Bab 19 Ketua, Kulit Anda Dingin, Sangat Nyaman
by Alice
10:01,Feb 05,2021
“Aku tak….” apa-apa, Thea Qiao belum selesai berbicara pun langsung merasakan sekujur tubuhnya yang kepanasan.
Keningnya seketika berkeringat, ia pun melirik pendingin ruangan sekilas dengan bingung. Apakah tidak dinyalakan?
“Agak panas.” Pipinya memerah, kedua tangan menyentuh pipi dan hal tersebut tidak dapat dikurangi.
Xander Qin mengerutkan dahi, kelima indera yang tajam itu pun tampak semakin serius.
“Wajahmu sangat merah.” ujarnya. Ia sebenarnya tahu jelas apa yang terjadi pada dirinya.
“Ada apa yang terjadi padaku?” Pandangan Thea Qiao menjadi buram. Setelah melepaskan kacamata, pandangannya pun terpusat pada Xander Qin.
“Kamu diberi obat.” balasnya yang mengetahui akal sehat wanita ini akan pelan-pelan ditelan habis oleh kegairahan.
“Sialan.” Thea Qiao bersandar pada meja, takut dirinya sendiri langsung menerkam Xander Qin.
Pasti Robert Luo yang menaruh obat di dalam anggur merahnya.
“Maaf.” Ia tiba-tiba meminta maaf.
Xander Qin terbingung melihatnya. Ia yang tidak enak badan, mengapa ia meminta maaf?
“Suamiku selalu menganggap kita berdua memiliki hubungan seperti itu, jadi sengaja menaruh obat untuk membuktikan dirinya. Cepatlah pergi, aku takut ia juga menjebakmu.” Thea Qiao takut sendiri juga berakhir tidak bisa menahannya.
Tiba-tiba Xander Qin memiliki ide, bangkit dari tempat duduk dan memandang wanita yang tidak enak badan itu dari atas. “Apakah kamu masih bisa berjalan?”
Meninggalkan ia sendiri di restoran sungguh berbahaya.
“Bisa.” Akal sehat Thea Qiao masih ada, sambil berdiri dengan bertumpu pada meja.
“Kamu tidak boleh tinggal di sini sendiri, mari pergi bersamaku.” ujar Xander Qin kepadanya.
Thea Qiao memilih percaya karena melihat ketegasannya. Ia mengikutinya dari belakang dengan langkah yang tidak seimbang.
Mengetahui dirinya tidak boleh terlalu dekat dengan Xander Qin, ia merasa sangat tidak nyaman dan resah.
Xander Qin membawanya jalan ke luar, karena sering datang ke sini makan, ia pun cukup kenal dengan jalan kecil di sini. Ia memilih satu jalan kecil dan berjalan ke sana.
Mereka berdua tiba di sebelah mobil Hummer.
Letnan Kolonel Yang terkejut melihat adegan ini, “Ketua, Nona Qiao….”
“Buka pintu.” Xander Qin baru saja berkata, tubuh Thea Qiao pun langsung jatuh ke depan.
Gerakannya cepat, sehingga berhasil menangkapnya.
“Terima kasih.” Thea Qiao meminta maaf dengan lemas. Suara dan tubuhnya persis tidak bertenaga.
Xander Qin membawanya naik mobil.
Letnan Kolonel Yang melihat kedua orang yang duduk di belakang, “Ketua, sekarang mau kemana?”
“Hotel.” Xander Qin memasang wajah datar.
Thea Qiao sekarang terus bergelut ke atas tubuhnya dan hampir sudah tidak ada kesadaran sendiri.
“Baik.” Punggung belakang Letnan Kolonel Yang berkeringat. Wanita yang melakukan ini kepada Xander Qin kali itu telah diusir keluar dari Kota Jinyang.
Ia pun memundurkan mobil, menuju ke hotel yang terdekat.
Thea Qiao tidak dapat menahan reaksi tubuhnya, mendekati Xander Qin.
Bibir merahnya yang kering itu mengecup lehernya, hingga meninggalkan jejak yang ambigu, baru pelan-pelan berpindah ke samping telinganya.
“Ketua, kulit Anda dingin, sangat nyaman.” Thea Qiao mendesah pelan. Suaranya pun terdengar genit karena efek obat.
Letnan Kolonel Yang melihat kedua orang melalui kaca spion.
Xander Qin masih tidak bergerak, mulutnya tertutup dengan erat dan dirinya bersikap tegas.
Sedangkan Thea Qiao terus bergerak dan menyentuhnya.
“Ketua….” Tangan Letnan Kolonel Yang yang menyentuh setiran pun gemetar.
“Tidak perlu peduli, lanjut setir mobilmu.” perintah Xander Qin.
“Baik.” Letnan Kolonel Yang terus berusaha agar dirinya menganggap situasi di belakang sana tidak ada.
Tangan Thea Qiao terus meraba dari leher hingga akhirnya mendarat di bagian sensitif milik pria, bahkan juga sengaja mempermainkannya.
Xander Qin seperti mau meledak, menggertak gigi dan mengangkat tangan, mendaratkan serangan pisau di atas leher Thea Qiao.
Thea Qiao pun jatuh pingsan dan terjatuh ke dalam pelukan Xander Qin.
Dalam mobil pun tidak ada suara desahan yang menggoda itu lagi dan suasana menjadi sepi.
Letnan Kolonel Yang menghela nafas lega. Untungnya Ketua menahan diri, kalau tidak akibatnya tidak dapat dibayangkan, jika ia berhubungan dengan seorang wanita yang sudah menikah.
Ketua mereka adalah bintang masa depan di dalam kamp militer mereka.
“Ketua, apakah sekarang masih mau pergi ke hotel?” tanya Letnan Kolonel Yang.
“Hmm.” Xander Qin mengerutkan dahi, kelima inderanya yang cuek itu menunjukkan rasa tidak berdaya. Ia sudah menjadi tenang, tapi dengan tenaga tangannya tadi, lehernya mungkin harus sakit untuk dua hari setelah ia sadar kembali.
Saat mau tiba di hotel, Letnan Kolonel Yang menyadari bahwa mereka sedang diikuti. Ia memberi tahu, “Ketua, mobil Mercedes Benz di belakang itu terus mengikuti kita selama satu perjalanan.”
Xander Qin teringat akan kata-kata Thea Qiao dan tatapannya pun tampak cuek. Ia pun segera merubah rencana, “Jauhkan mereka di tempat parkir hotel, lalu kembali ke komando distrik militer.”
“Baik.” Letnan Kolonel Yang mengerti maksudnya.
Berdasarkan dirinya yang familiar terhadap tempat parkir hotel ini, Letnan Kolonel Yang pun berhasil menjauhkan mobil Robert Luo dan keluar hotel melalui jalur lain.
Kembali ke komando distrik militer, Xander Qin membiarkan beberapa tentara wanita untuk membawa Thea Qiao ke ruang medis.
Saat Thea Qiao sadar kembali, efek obatnya pun sudah menghilang. Dokter militer pun maju, tersenyum menyapa, “Kamu sudah sadar? Bagaimana dengan perasaanmu sekarang?”
Sekujur tubuhnya tak bertenaga. Ia mengerutkan dahi, melihat sekeliling, lalu bertanya, “Mengapa aku bisa berada di sini?”
“Ketua Qin yang membawamu datang ke sini. Kamu diberi obat perangsang, lalu dipukul hingga jatuh pingsan selama tiga jam.” Dokter komando distrik militer membalas.
Thea Qiao teringat sedikit akan hal-hal yang ia lakukan kepada Xander Qin di mobil. Ia sepertinya tidak sadar dan memegang milik pria bagian sana, akhirnya ia pun tak teringat apapun.
Seharusnya ia dipukul pingsan saat itu? Wajah Thea Qiao pun memerah, bisa-bisanya ia melakukan hal-hal seperti itu kepada pria yang menahan hasrat!
Untung saja ia dipukul pingsan, kalau tidak ia sungguh tidak tahu hal-hal apa yang akan ia lakukan kepada Xander Qin.
Ia ingin duduk, tapi seketika pusing, ia pun terbaring kembali di atas ranjang. “Ada apa yang terjadi padaku?”
“Efek samping yang tersisa dari obat perangsang, sepertinya orang itu menaruh obat itu terlalu berlebihan, sehingga tubuhmu terasa lemas.” jelas Dokter militer.
“Tenang saja, minum sedikit dan makan setelah sadar, akan membuatmu merasa lebih baik. Aku beri cairan infus untukmu terlebih dahulu, membantu untuk memulihkan tenagamu.”
“Terima kasih.” Thea Qiao mengangguk berterima kasih.
Dokter militer pun memasangkan cairan infus untuknya. Pintu ruang medis terdorong, lalu Letnan Kolonel Yang pun masuk ke dalam dengan membawa sekotak makanan. “Nona Qiao, Anda sudah sadar.”
Thea Qiao bangkit dan duduk. “Terima kasih, Letnan Kolonel Yang.” Saat teringat dirinya bertingkah tidak sopan kepada Xander Qin dan ia berada di sana juga, hatinya menjadi semakin tidak enak.
Letnan Kolonel Yang jelas sekali juga teringat akan adegan itu. Ia pun berbatuk ringan dan memberi kotak makan itu. “Ini adalah kotak makan yang diperintah Ketua untuk Anda. Anda makanlah sedikit.”
“Terima kasih.” Thea Qiao juga sudah lapar.
Xander Qin membiarkan Letnan Kolonel Yang menyiapkan bubur. Ia pun meniupnya, bersiap untuk makan.
Pintu ruang medis sekali lagi terdorong. Kali ini, Dokter militer berdiri dan memberi salam. “Selamat siang, Ketua.”
Tangan Thea Qiao seketika berhenti. Mengapa ia datang kemari? Ia pun merunduk, berusaha menahan rasa canggung yang ada di dalam hatinya.
Xander Qin berdiri di hadapannya, melihat raut wajahnya yang pucat itu. Kedua tangannya pun dimasukkan ke dalam kantong celana, suaranya masih saja tak berperasaan, “Apakah kamu sudah merasa lebih baik?”
Keningnya seketika berkeringat, ia pun melirik pendingin ruangan sekilas dengan bingung. Apakah tidak dinyalakan?
“Agak panas.” Pipinya memerah, kedua tangan menyentuh pipi dan hal tersebut tidak dapat dikurangi.
Xander Qin mengerutkan dahi, kelima indera yang tajam itu pun tampak semakin serius.
“Wajahmu sangat merah.” ujarnya. Ia sebenarnya tahu jelas apa yang terjadi pada dirinya.
“Ada apa yang terjadi padaku?” Pandangan Thea Qiao menjadi buram. Setelah melepaskan kacamata, pandangannya pun terpusat pada Xander Qin.
“Kamu diberi obat.” balasnya yang mengetahui akal sehat wanita ini akan pelan-pelan ditelan habis oleh kegairahan.
“Sialan.” Thea Qiao bersandar pada meja, takut dirinya sendiri langsung menerkam Xander Qin.
Pasti Robert Luo yang menaruh obat di dalam anggur merahnya.
“Maaf.” Ia tiba-tiba meminta maaf.
Xander Qin terbingung melihatnya. Ia yang tidak enak badan, mengapa ia meminta maaf?
“Suamiku selalu menganggap kita berdua memiliki hubungan seperti itu, jadi sengaja menaruh obat untuk membuktikan dirinya. Cepatlah pergi, aku takut ia juga menjebakmu.” Thea Qiao takut sendiri juga berakhir tidak bisa menahannya.
Tiba-tiba Xander Qin memiliki ide, bangkit dari tempat duduk dan memandang wanita yang tidak enak badan itu dari atas. “Apakah kamu masih bisa berjalan?”
Meninggalkan ia sendiri di restoran sungguh berbahaya.
“Bisa.” Akal sehat Thea Qiao masih ada, sambil berdiri dengan bertumpu pada meja.
