Bab 1 Daripada Mati Di Kediaman Keluarga Luo, Lebih Baik Menikmatinya

by Alice 10:01,Feb 05,2021
Di lantai 28 dalam gedung Hotel Jindu di Kota Jinyang, pintu lift mulai terbuka secara perlahan-lahan.
Thea Qiao berdiri di sana dengan tubuh yang tegak, gayanya saat berdiri bagaikan gaya berdiri di militer, dia tidak berniat keluar dari lift sama sekali.
Robert Luo melihatnya, sudut bibirnya terangkat ke atas membentuk senyuman yang jahil, "Kenapa? Tadinya sudah setuju, sekarang malah mulai tidak bersedia?"
Thea Qiao mengangkat pandangan matanya yang bening, wajahnya tidak memancarkan banyak ekspresi, sepasang tangannya memegang tas, kukunya memucat, "Benar."
Robert Luo mengulurkan tangan, memegang dagunya yang menawan, lalu mendekatkan diri padanya, memberikan peringatan dengan suara yang kecil, "Jangan lupa, ibumu yang suka berjudi itu masih sedang menungguku membantunya melunasi hutang, kalau sampai hal ini terbongkar, kamu rasa, bagaimana sikap ayahmu terhadapnya nantinya?"
Nada bicara sang pria saat berkata sangat lembut, tapi Thea Qiao mengerti seberapa besarnya bahaya di balik hal ini.
Sudut bibirnya melekukkan senyuman yang mengandung perasaan tak berdaya, sang wanita mengedipkan matanya, tidak membiarkan tubuhnya memperlihatkan kelemahannya sedikit pun, "Semoga kamu bisa menepati perkataanmu."
Robert Luo adalah suaminya, mereka sudah menikah selama setahun.
Dalam waktu setahun ini, dia telah berhubungan dengan begitu banyak wanita, tapi malah hanya Thea Qiao yang tidak dia sentuh.
Setahun kemudian, yang tepat merupakan hari ini, sang pria ingin mentransaksikan keperawanannya dengan sebuah surat kontrak bisnis.
Thea Qiao pun mengerti, satu-satunya pilihan yang ada untuknya hanyalah dengan menyetujuinya.
Kalau tidak menyetujuinya, ibunya yang menyedihkan dan senang berjudi itu harusnya bakalan mati tergeletak di jalanan.
Setahun yang lalu, Thea Qiao sudah menjual dirinya sekali, sekarang, dia tidak menyangka tubuhnya masih memiliki nilai dan bisa dijual sekali lagi.
Thea Qiao membusungkan dada, keluar dari lift, berdiri di depan pintu, tapi tetap saja tidak melangkahkan kakinya.
Tingkat kesabaran Robert Luo terbatas, sang pria mulai mendorong sang wanita yang ada di depannya, "Apa lagi yang ingin kamu lakukan?"
Thea Qiao sedikit sempoyongan, membalikkan badan dan melihat sang pria, bagian belakang sepatu hak tinggi bergesekan dengan kakinya, sedikit terasa sakit, "Aku berharap kamu jangan ikut pergi."
Robert Luo berdiri di dalam lift, memancarkan tatapan mata yang jahil, menyindir wanita di depan matanya, "Tenang saja, aku sudah sering melihat wanita sepertimu, tidak perlu merasa malu."
Thea Qiao mengangkat tangan dan memotong perkataannya, "Aku rasa, tidak ada seorang wanita pun yang bisa tahan atas tindakan seorang suami yang menyuruh sang istri menjual diri?"
Thea Qiao merasa sangat sedih saat sang pria ingin membawanya ke depan kamar orang itu.
"Aku pasti akan menyelesaikan hal yang kamu perintahkan." Thea Qiao memberikan jaminan, dia sudah tiba pada tahap seperti ini, dari awal sudah tidak bisa membatalkannya lagi.
"Atas dasar jaminan yang kamu berikan, baiklah, aku juga akan menyetujuimu, ingat, kode ucapannya adalah 'Room service'." Robert Luo kembali masuk ke dalam lift.
Pintu lift tertutup perlahan-lahan, Thea Qiao menurunkan pandangan matanya, menutupi bayangan hitam yang terpantul di bola matanya.
Setelah pintu lift tertutup rapat, sang wanita mulai mampu melihat wajahnya yang putih pucat.
Dia membalikkan badan dan berjalan pelan-pelan, karpet berbulu dilentangkan di lorong, terlihat sangat megah, dan mampu sepenuhnya meredamkan suara langkah kaki yang nyaring.
Ini adalah kedua kalinya sang wanita memasuki hotel ini, pertama kalinya dia datang ke hotel semewah ini tepat pada hari pernikahannya dengan Robert Luo.
Malam pertama pernikahan mereka pun dilewatkan di dalam kamar hotel president suite ini.
Lucunya, sang wanita tidur di sofa, sedangkan Robert Luo dan kekasihnya memainkan adegan panas di ranjang ruang kamar.
Thea Qiao berdiri di depan pintu ruang kamar, mengangkat pandangan matanya, melihat angka di pintu, memastikan ini adalah kamar yang disebutkan Robert Luo.
Sang wanita mengangkat tangannya, mengetuk dengan pelan, sepasang tangannya tak bertenaga, tenaga yang digunakan saat mengetuk sangat kecil, "Room service."
Suaranya Thea Qiao bagaikan suara nyamuk, di dalam lorong yang kosong, sedikit gemaan suaranya pun tak terdengar sama sekali.
Pintu kamar tidak berkutik, tidak ada yang datang membuka pintu.
Thea Qiao mulai memberanikan diri dan menenangkan dirinya sendiri, daripada menjadi wanita perawan tua dan mati di rumah kediaman keluarga Luo, lebih baik dia menikmatinya sekali.
