Bab 13 Suami Istri Harus Melihat Suasana

by Summer 11:47,Mar 22,2021
"Tidak usah!" Ivory Ning segera menolak, tetapi ia langsung tersadar, "Sudah semalam ini, kau belum pulang juga?"

Terdengar suara tawa konyol dari ujung telepon, "Kamu tidak kunjung menerima teleponku. Karena takut kamu akan datang ke kafe, jadi aku terus duduk di sini menunggumu sampai kafe tutup."

Entah apa yang ia katakan setelah itu, Ivory Ning sudah tidak mendengarnya.

Hidungnya terasa pedih, bahkan ia hampir menangis.

Sebenarnya lelaki sebodoh apa yang sampai melakukan hal semacam ini.

"Leo Chen, kamu tidak perlu melakukan semua ini untukku," ujar Ivory Ning pelan sambil menahan rasa pedih di hidungnya.

Lawan bicaranya justru memperkeras suaranya, "Kalau aku tidak berjuang, bagaimana bisa aku mendapatkan pujaan hatiku? Cepat istirahatlah, aku baru bisa tenang kalau kamu tidak apa-apa. Sampai jumpa besok!"

"Hm," jawabnya dengan deheman. Saat menutup telepon, ia tidak lagi berbicara dengan keji, karena ia benar-benar tidak tega.



Keesokan harinya, Ivory Ning terbangun secara alami. Saat membuka matanya, disadarinya sepasang mata besar yang hitam legam tengah menatapnya erat-erat.

Melihat Ivory Ning sudah bangun, ia segera melakukan gerakan andalannya, ia melompat ke lantai dan berkata dengan suara imut, "Mommy! Masih sakit tidak? Daddy bilang kemarin Mommy digigit anjing, jadi tidak bisa menemani Willy."

"Anjing? Digigit anjing?" Ivory Ning mengerjap-ngerjapkan mata, memandang pria bertubuh tinggi besar yang memasang wajah sebal di belakang bocah itu.

"Sudahlah, karena kamu sudah bangun, cepat ganti baju dan pulang!"

"Hm," jawab Ivory Ning sambil mengangguk. Didapatinya satu set baju bersih di sebelah bantalnya. Saat memperhatikan Tyler Jin lagi, ia baru sadar bahwa pakaiannya tetap sama seperti kemarin. Tyler Jin tidak ganti baju?

Mungkinkah kemarin malam Tyler Jin tidak pulang?

Meskipun ia dan Tyler Jin baru saling mengenal, dari dulu Ivory Ning sudah pernah mendengar bahwa Tyler Jin memiliki ruang pakaian seluas ratusan meter persegi, pakaian yang dikenakannya setiap hari tidak pernah sama.

Apalagi ia pecinta kebersihan, tidak mungkin ia tidak mandi semalaman.

Tetapi, tidak mungkin kan, Tyler Jin menjaganya di rumah sakit semalaman?

"Apa yang kupikirkan? Jangan menerka-nerka."

Ivory Ning menepuk-nepuk wajahnya sendiri. Ia masuk ke kamar mandi, didapatinya putung rokok di ambang jendela, dan rokok yang belum dihisap di dalam tong sampah.

Ia benar-benar tidur terlalu lelap, bisa-bisanya ia bahkan tidak tahu kapan Tyler Jin masuk ke kamar mandi.

Saat hendak ganti baju, ia mandi dahulu. Ketika akan mengenakan baju gantinya, baru ia menyadari bahwa pakaian yang disiapkan Tyler Jin tidak menyertakan pakaian dalam.

Sedangkan pakaian dalam yang tadinya ia pakai sudah basah terkena siraman shower.

Dan saat itu pula, terdengar suara tidak sabar pria itu dari luar, "Ivory Ning, apakah kamu tercemplung ke toilet?"

Benar-benar seorang pemarah! Padahal ia baru saja menunggu sebentar.

Ivory Ning menggaruk kepala, ia merasa hampir gila. Kalau ia mengenakan pakaian dalam yang basah, ia pasti akan terkena flu. Kalau tidak pakai, bajunya terlalu tipis, pasti akan tembus pandang.

Setelah cukup lama memeras otak di kamar mandi, ia merasa benar-benar tidak ada jalan lain. Ia sedikit membuka pintu, sambil bersembunyi di balik pintu, ia berkata, "CEO Jin, apakah kamu bisa membantuku..."

Ia benar-benar tidak ingin merepotkan Tyler Jin, tetapi selain pria itu, di sini hanya ada Willy. Tentu saja ia tidak bisa meminta anak berusia 4 tahun untuk membantunya, bukan?

Gerakan Ivory Ning begitu lembut, namun gerakan Tyler Jin sangat kasar dan kuat.

Ivory Ning terdorong oleh pintu, ia segera bersembunyi di satu sudut kamar mandi.

Tyler Jin menerjang masuk, mereka berdua saling bertatapan. Dalam sekejap, keadaan menjadi sunyi.

Keadaan semakin terasa canggung, Ivory Ning secara reflek menutupi dirinya dengan tangan, wajahnya seketika terasa panas.

Tyler Jin segera menutup pintu karena takut terlihat oleh anak kecil itu, ia juga segera menarik pandangannya dari Ivory Ning dan melihat keluar jendela.

"Kamu sedang berencana merayuku di siang bolong?"

"CEO Jin, aku bersumpah atas gajiku, Anda-lah yang menerjang masuk."

Ivory Ning mengerjap-ngerjapkan matanya yang dihiasi bulu mata yang indah, ia menggigit bibir merahnya, "Bolehkah aku meminjam jasmu? Aku tidak punya pakaian dalam untuk ganti..."

"Pekerjaan Linda semakin lama semakin tidak becus!" ucap Tyler Jin dingin. Meskipun wajah tampannya tampak tidak senang, namun gerakannya tidak ragu-ragu, ia segera melepas jasnya dan memakaikannya pada Ivory Ning.

Seketika, Ivory Ning merasa hangat, ia berterima kasih dengan suara lembut.

Tiba-tiba, terdengar teriakan Willy dari luar, "Kakak suster datang untuk mengukur suhu tubuh Mommy, cepat keluar!"

Tyler Jin segera berbalik, Ivory Ning buru-buru mengenakan pakaian.

Saat ia keluar dari kamar mandi, wajahnya benar-benar memerah.

Suster itu memandang mereka berdua, dilihatnya jas lelaki yang dikenakan oleh Ivory Ning, ia pun bergumam, "Ini rumah sakit bukan hotel, apalagi ada anak kecil di sini. Pikirkanlah dampaknya terhadap anak."

"Nona suster, kamu salah paham, kami tidak..." kata Ivory Ning segera menjelaskan, namun kemudian ia sadar ceritanya akan sangat panjang.

Ekspresi suster itu tampak bagaikan sudah mengerti segalanya. Ia menunjuk ranjang pasien dan berkata, "Sudah, tidak perlu dijelaskan, berbaringlah di sana, akan kuperiksa lagi kondisi Anda sebelum keluar dari rumah sakit."

Setelah Ivory Ning berbaring, suster itu menarik tirai, hendak mengukur suhu tubuhnya dan memastikan tidak ada masalah kesehatan lain.

Saat Ivory Ning melepas jas Tyler Jin dan mengangkat pakaiannya, suster itu tercengang.

"Hubungan Anda dan suami Anda panas sekali ya. Melihat anak Anda sudah sebesar itu, sepertinya kalian bukan pengantin baru. Apakah Anda melahirkan dengan operasi caesar? Jika anak pertama caesar, anak kedua juga tidak akan lahir dengan lancar, harus caesar juga."

Suster itu semakin bersemangat dengan obrolannya. Meskipun itu jelas hanya basa-basi, tetapi Ivory Ning merasa malu mendengarnya.

Ia masih perawan, ia belum pernah tidur dengan laki-laki, apalagi melahirkan.

"Sebenarnya aku..." Saat Ivory Ning hendak menjelaskan, suster itu mengambil kembali termometer dari ketiaknya, melihat-lihatnya dan berkata, "Semuanya normal, kenakan lagi pakaian Anda."

Ivory Ning menelan kembali hal yang mau dikatakannya, dan segera merapikan pakaiannya.

Suster itu membuka tirai dan mengatakan sesuatu pada Tyler Jin, kemudian bergurau dengan Willy, baru ia pergi.

Wajah Tyler Jin terlihat amat sangat suram. Ia menggandeng tangan Willy dan mengelus kepalanya, "Pergi carilah Linda, Daddy mau mengurus dokumen kepulangan Mommy."

"Oke," jawab bocah itu sambil mengangguk. Ia tertawa sambil menutupi mulutnya, "Daddy, apakah tadi Daddy membuat Mommy malu? Wajah Mommy merah sekali."

"Anak kecil jangan ikut campur, cepat pergi!"

"Em, em," jawabnya. Sepertinya Daddy-nya sudah tercerahkan.

Setelah pengganggu kecil itu pergi, Tyler Jin segera mengunci pintu kamar pasien dari dalam.

Melihat itu, Ivory Ning yang duduk di ranjang pasien merasa tegang.

Lelaki itu tidak mengatakan apa pun, ia langsung berjalan ke arah Ivory Ning. Ia menunduk menatap Ivory Ning, "Dulu kau berbohong padaku?"

"Bohong? Aku tidak mengerti maksudmu."

"Masih berdalih? Suster itu bilang kau pernah melahirkan dengan cara caesar!"

Sorot lelaki itu tampak haus, bagaikan ingin menelannya bulat-bulat.

Ivory Ning terkejut, ia mundur, menegakkan punggung dan berkata, "Aku tidak berdalih, aku memang belum pernah melahirkan! Lagipula, apa hubungannya aku mengasuh Willy dengan pernah tidaknya aku melahirkan?"

Ini bukan pertama kalinya ia bertanya apakah Ivory Ning pernah melahirkan. Pertama kalinya ia bertanya demikian, ia masih bertanya dengan tenang, namun kali kedua, sepertinya ia sudah mulai jengkel.

Pasti ada salah paham...

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

557