“Kamu tidak boleh tinggal di sini sendiri, mari pergi bersamaku.” ujar Xander Qin kepadanya.
Thea Qiao memilih percaya karena melihat ketegasannya. Ia mengikutinya dari belakang dengan langkah yang tidak seimbang.
Mengetahui dirinya tidak boleh terlalu dekat dengan Xander Qin, ia merasa sangat tidak nyaman dan resah.
Xander Qin membawanya jalan ke luar, karena sering datang ke sini makan, ia pun cukup kenal dengan jalan kecil di sini. Ia memilih satu jalan kecil dan berjalan ke sana.
Mereka berdua tiba di sebelah mobil Hummer.
Letnan Kolonel Yang terkejut melihat adegan ini, “Ketua, Nona Qiao….”
“Buka pintu.” Xander Qin baru saja berkata, tubuh Thea Qiao pun langsung jatuh ke depan.
Gerakannya cepat, sehingga berhasil menangkapnya.
“Terima kasih.” Thea Qiao meminta maaf dengan lemas. Suara dan tubuhnya persis tidak bertenaga.
Xander Qin membawanya naik mobil.
Letnan Kolonel Yang melihat kedua orang yang duduk di belakang, “Ketua, sekarang mau kemana?”
“Hotel.” Xander Qin memasang wajah datar.
Thea Qiao sekarang terus bergelut ke atas tubuhnya dan hampir sudah tidak ada kesadaran sendiri.
“Baik.” Punggung belakang Letnan Kolonel Yang berkeringat. Wanita yang melakukan ini kepada Xander Qin kali itu telah diusir keluar dari Kota Jinyang.
Ia pun memundurkan mobil, menuju ke hotel yang terdekat.
Thea Qiao tidak dapat menahan reaksi tubuhnya, mendekati Xander Qin.
Bibir merahnya yang kering itu mengecup lehernya, hingga meninggalkan jejak yang ambigu, baru pelan-pelan berpindah ke samping telinganya.
“Ketua, kulit Anda dingin, sangat nyaman.” Thea Qiao mendesah pelan. Suaranya pun terdengar genit karena efek obat.
Letnan Kolonel Yang melihat kedua orang melalui kaca spion.
Xander Qin masih tidak bergerak, mulutnya tertutup dengan erat dan dirinya bersikap tegas.
Sedangkan Thea Qiao terus bergerak dan menyentuhnya.
“Ketua….” Tangan Letnan Kolonel Yang yang menyentuh setiran pun gemetar.
“Tidak perlu peduli, lanjut setir mobilmu.” perintah Xander Qin.
“Baik.” Letnan Kolonel Yang terus berusaha agar dirinya menganggap situasi di belakang sana tidak ada.
Tangan Thea Qiao terus meraba dari leher hingga akhirnya mendarat di bagian sensitif milik pria, bahkan juga sengaja mempermainkannya.
Xander Qin seperti mau meledak, menggertak gigi dan mengangkat tangan, mendaratkan serangan pisau di atas leher Thea Qiao.
Thea Qiao pun jatuh pingsan dan terjatuh ke dalam pelukan Xander Qin.
Dalam mobil pun tidak ada suara desahan yang menggoda itu lagi dan suasana menjadi sepi.
Letnan Kolonel Yang menghela nafas lega. Untungnya Ketua menahan diri, kalau tidak akibatnya tidak dapat dibayangkan, jika ia berhubungan dengan seorang wanita yang sudah menikah.
Ketua mereka adalah bintang masa depan di dalam kamp militer mereka.
“Ketua, apakah sekarang masih mau pergi ke hotel?” tanya Letnan Kolonel Yang.
“Hmm.” Xander Qin mengerutkan dahi, kelima inderanya yang cuek itu menunjukkan rasa tidak berdaya. Ia sudah menjadi tenang, tapi dengan tenaga tangannya tadi, lehernya mungkin harus sakit untuk dua hari setelah ia sadar kembali.
Saat mau tiba di hotel, Letnan Kolonel Yang menyadari bahwa mereka sedang diikuti. Ia memberi tahu, “Ketua, mobil Mercedes Benz di belakang itu terus mengikuti kita selama satu perjalanan.”
Xander Qin teringat akan kata-kata Thea Qiao dan tatapannya pun tampak cuek. Ia pun segera merubah rencana, “Jauhkan mereka di tempat parkir hotel, lalu kembali ke komando distrik militer.”
“Baik.” Letnan Kolonel Yang mengerti maksudnya.
Berdasarkan dirinya yang familiar terhadap tempat parkir hotel ini, Letnan Kolonel Yang pun berhasil menjauhkan mobil Robert Luo dan keluar hotel melalui jalur lain.
Kembali ke komando distrik militer, Xander Qin membiarkan beberapa tentara wanita untuk membawa Thea Qiao ke ruang medis.
Saat Thea Qiao sadar kembali, efek obatnya pun sudah menghilang. Dokter militer pun maju, tersenyum menyapa, “Kamu sudah sadar? Bagaimana dengan perasaanmu sekarang?”
Sekujur tubuhnya tak bertenaga. Ia mengerutkan dahi, melihat sekeliling, lalu bertanya, “Mengapa aku bisa berada di sini?”
“Ketua Qin yang membawamu datang ke sini. Kamu diberi obat perangsang, lalu dipukul hingga jatuh pingsan selama tiga jam.” Dokter komando distrik militer membalas.
Thea Qiao teringat sedikit akan hal-hal yang ia lakukan kepada Xander Qin di mobil. Ia sepertinya tidak sadar dan memegang milik pria bagian sana, akhirnya ia pun tak teringat apapun.
Seharusnya ia dipukul pingsan saat itu? Wajah Thea Qiao pun memerah, bisa-bisanya ia melakukan hal-hal seperti itu kepada pria yang menahan hasrat!
Untung saja ia dipukul pingsan, kalau tidak ia sungguh tidak tahu hal-hal apa yang akan ia lakukan kepada Xander Qin.
Ia ingin duduk, tapi seketika pusing, ia pun terbaring kembali di atas ranjang. “Ada apa yang terjadi padaku?”
“Efek samping yang tersisa dari obat perangsang, sepertinya orang itu menaruh obat itu terlalu berlebihan, sehingga tubuhmu terasa lemas.” jelas Dokter militer.
“Tenang saja, minum sedikit dan makan setelah sadar, akan membuatmu merasa lebih baik. Aku beri cairan infus untukmu terlebih dahulu, membantu untuk memulihkan tenagamu.”
“Terima kasih.” Thea Qiao mengangguk berterima kasih.
Dokter militer pun memasangkan cairan infus untuknya. Pintu ruang medis terdorong, lalu Letnan Kolonel Yang pun masuk ke dalam dengan membawa sekotak makanan. “Nona Qiao, Anda sudah sadar.”
Thea Qiao bangkit dan duduk. “Terima kasih, Letnan Kolonel Yang.” Saat teringat dirinya bertingkah tidak sopan kepada Xander Qin dan ia berada di sana juga, hatinya menjadi semakin tidak enak.
Letnan Kolonel Yang jelas sekali juga teringat akan adegan itu. Ia pun berbatuk ringan dan memberi kotak makan itu. “Ini adalah kotak makan yang diperintah Ketua untuk Anda. Anda makanlah sedikit.”
“Terima kasih.” Thea Qiao juga sudah lapar.
Xander Qin membiarkan Letnan Kolonel Yang menyiapkan bubur. Ia pun meniupnya, bersiap untuk makan.
Pintu ruang medis sekali lagi terdorong. Kali ini, Dokter militer berdiri dan memberi salam. “Selamat siang, Ketua.”
Tangan Thea Qiao seketika berhenti. Mengapa ia datang kemari? Ia pun merunduk, berusaha menahan rasa canggung yang ada di dalam hatinya.
Xander Qin berdiri di hadapannya, melihat raut wajahnya yang pucat itu. Kedua tangannya pun dimasukkan ke dalam kantong celana, suaranya masih saja tak berperasaan, “Apakah kamu sudah merasa lebih baik?”
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved