itu hendak melewati Bu Yun.
"Iya, Bu Yun. Ada yang bisa Wulan bantu...??" tanyanya cepat.
"Tolong kamu antar kan jus anggur ini ke kamar Tuan muda Vino, dan ingat jangan melakukan kesalahan apapun, mengerti!!" tutur Bu Yun yang di angguk cepat oleh Wulan.
"Satu lagi, setelah selesai mengantarkan itu kamu istirahatlah. Sudah dari tadi kamu bekerja tanpa istirahat, nanti badanmu bisa sakit." sambung Bu Yun lagi.
"Iya." Wulan mengganggu lalu bergegas pergi dengan penuh kehati-hatian ia menaiki anak tangga yang berada ditengah-tengah ruangan tamu. Ruangan yang sudah di penuhi oleh banyaknya tamu undangan.
Hingga beberapa saat sesampainya Wulan di ujung anak tangga, kening Wulan berkerut dalam.
Ada tiga lorong berlawanan arah kini membuat Wulan harus berpikir panjang sebelum melangkah. Lorong mana yang harus ia lalui sementara ia baru pertama kalinya ini menaiki lantai dua.
Wulan seketika melengos tak kala manik-manik mata kecoklatan-nya menatap sosok wanita yang sangat ia kenal. Kekerasan yang dilakukan wanita itu bagaimana bisa Wulan begitu saja melupakannya.
Dia rasanya begitu sangat ingin membalas perlakuan wanita itu.
Bibir Bella seketika tersungging licik saat dia berhadapan dengan wanita yang baru saja tadi membuat ia geram.
"Kau..." Bella merapatkan ke-dua giginya menatap sinis kearah Wulan.
"Nona." sapa Wulan basa basi dengan senyuman di paksa.
"Ckkkk, wanita kampungan. Jangan memanggilku dengan sebutan itu tapi panggil aku sebagai Nyonya Muda, karena sebentar lagi aku akan menjadi satu-satunya menantunya di mansion ini. Kamu mengerti." tukas Bella.
Wulan mengangguk dia ingat betul apa yang di katakan Bu Yun tadi, kalau dia tidak boleh melakukan apapun. Termasuk berhadapan dengan wanita yang mengaku sebagai calon menantu keluarga Azman.
"Baiklah nyonya muda." ucap Wulan sembari sedikit menundukkan kepalanya memberi hormat.
"Bagus." Bella tersenyum puas.
Wulan melayangkan langkah kakinya yang sempat terjeda, ia memilih untuk mencari kamar Vino di lorong tengah terlebih dahulu. Namun baru dua langkah ia melangkah Bella sudah kembali menghadangnya lagi.
"Apa ini jus untuk Tuan Muda Vino??" tanyanya melirik kearah jus anggur yang dibawakan oleh Wulan.
"Iya, nyonya Muda."
Cih... nyonya muda.
"Hemmm. Berikan kepadaku, biar aku saja yang akan mengantarnya." ucap Bella merampas nampan yang berisi jus anggur yang dipegang Wulan.
"Bella." suara seseorang laki-laki dengan setelan jas hitam yang di lengkap kemeja putih didalamnya melangkah mendekati Bella. Laki-laki yang berpostur tinggi nam putih itu mendekat, sekilas matanya yang biru bak orang Portugis menatap kearah Wulan.
"Kak Radit." Ucap Bella setelah sesaat ia memalingkan wajahnya dan melihat cucu tertua dari keluarga Azman teryata memanggilnya.
"Apa yang kamu lakukan disini...??"
"Aku ingin mengantarkan jus anggur ini ke kamar Vino."
"Kenapa kamu repot-repot melakukannya biar pelayanan itu saja yang akan mengantarnya." lirik Radit kearah Wulan yang sudah menundukkan kepalanya.
"Tidak apa-apa kak, se-sekali bukankah kita harus berbakti kepada calon suami." sahut Bella cepat yang langsung melayangkan langkahnya pergi.
"Bella tunggu!! Tadi Mama meminta ku untuk memanggilmu, aku rasa ada hal penting yang ingin Mama sampaikan."
"Biar aku saja yang akan mengantarkan jus anggur ini kepada Vino." sambung Radit lagi.
"Benarkah, Tante memanggilku...??" Bella sontak antusias senang, pasalnya dia sudah mendapat restu dari Nyonya Erie, hanya tinggal menunggu restu dari Kakek Azman saja setelah itu Bella sudah sepenuhnya menjadi calon menantu keluarga Azman holding.
"Iya, Mama menunggumu di tempat biasa." (Maksud tempat biasa adalah ruangan tamu.)
"Iya-iya Bella akan segera ke sana, kalau begitu Bella titip ini kepada kak Radit." Bella seakan tidak sabar menyerahkan nampan berisi jus anggur yang tadi dia ambil dari tangan Wulan. Lalu setelah itu segera melengos pergi.
"Kau sangat cantik Bella, aku tidak bisa membiarkan mu menikah dengan Vino. Kalau aku tidak bisa mendapatkan mu maka Vino juga tidak bisa mendapatkannya." batin Radit tersenyum licik.
"Permisi Tuan Muda Radit. Wulan pamit pergi" tutur Wulan yang tidak tau lagi harus melakukan apa selain pergi turun dari lantai dua.
"Tunggu!!"
"Aku belum melihatmu sebelumnya, apa kau pelayan baru disini." matanya yang biru melirik Wulan dari ujung kaki hingga ujung rambut.
Wulan yang merasa di perhatikan langsung menundukkan kepalanya cepat, ia begitu risih ditata seperti itu.
"Iya, Tuan Muda."
"Hem'em, antar kan jus anggur ini kamar Vino. Aku ada pekerjaan lain yang harus aku lakukan." tukas Radit sembari menyodorkan jus anggur yang ia pegang.
"Baik Tuan." Wulan mengangguk cepat namun dia masih tetap berdiri mematung ditempatnya.
"Kenapa kamu masih disini, ayo cepat sana pergi." Radit mengibaskan tangannya mengisyaratkan untuk Wulan segera pergi.
"Maaf, Tuan Muda, tapi saya tidak tau dimana letak kamar Tuan Muda Vino." jawab Wulan sedikit gugup dia sangat takut kalau ia melakukan kesalahan jika bertanya. Tangannya yang putih sudah menggenggam erat nampan berisi jus anggur tersebut.
"Dasar payah. Itu, pintu kedua dari lorong tengah." tunjuk Radit sekilas lalu setelah itu pergi meninggalkan Wulan yang masih mematung ditempatnya.
Ckkkk katanya lemah lembut, renda hati kepada para pelayan. Tapi ternyata dia sama sekali tidak sama seperti apa yang digosipkan.
Batin Wulan sembari menatap punggung Radit yang sedang menuruni anak tangga.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved