Bab 12 Geram Vino

by Edy official 15:00,Jun 23,2021
"Hahhhhh hahhhhh ...." Suara nafas Wulan terengah-engah. Entah berapa kali sudah wanita itu membenamkan wajahnya dengan air kran dari wastafel. Ya, Wulan sekarang berada di kamar mandi setelah ia berhasil lepas dari dekapan Vino.

Nafas Wulan-pun semakin terdengar kasar, sepertinya wanita itu sangat marah dengan apa yang di lakukan Vino tadi terhadapnya.

Bagaimana tidak, Wulan hampir saja nyaris melepaskan kehormatan yang selama ini sangat ia jaga. Walau pun Wulan sadar kalau Vino itu adalah suaminya. Tapi, tidak di pukiri kalau mereka menikah karena terpaksa, jelas-jelas tidak ada cinta diantara keduanya.

"Nenek, aku kangen. Wulan ingin pulang, hikkkkkk." gumam wanita itu, rasanya ia sudah tidak tahan lagi. Ingin secepatnya terbebas dari masalah ini tapi sepertinya itu tidak mungkin. Apalagi sekarang Wulan sudah terikat dengan keluarga Azman holding.

Tentu saja Wulan harus berpikir sepuluh kali kalau mau mencoba kabur. Pengawasan di mansion ini sungguh ketat, siapa saja yang ingin keluar tentu harus mendapatkan izin dari Bu Yun terlebih dahulu.

Setelah tangisan mulai reda dan kondisi membaik, pelan-pelan wanita itu mencoba membukakan pintu, mengintip keberadaan Vino.

Wulan masih merasa takut kalau Vino akan melakukan hal gila seperti itu lagi

"Dimana dia, apa dia sudah keluar?" batin Wulan melihat tidak ada kebenaran Vino sama sekali. Padahal tadi ia meninggalkan Vino merintis kesakitan di atas ranjang.

Setelah mencoba memastikan lebih jelas dan Wulan sama sekali tidak menemukan kebenaran Vino di dalam kamar, barulah wanita itu memberanikan diri keluar dari kamar mandi.

Dengan mengunakan lilitan handuk putih sekejur tubuh Wulan membukakan lemari pakaian, yang sudah ia simpan bajunya di sana.

Kening Wulan berkerut seketika, tidak satupun dari pakaiannya berada di sana.

"Dimana bajuku, perasaan aku menaruhnya disini?" gumam wanita itu kembali membukakan lemari sebelahnya tapi hasilnya tetap sama. Wulan tidak menemukan bajunya.

"Apa dia membuang baju ku, karena marah aku telah membuatnya sakit?" tebak Nia mulai khawatir, tidak ada satupun bajunya tersisa kecuali dress tadi tadi pagi satu-satunya baju yang paling bagus ia punya telah sobek. Dan dress itupun tidak terlihat lagi di lantai.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu yang terdengar membuat mata Wulan teralih, Wulan tidak langsung menyahut untuk sesaat dia terdiam mencoba mendengar lebih jelas. Setelah Wulan rasa tau siapa yang telah mengutuk pintu pun barulah wanita itu memberikan diri menyahut serta membuka pintu.

"Iya, sebentar." sahutnya sebelum sesaat ia benar-benar membukakan pintu.

"Bu Yun."

"Nona muda, maaf menganggu. Saya kesini atas perintah tuan besar untuk menyerahkan ini," ucap Bu Yun sembari memperlihatkan apa yang sudah dia bawa.

"Apa itu?"

"Ini pakaian untuk anda Nona, maaf saya tadi sudah mengambil pakaian anda tanpa meminta izin terlebih dahulu. Jadi sebagai gantinya tuan besar membelikan semua pakaian ini untuk anda," jawab Bu Yun.

"Tapi ini terlalu banyak," Wulan melihat ada lebih dari sepuluh bungkus kotak pakaian yang di pegang seorana pelayanan di belakang Bu Yun.

"Kalau Nona tidak suka dengan model gaunnya atau warnanya, kami akan menggantikannya dengan yang lain."

"Tidak, bukan begitu maksudku."

"Tolong terimalah, ini perintah dari tuan besar." Desak Bu Yun membuat Wulan tidak punya pilihan lain selain menerima gaun itu.

Sebenarnya Wulan sedikit sungkan menerimanya, dari bentuk kotak saja Wulan bisa menebak kalau pakaian itu pasti sangatlah mahal. Wulan serasa seperti dikasihi saja.

"Terimakasih," ucap Wulan sembari mengambil kotak pakaian itu.

"Sama-sama." jawab Bu Yun sembari tersenyum hangat.

***

Di ruang keluarga.

"Aaagggrrr .... Sialan beraninya dia menolak ku." pekik Vino masih merasa nyeri akibat hentaman lutut Wulan lumanya keras.

"Aku pasti akan membuatmu membayar atas yang kau lakukan ini." gumam laki-laki itu.

"Hey, Vin kau sini." tutur Aditya baru saja datang, laki-laki itu hendak pergi kekantor.

"Bukan urusanmu, urus saja dirimu sendiri." ketus Vino.

"Adikku yang malang, aku tau kau pasti sangat menikmati pernikahanmu kan. Hahahaha ..... Aku harap kalian akan segera memberitahukan kami kabar bahagia," tutur Aditya dengan nada meledek lalu setelah melanjutkan kembali langkahnya.

"Aaagggrrr ..... Bajingan! Lihat saja aku akan membalasmu, kau juga harus merasakan apa yang aku rasakan!"

"Kunci mobilku, aaagggrrr ... Sial ketinggalan di kamar lagi."

"Hey kau, cepat ambilkan kunci mobilku!" perintah Vino kepada seorang pelayan yang kala itu melintas ruangan tamu.

"Maaf tuan, kami tidak bisa menerima perintah dari anda lagi mulai sekarang," jawab pelayan itu sembari menundukkan kepalanya.

"Apaaaaaaaa .... Beraninya kamu! Cepat ambilkan!" teriak Vino meninggikan suaranya.

"Maaf tuan permisi," ucap pelayanan itu bergegas pergi.

"Ahhhhh .... Kenapa jadi seperti ini," desih Vino menjabat kasar rambutnya.

Dringgg .... Suara bunyi ponsel, Dengan segera Vino meraihnya. Melekatkan benda tipis itu ke area daun telinganya tanpa peduli siapa yang menelpon.

"Vino, kamu dimana," terdengar suara menyambar sebrang sana, suara yang sangat Vino kenali.

"Aku ada di mansion," sahut Vino cepat.

"Apa? kau masih di mansion, apa kau lupa dengan kesepakatan kita kemaren?"

"Ya, aku ingat tapi masalahnya mobilku rusak. Kalian bisa menjemputku?"sahut Vino berbohong, tidak mungkin Vino akan memberitahukan sahabatnya kalau fasilitasnya kini telah di cabut.

"Ok, baiklah. Aku akan menjemputmu sekarang bersiap-siap lah."

Tuttttt .... Panggilan pun di akhiri.

Sementara di kamar, Wulan sudah siap dengan gaun yang ia kenakan, dari sekian banyak gaun Wulan memilih memakai dress merah muda selutut. Dress yang begitu elegan dan mewah berhasil membuat Wulan terlihat cantik sempurna.

Apalagi Wulan menyibakkan seluruh rambutnya kearah samping memperlihatkan lekuk leher jenjang putihnya itu.

Untuk sesaat Wulan terdiam, dia sedikit terpana melihat dirinya sendiri dari pantulan cermin meja rias. Di taburi sedikit lipstik berwarna merah muda.

"Sempurna," gumamnya tersenyum senyum sendiri.

Ini seperti mimpi bagi Wulan memakaikan gaun semahal ini, dulu dia sangat ingin menjadi orang sukses dah memiliki banyak gaun bagus. Tapi sekarang semua itu datang secara cuma-cuma, belum genap seminggu Wulan di Jakarta dirinya sudah mendadak kaya raya.

Entah ini berkat dari do'a-do'anya selama ini atau teguran dari sang maha kuasa kalau kita tidak boleh bermimpi terlalu tinggi.

Wulan mendengus, mungkin saat ini ia bisa menikmati menjadi orang kaya sesungguhnya tapi entah sampai kapan. Kalau Kakek Azman memutuskan hubungan dengan Wulan sudah pasti wanita itu akan kembali seperti sebelumnya.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

75