Bab 9 Pak Ketua, Selamat Malam, Semoga Bermimpi Indah
by Alice
10:01,Feb 05,2021
Xander Qin tidak bereaksi terhadap sanjungan dari Thea Qiao, "Ke mana?"
"Perkotaan." Stella Lin tinggal di daerah perkotaan, dia berniat pergi menginap di sana malam ini.
"Naiklah." Xander Qin melihatnya.
Kakinya Thea Qiao seakan-akan telah melengket di tanah, tidak bisa bergerak sedikit pun, "Tidak perlu, terima kasih Pak Ketua." Sebaiknya tetap menjaga jarak dengan pria yang seperti ini.
"Di daerah ini tidak ada taxi." Mata Xander Qin bersinar, perjalanan dari sini hingga ke perkotaan harus menempuh waktu perjalanan selama sejam kalau berjalan kaki.
Thea Qiao sendiri tahu akan hal ini, dia menurunkan pandangan mata, tidak ingin membiarkan si pria terlalu banyak menyadari suasana hatinya dari balik tatapan mata.
Perjalanan selama sejam, apalagi Thea Qiao memakai sepatu hak tinggi......
Di selang waktu di mana mereka berdua saling diam, Thea Qiao akhirnya mengalah, "Terima kasih Pak Ketua."
Xander Qin memberikan sedikit ruang untuknya, Thea Qiao masuk ke mobil Hummer, merasa tidak tenang, pria ini sudah membantunya untuk kedua kalinya.
Thea Qiao menoleh, Thea Qiao merasa sepasang mata pria yang duduk di sampingnya begitu bersinar di kegelapan malam, berkilau bagaikan bintang-bintang di langit malam, Thea Qiao tak mampu mengalihkan pandangan matanya.
Willem Yang merasa suasana di antara mereka berdua terasa sedikit aneh, lalu batuk sejenak, "Ehem ehem."
Thea Qiao mengalihkan pandangan mata, diam-diam merasa bersyukur, untung saja tidak ada cahaya lampu, kalau tidak, ekspresi di wajahnya yang aneh itu akan langsung terbongkar.
"Nona Thea, Anda ingin ke mana?" Willem Yang bertanya.
Thea Qiao memberitahukan alamat apartemen di mana Stella Lin tinggal, "Komplek Baiyun sana."
Dia memalingkan wajah, lalu berkata dengan serius terhadap pria yang ada di samping: "Terima kasih."
Thea Qiao mengeluarkan ponsel saat teringat dia masih belum mengabari Stella Lin, menyalakannya, lalu sebuah suara yang membuat suasana jadi canggung terdengar, ponselnya kehabisan baterai dan nonaktif secara otomatis.
Thea Qiao melihat sang pria dengan ekspresi canggung.
Xander Qin pun kebetulan sedang melihatnya.
Thea Qiao berkata dengan suara yang dingin, "Pak Ketua, bolehkan meminjamkan ponselmu padaku sebentar? Ponselku kehabisan baterai." Jenis pekerjaan Stella Lin bersifat khusus, terkadang akan bekerja di malam hari, Thea Qiao sekarang masih belum tahu pasti apakah Stella Lin malam ini harus bekerja atau tidak.
Keseganan Thea Qiao terhadapnya terasa menusuk bagi Xander Qin.
Di sela waktu perenungan, Thea Qiao mengira dia tidak bersedia meminjamkannya, "Err, aku ingin memastikan temanku ada di rumah atau tidak, Pak Ketua, jadilah orang baik hingga tuntas."
Setelah mengatakannya, Thea Qiao merasa menyesal, ucapannya tadi terkesan sedikit menjilatinya.
Dari kecil sampai tumbuh besar, Thea Qiao tidak pernah berkata seperti ini terhadap orang lain.
Xander Qiao melekukkan bibirnya ke atas, lalu mengeluarkan ponselnya dari dalam kantong.
"Terima kasih." Thea Qiao menerimanya, dan segera berterima kasih.
Ponsel Xander Qin terasa sangat panas akibat terkena suhu tubuhnya, Thea Qiao membuka layar, setelah itu baru sadar layarnya terkunci.
Xander Qin mengulurkan tangannya, jari tangan yang panjang menekan serangkaian angka dengan cepat.
Thea Qiao mengedipkan matanya, sebelum sempat melihatnya dengan jelas, sang pria telah selesai membuka kunci layar.
Thea Qiao mengetik nomor telepon Stella Lin, panggilannya diangkat, "Halo, Stella, kamu malam ini di rumah tidak?"