Tenaganya saat mengetuk kali ini semakin membesar, "Room service!"
Suara pintu terbuka terdengar, Thea Qiao sekejap terbesit niat ingin melarikan diri, tapi ujung-ujungnya berhasil ditahan, "Apa kabar, aku adalah Thea Qiao." Suaranya begitu kecil bagaikan dengungan nyamuk.
Sebelum sempat melihat penampilan sang pria dengan jelas, tangannya telah ditarik oleh sang pria yang ada di dalam.
Thea Qiao ditarik ke dalam, saat suara teriakan histeris masih belum sempat disuarakan, tubuhnya telah dilempar ke ranjang dengan kasar, dan bibirnya dibungkam.
Sang pria dengan kasarnya melepaskan baju di tubuhnya, Thea Qiao membelalakkan mata lebar-lebar, dia hendak melakukan perlawanan, tapi semuanya hanyalah upaya yang sia-sia.
Di dalam ruang kamar, satu lampu pun tidak dinyalakan, sangat gelap, tidak ada cahaya sama sekali, Thea Qiao tidak mampu melihat paras sang pria dengan jelas, tapi mampu merasakan pergerakan yang kasar itu.
Dia bagaikan seekor binatang buas yang sedang bernafsu birahi, terus meraba setiap inci kulit di tubuhnya.
Sedetik saat tubuhnya didominasi dengan kasar, Thea Qiao dengan jelas merasakan keputusasaan yang muncul dari dalam lubuk hati, ciuman pertamanya, keperawanannya, semua telah diberikan pada seorang pria yang tidak dia kenali.
Tangan Thea Qiao mencengkram seprei kasur dengan erat, membungkam bibir dengan rapat, menerima sentuhan kasar dari sang pria, setiap sentuhan terasa bagaikan sayatan sebilah pisau kecil yang terus menyayat di hatinya berulang kali.
Kulit sang pria sangat panas, sang wanita mulai menyadari keganjilan kecil, pria ini memakan obat? Pantas bisa bertahan begitu lama......
Robert Luo telah bilang, orang yang membelinya ini adalah seorang pria paruh baya.
Meskipun postur tubuh pria yang ada di atas tubuhnya ini terasa cukup bagus, tapi kalau dia mengandalkan obat...... Sudut bibir Thea Qiao memancarkan senyuman sindiran, keperawanannya ternyata malah diberikan pada seorang pria yang tak mampu melakukan hal ini tanpa mengandalkan obat.
Tubuhnya di posisikan dengan berbagai gaya oleh sang pria, setiap kali saat mengira akan segera selesai, sang pria malah lanjut melakukannya.
Stamina Thea Qiao berangsur terkuras, matanya mengalirkan air mata, bahkan tenaga untuk melakukan perlawanan pun tak ada lagi.
Tahanlah sebentar lagi, setelah itu, hutang ibunya akan terlunasi.
Akhirnya, pria yang ada di atas tubuhnya telah melampiaskan semuanya di atas tubuh sang wanita, lalu tidur di sampingnya dengan tanpa perasaan.
Thea Qiao tidak berani bergerak sama sekali, semua baju di tubuhnya telah dilepaskan, dia bagaikan sebuah boneka yang memprihatinkan, Thea Qiao hanya berbaring di sana, bahkan tidak menggunakan selimut menutupi tubuhnya.
Saat mendengar suara napas sang pria yang kasar, Thea Qiao mengedipkan matanya, ini sudah berakhir bukan?
Thea Qiao bangun, sepasang tangannya gemetaran saat memakai baju, lalu memungut sepatu hak tinggi di lantai, kemudian keluar dengan kaki ceker ayam dan rambut yang berantakan.
Satu-satunya hal yang dia pikirkan dalam hati saat ini adalah tidak ingin terus berada di sini sedetik pun lagi, kalau terus berada di sini, dia takut dirinya akan digarap kedua kalinya oleh pria itu.
Hal yang begitu memalukan ini cukup dia alami untuk sekali saja......
Sang wanita tidak berani menyalakan lampu, karena takut akan melihat paras sang pria di sampingnya yang menjijikkan itu.
Sedetik saat pintu kamar tertutup, pria yang ada di atas ranjang membuka matanya, bola matanya memancarkan cahaya yang tajam, lalu pergi menyalakan lampu.
Di atas seprei kasur yang putih bersih, sebercak noda merah itu sangat mencolok, sang pria samar-samar masih mengingat hal yang terjadi tadinya, si wanita menangis?
Sudut bibir Xander Qin membentuk lekukan yang tajam, kejadian dengan wanita ini benar-benar hanya sekedar kecelakaan. Sang pria mengambil ponsel, lalu menghubungi serangkaian nomor telepon, "Bantu aku selidiki, bir yang diberikan padaku malam ini telah melalui tangan siapa saja."
Sang pria ingin tahu siapa sebenarnya yang telah memberi obat padanya.
Tindakannya yang kasar pada wanita itu tadi, sepenuhnya merupakan akibat dari efek obat, setelah melakukannya berulang kali, baru efek obatnya mereda.
"Akan segera kuselidiki, Pak Ketua tenang saja." Orang dari pihak sana langsung menanggapi.
"Selain itu......" Ucapan Xander Qin tiba-tiba berhenti.
"Mayor Jenderal?" Saat tidak mendengar lanjutan perkataannya, orang dari pihak telepon sana langsung bertanya.
"Bukan apa-apa, kuberikan waktu selama sepanjang malam ini untukmu, segera selidiki dengan jelas." Suara Xander Qin memancarkan karisma.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

760