Karena adanya keberadaan orang di sampingnya, Thea Qiao berbicara dengan suara kecil.
Suara Stella Lin yang lantang terdengar, "Aku malam ini bekerja, kamu kenapa?"
Sebelum Thea Qiao sempat menjawab, dia kembali berkata: "Jangan-jangan Robert si sialan itu telah melakukan sesuatu padamu dan kamu lagi-lagi ingin menghindarinya? Kamu sekarang di mana? Ini bukanlah nomor teleponmu."
Thea Qiao merasa sedikit malu, suara Stella Lin saat berkata sangat keras, sehingga Xander Qin telah mendengarnya.
"Stella, ponselku kehabisan baterai, makanya meminjam ponselnya...... orang asing." Thea Qiao mengecilkan suaranya.
Orang asing? Xander Qin mengangkat alisnya.
"Sudah ya, aku tidak kenapa-napa, kamu tidak perlu khawatir, bekerjalah baik-baik, aku tutup dulu ya." Thea Qiao buru-buru menutup panggilannya.
Lalu mengembalikan ponsel pada Xander Qin, "Terima kasih." Thea Qiao kembali berterima kasih.
Xander Qin menerima ponselnya, jari tangan secara tak sengaja menyentuh tangannya sang wanita.
Thea Qiao segera menarik tangannya.
Wajah Xander Qin tidak memiliki ekspresi apapun, "Suamimu mengusirmu?"
Thea Qiao menggelengkan kepala, dia sendirilah yang kabur, "Kami bertengkar, Pak Ketua kenapa bisa tahu aku sudah menikah?"
"Tahu dari cincin di tanganmu." Xander Qin sudah memahami latar belakangnya dengan jelas dari awal, cincin hanyalah sebuah alasan.
Thea Qiao spontan memasukkan tangannya ke dalam kantong dan tersenyum.
Di Kota Jinyang, orang yang tahu Robert Luo sudah menikah sangat banyak, orang yang tahu bahwa dia adalah Nyonya Luo yang tidak dicintai pun sangat banyak.
"Dia memperlakukanmu dengan buruk?" Xander Qin bertanya.
"Harusnya orang di seluruh Kota Jinyang sudah mengetahuinya bukan." Thea Qiao berkata jujur, Thea Qiao tidak akan berbohong.
Dia tidak ingin membuat dirinya terlihat seperti seorang pemeran wanita utama yang menyedihkan, tidak dicintai pun tetap akan mengatakan dirinya baik-baik saja.
Xander Qin mengerutkan kening, "Aku tidak melihat berita gosip."
...... Thea Qiao terbungkam.
"Temanmu malam ini bekerja, jadi kamu mau ke mana?" Willem Luo melihat jalanan di depan mata.
"Turunkan saja aku di sembarang hotel." Thea Qiao tidak memiliki tempat tujuan lain.
Pembicaraan berhenti di sini.
Thea Qiao melihat lampu jalanan dan bayangan pohon di luar jendela mobil, tidak berbicara lagi dengan Xander Qin.
Willem Yang mengantarkan Thea Qiao ke sebuah hotel berbintang 5 terdekat.
"Terima kasih Pak Ketua." Setelah berterima kasih, Thea Qiao membalikkan badan dan pergi.
"Perlu kuantar masuk tidak?" Ekspresi di wajah Xander Qin tidak berubah, bagaikan gunung es.
Thea Qiao tidak merasakan adanya niat buruk darinya, karena faktor identitasnya, Thea Qiao menggelengkan kepala menolaknya.
"Pak Ketua, aku adalah wanita yang sudah bersuami, Anda yang merupakan seorang petinggi di militer tidak pantas masuk ke hotel bersamaku." Thea Qiao perhatian terhadapnya, juga ingin melindungi dirinya sendiri.
"Aku masuk sendirian saja, Pak Ketua, selamat malam, semoga bermimpi indah."
Setelah Xander Qin melihat sosok tubuhnya menghilang di pintu hotel, setelah itu baru memberi perintah: "Jalan."
"Pak Ketua, Anda ingin pulang ke rumah?" Willem Yang melihat ke arah pria di belakang yang tetap berkarisma seperti dulu.
Tapi entah kenapa dia merasa ada sesuatu yang berbeda.
Pak Ketua dulunya tidak akan begitu tertarik terhadap wanita mana pun.
Dengan kata lain, dia tidak akan sengaja bertanya meski sudah tahu.
"Hmm." Xander Qin memejamkan mata.
Thea Qiao memesan sebuah kamar, lalu meminta pegawai hotel memberikan powerbank, saat baru saja mengecasnya, langsung ada pesan yang masuk ke ponsel.
Ketika membuka dan melihatnya, baru Thea Qiao tahu ini adalah foto selfie yang dikirimkan oleh Yuzy Tao, latar belakangnya adalah kamarnya dengan Robert Luo.
Aura provokasi terkandung di balik senyumannya Yuzy Tao.
Thea Qiao merasa kacau melihatnya, gambaran foto-foto tadi muncul dan membuatnya mengerutkan kening.
"Selamat terhadapmu yang telah memasuki kamarnya, dan ingat untuk membawa serta seprei kasurnya saat kamu pergi, aku merasa risi terhadapmu." Thea Qiao membalas pesannya.
Yuzy Tao bersikap seperti ini secara terang-terangan, tapi sayangnya Thea Qiao pun bukanlah orang yang mudah ditindas.
Ponsel Thea Qiao berbunyi, ada panggilan dari Stella Lin, Thea Qiao mengangkatnya, "Stella, ada apa?"
"Thea, jujur padaku, ponsel tadi benar-benar miliknya orang asing?" Stella Lin kebetulan baru saja selesai dalam kesibukannya, setelah melihat riwayat panggilan, baru dia mulai sadar dirinya dikelabui.
"Hmm." Thea Qiao berkata, hubungan dia dan Xander Qin sama sekali tidak terbilang akrab.
"Thea, angka awal nomor itu adalah nomor telepon kodim......"Stella Lin membongkar kedoknya.
Thea Qiao tertegun, "Benarkah? Mungkin dia adalah orang di kodim, orangnya cukup baik, dia langsung meminjamkan ponselnya padaku saat tahu ponselku kehabisan baterai."
Stella Lin mulai bergosip, "Benarkah? Dia merasa tertarik padamu? Thea, orang itu tampan tidak? Bagaimana dengan postur tubuhnya?"
"Cukup bagus." Thea Qiao menanggapinya dengan asal bicara, Xander Qin mana mungkin hanya sekedar cukup bagus, sebenarnya dia terbilang sempurna.
Robert Luo termasuk dalam ketampanan yang bersifat lembut, sedangkan orang itu, memiliki ketampanan yang bersifat kekar.
"Benarkah? Aku rasa dia tertarik padamu, Thea, cepat genggamlah kesempatan ini." Stella Lin mulai bersemangat, dan berusaha membujuknya.
"Perkotaan." Stella Lin tinggal di daerah perkotaan, dia berniat pergi menginap di sana malam ini.
"Naiklah." Xander Qin melihatnya.
Kakinya Thea Qiao seakan-akan telah melengket di tanah, tidak bisa bergerak sedikit pun, "Tidak perlu, terima kasih Pak Ketua." Sebaiknya tetap menjaga jarak dengan pria yang seperti ini.
"Di daerah ini tidak ada taxi." Mata Xander Qin bersinar, perjalanan dari sini hingga ke perkotaan harus menempuh waktu perjalanan selama sejam kalau berjalan kaki.
Thea Qiao sendiri tahu akan hal ini, dia menurunkan pandangan mata, tidak ingin membiarkan si pria terlalu banyak menyadari suasana hatinya dari balik tatapan mata.
Perjalanan selama sejam, apalagi Thea Qiao memakai sepatu hak tinggi......
Di selang waktu di mana mereka berdua saling diam, Thea Qiao akhirnya mengalah, "Terima kasih Pak Ketua."
Xander Qin memberikan sedikit ruang untuknya, Thea Qiao masuk ke mobil Hummer, merasa tidak tenang, pria ini sudah membantunya untuk kedua kalinya.
Thea Qiao menoleh, Thea Qiao merasa sepasang mata pria yang duduk di sampingnya begitu bersinar di kegelapan malam, berkilau bagaikan bintang-bintang di langit malam, Thea Qiao tak mampu mengalihkan pandangan matanya.
Willem Yang merasa suasana di antara mereka berdua terasa sedikit aneh, lalu batuk sejenak, "Ehem ehem."
Thea Qiao mengalihkan pandangan mata, diam-diam merasa bersyukur, untung saja tidak ada cahaya lampu, kalau tidak, ekspresi di wajahnya yang aneh itu akan langsung terbongkar.
"Nona Thea, Anda ingin ke mana?" Willem Yang bertanya.
Thea Qiao memberitahukan alamat apartemen di mana Stella Lin tinggal, "Komplek Baiyun sana."
Dia memalingkan wajah, lalu berkata dengan serius terhadap pria yang ada di samping: "Terima kasih."
Thea Qiao mengeluarkan ponsel saat teringat dia masih belum mengabari Stella Lin, menyalakannya, lalu sebuah suara yang membuat suasana jadi canggung terdengar, ponselnya kehabisan baterai dan nonaktif secara otomatis.
Thea Qiao melihat sang pria dengan ekspresi canggung.
Xander Qin pun kebetulan sedang melihatnya.
Thea Qiao berkata dengan suara yang dingin, "Pak Ketua, bolehkan meminjamkan ponselmu padaku sebentar? Ponselku kehabisan baterai." Jenis pekerjaan Stella Lin bersifat khusus, terkadang akan bekerja di malam hari, Thea Qiao sekarang masih belum tahu pasti apakah Stella Lin malam ini harus bekerja atau tidak.
Keseganan Thea Qiao terhadapnya terasa menusuk bagi Xander Qin.
Di sela waktu perenungan, Thea Qiao mengira dia tidak bersedia meminjamkannya, "Err, aku ingin memastikan temanku ada di rumah atau tidak, Pak Ketua, jadilah orang baik hingga tuntas."
Setelah mengatakannya, Thea Qiao merasa menyesal, ucapannya tadi terkesan sedikit menjilatinya.
Dari kecil sampai tumbuh besar, Thea Qiao tidak pernah berkata seperti ini terhadap orang lain.
Xander Qiao melekukkan bibirnya ke atas, lalu mengeluarkan ponselnya dari dalam kantong.
"Terima kasih." Thea Qiao menerimanya, dan segera berterima kasih.
Ponsel Xander Qin terasa sangat panas akibat terkena suhu tubuhnya, Thea Qiao membuka layar, setelah itu baru sadar layarnya terkunci.
Xander Qin mengulurkan tangannya, jari tangan yang panjang menekan serangkaian angka dengan cepat.
Thea Qiao mengedipkan matanya, sebelum sempat melihatnya dengan jelas, sang pria telah selesai membuka kunci layar.
Thea Qiao mengetik nomor telepon Stella Lin, panggilannya diangkat, "Halo, Stella, kamu malam ini di rumah tidak?"
Karena adanya keberadaan orang di sampingnya, Thea Qiao berbicara dengan suara kecil.
Suara Stella Lin yang lantang terdengar, "Aku malam ini bekerja, kamu kenapa?"
Sebelum Thea Qiao sempat menjawab, dia kembali berkata: "Jangan-jangan Robert si sialan itu telah melakukan sesuatu padamu dan kamu lagi-lagi ingin menghindarinya? Kamu sekarang di mana? Ini bukanlah nomor teleponmu."
Thea Qiao merasa sedikit malu, suara Stella Lin saat berkata sangat keras, sehingga Xander Qin telah mendengarnya.
"Stella, ponselku kehabisan baterai, makanya meminjam ponselnya...... orang asing." Thea Qiao mengecilkan suaranya.
Orang asing? Xander Qin mengangkat alisnya.
"Sudah ya, aku tidak kenapa-napa, kamu tidak perlu khawatir, bekerjalah baik-baik, aku tutup dulu ya." Thea Qiao buru-buru menutup panggilannya.
Lalu mengembalikan ponsel pada Xander Qin, "Terima kasih." Thea Qiao kembali berterima kasih.
Xander Qin menerima ponselnya, jari tangan secara tak sengaja menyentuh tangannya sang wanita.
Thea Qiao segera menarik tangannya.
Wajah Xander Qin tidak memiliki ekspresi apapun, "Suamimu mengusirmu?"
Thea Qiao menggelengkan kepala, dia sendirilah yang kabur, "Kami bertengkar, Pak Ketua kenapa bisa tahu aku sudah menikah?"
"Tahu dari cincin di tanganmu." Xander Qin sudah memahami latar belakangnya dengan jelas dari awal, cincin hanyalah sebuah alasan.
Thea Qiao spontan memasukkan tangannya ke dalam kantong dan tersenyum.
Di Kota Jinyang, orang yang tahu Robert Luo sudah menikah sangat banyak, orang yang tahu bahwa dia adalah Nyonya Luo yang tidak dicintai pun sangat banyak.
"Dia memperlakukanmu dengan buruk?" Xander Qin bertanya.
"Harusnya orang di seluruh Kota Jinyang sudah mengetahuinya bukan." Thea Qiao berkata jujur, Thea Qiao tidak akan berbohong.
Dia tidak ingin membuat dirinya terlihat seperti seorang pemeran wanita utama yang menyedihkan, tidak dicintai pun tetap akan mengatakan dirinya baik-baik saja.
Xander Qin mengerutkan kening, "Aku tidak melihat berita gosip."
...... Thea Qiao terbungkam.
"Temanmu malam ini bekerja, jadi kamu mau ke mana?" Willem Luo melihat jalanan di depan mata.
"Turunkan saja aku di sembarang hotel." Thea Qiao tidak memiliki tempat tujuan lain.
Pembicaraan berhenti di sini.
Thea Qiao melihat lampu jalanan dan bayangan pohon di luar jendela mobil, tidak berbicara lagi dengan Xander Qin.
Willem Yang mengantarkan Thea Qiao ke sebuah hotel berbintang 5 terdekat.
"Terima kasih Pak Ketua." Setelah berterima kasih, Thea Qiao membalikkan badan dan pergi.
"Perlu kuantar masuk tidak?" Ekspresi di wajah Xander Qin tidak berubah, bagaikan gunung es.
Thea Qiao tidak merasakan adanya niat buruk darinya, karena faktor identitasnya, Thea Qiao menggelengkan kepala menolaknya.
"Pak Ketua, aku adalah wanita yang sudah bersuami, Anda yang merupakan seorang petinggi di militer tidak pantas masuk ke hotel bersamaku." Thea Qiao perhatian terhadapnya, juga ingin melindungi dirinya sendiri.
"Aku masuk sendirian saja, Pak Ketua, selamat malam, semoga bermimpi indah."
Setelah Xander Qin melihat sosok tubuhnya menghilang di pintu hotel, setelah itu baru memberi perintah: "Jalan."
"Pak Ketua, Anda ingin pulang ke rumah?" Willem Yang melihat ke arah pria di belakang yang tetap berkarisma seperti dulu.
Tapi entah kenapa dia merasa ada sesuatu yang berbeda.
Pak Ketua dulunya tidak akan begitu tertarik terhadap wanita mana pun.
Dengan kata lain, dia tidak akan sengaja bertanya meski sudah tahu.
"Hmm." Xander Qin memejamkan mata.
Thea Qiao memesan sebuah kamar, lalu meminta pegawai hotel memberikan powerbank, saat baru saja mengecasnya, langsung ada pesan yang masuk ke ponsel.
Ketika membuka dan melihatnya, baru Thea Qiao tahu ini adalah foto selfie yang dikirimkan oleh Yuzy Tao, latar belakangnya adalah kamarnya dengan Robert Luo.
Aura provokasi terkandung di balik senyumannya Yuzy Tao.
Thea Qiao merasa kacau melihatnya, gambaran foto-foto tadi muncul dan membuatnya mengerutkan kening.
"Selamat terhadapmu yang telah memasuki kamarnya, dan ingat untuk membawa serta seprei kasurnya saat kamu pergi, aku merasa risi terhadapmu." Thea Qiao membalas pesannya.
Yuzy Tao bersikap seperti ini secara terang-terangan, tapi sayangnya Thea Qiao pun bukanlah orang yang mudah ditindas.
Ponsel Thea Qiao berbunyi, ada panggilan dari Stella Lin, Thea Qiao mengangkatnya, "Stella, ada apa?"
"Thea, jujur padaku, ponsel tadi benar-benar miliknya orang asing?" Stella Lin kebetulan baru saja selesai dalam kesibukannya, setelah melihat riwayat panggilan, baru dia mulai sadar dirinya dikelabui.
"Hmm." Thea Qiao berkata, hubungan dia dan Xander Qin sama sekali tidak terbilang akrab.
"Thea, angka awal nomor itu adalah nomor telepon kodim......"Stella Lin membongkar kedoknya.
Thea Qiao tertegun, "Benarkah? Mungkin dia adalah orang di kodim, orangnya cukup baik, dia langsung meminjamkan ponselnya padaku saat tahu ponselku kehabisan baterai."
Stella Lin mulai bergosip, "Benarkah? Dia merasa tertarik padamu? Thea, orang itu tampan tidak? Bagaimana dengan postur tubuhnya?"
"Cukup bagus." Thea Qiao menanggapinya dengan asal bicara, Xander Qin mana mungkin hanya sekedar cukup bagus, sebenarnya dia terbilang sempurna.
Robert Luo termasuk dalam ketampanan yang bersifat lembut, sedangkan orang itu, memiliki ketampanan yang bersifat kekar.
"Benarkah? Aku rasa dia tertarik padamu, Thea, cepat genggamlah kesempatan ini." Stella Lin mulai bersemangat, dan berusaha membujuknya.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved