Bab 2 Memanfaatkan Perang untuk Menopang Perang
by Guddy Two
17:35,Jul 04,2025
Astaga! Sekejam itu?
Julian menggertakkan giginya.
Tidak bisa! Dia harus mempertahankan kedua kakinya!
Lagi pula, tubuh lamanya adalah seorang yang bodoh. Jika perubahan dirinya terlalu mencolok, pasti akan menimbulkan kecurigaan.
Namun, menjadi orang bodoh juga ada keuntungannya. Orang-orang biasanya tidak akan terlalu memperhitungkan tindakan orang bodoh.
Tak lama kemudian, dia tiba di Istana Kekaisaran Dinasti Veltherra.
Kemegahan istana ini bahkan melebihi Istana Terlarang di kehidupan sebelumnya.
Begitu melewati Gerbang Tengah, suasana yang khidmat dan agung langsung terasa menyelimuti.
Karena pasukan pengawal tidak diizinkan masuk, Marcus pun menarik tangan Julian menuju Istana Dominion.
"Yang Mulia, Adipati Marcus sudah tiba!"
Pelayan pribadi membisikkan kabar itu di telinga Cassian.
"Oh, kebetulan sekali. Aku memang hendak mengutus seseorang untuk memanggilnya!"
Saat itu, dia sedang mengumpulkan para menteri kepercayaannya untuk membahas urusan kenegaraan. Bahkan ketika Putri Gynvale memohon untuk menghadap, dia pun tidak sempat melayaninya.
"Putra mahkota Adipati Marcus juga datang bersamanya!"
Saat mendengar hal tersebut, Cassian langsung mengernyitkan dahinya. "Untuk apa anak bodoh itu datang ke sini?"
"Kami tidak tahu, Yang Mulia."
"Oke, biarkan ayah dan anak itu masuk!"
Cassian berkata dengan tegas.
Kemudian, Marcus membawa Julian masuk ke istana. Ketika melihat para menteri kepercayaan di sisi Kaisar, dia sempat terpaku, lalu segera berlutut dan menangis tersedu-sedu. "Yang Mulia, saya yang bersalah ini datang untuk memohon ampun!"
Julian pun mengikutinya dan berlutut di hadapan sang Kaisar.
"Yang Mulia, saya salah. Tolong jangan hukum mati saya. Saya benar-benar menyesal … "
Cassian tertegun sesaat. Ada apa sebenarnya dengan ayah dan anak ini?
Para pejabat di sekelilingnya pun saling pandang dengan raut bingung.
Cassian melangkah maju dan membantu Marcus berdiri. Lalu, dia bertanya dengan heran, "Marcus, apa yang terjadi dengan matamu?"
Marcus pun menjawab dengan agak canggung, "Saya yang bersalah ini tidak sengaja terjatuh di rumah. Anda tidak perlu khawatir, Yang Mulia."
"Oh, jadi kesalahan apa sebenarnya yang kamu perbuat?"
"Yang Mulia, saya sudah gagal membimbing putra saya dengan baik sampai dia melakukan kesalahan. Saya mohon Yang Mulia menjatuhkan hukuman kepada saya."
Ketika melihat raut wajah Kaisar Cassian yang tampak kebingungan, Marcus mulai menduga dalam hati, "Jangan-jangan sang Putri belum menyampaikan peristiwa itu kepada Yang Mulia?"
Sementara itu, Cassian menoleh kepada Julian dan berkata, "Julian, kali ini kamu membuat kesalahan apa lagi?"
Dia memang tahu betul bahwa Si Bodoh Julian ini kerap membuat masalah. Seandainya dahulu saat pemberontakan Marcus tidak menggantikan dirinya menghadapi bahaya, tentu saja dia tidak akan pernah mempertimbangkan untuk menikahkan putri kesayangannya dengan pemuda seperti ini.
Julian memandangi Cassian dan dalam hati bergumam, "Jadi, ini Kaisar Cassian?"
Tampaknya tidak jauh berbeda dari orang kebanyakan.
Dengan wajah polos, dia berkata, "Yang Mulia Ayah Mertua, saya pun tidak tahu kesalahan apa yang sudah saya perbuat. Tiba-tiba saja Ayah saya memukuli saya, lalu berkata, Yang Mulia Ayah Mertua hendak menghukum mati saya. Saya benar-benar ketakutan … "
Saat mendengar ucapan itu, dada Marcus langsung terasa sesak. Anak bodoh ini benar-benar membuat masalah lagi!
Berani-beraninya dia memanggil Kaisar dengan sebutan "Yang Mulia Ayah Mertua."
Para pejabat di sekitar hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum getir. "Pemuda ini memang nggak kenal takut!"
"Haha, terakhir kali dia bahkan memanggilku kakek tua," ujar seorang petinggi kerajaan.
"Yang Mulia saya … "
"Sudahlah, urusan ini kita bicarakan nanti saja. Sekarang mari berkumpul dan bahas perkara penting terlebih dahulu."
Cassian memandangi Julian yang tubuhnya berlumuran darah dan wajahnya penuh lumpur, lalu segera memanggil para pelayan istana untuk membantunya membersihkan diri.
Dalam hati, dia berpikir dengan kondisi seperti ini, anak bodoh itu paling-paling hanya terlibat perkelahian atau membuat sedikit keributan.
Di sisi lain, Julian dalam hati merasa Kaisar Cassian ternyata cukup memperlakukannya dengan baik sebagai menantu!
Sepertinya, kedua kakinya masih bisa diselamatkan!
"Julian, diam di tempat! Jangan pergi ke mana-mana! Sebentar lagi semuanya akan selesai!"
Marcus memperingatkannya dengan tegas, lalu berjalan cepat ke depan dan memberi salam kepada orang-orang, "Salam hormat Adipati Zavaria, Pangeran Chalderra, Adipati Zerelorn … "
Mereka semua adalah tokoh-tokoh penting yang dulu ikut Kaisar Cassian turun ke medan perang. Ketika melihat lingkar mata Marcus yang lebam, mereka tidak bisa menahan tawa.
Orang yang paling bodoh sekali pun tahu jika matanya menjadi seperti itu karena baru saja ditinju oleh seseorang.
"Yang Mulia, Julian ada di sini … "
"Nggak masalah. Dia hanya anak bodoh yang nggak mengerti apa-apa."
Cassian menoleh ke arah Feron Blackmoor sang Adipati wilayah Zavaria, lalu menunjuk pada peta geomansi di depannya sambil berkata, "Tiga tahun lalu, kita berhasil mengusir bangsa Xunari, tapi sekarang mereka kembali lagi. Laporan mendesak dari wilayah barat daya mengatakan kalau setelah Modric Dornel melarikan diri ke pedalaman padang rumput, dia berhasil mengalahkan suku Shaenor, lalu membentuk aliansi dengan suku Jekhan, Drenai, Kaellun."
"Yang Mulia, saya bersedia memimpin pasukan untuk memusnahkan mereka!" Adipati Eldenroch, Corvin Axeborn, yang berwajah garang berseru dengan lantang, "Bangsa barbar itu selalu mengganggu perbatasan wilayah kita setiap tahunnya. Sudah saatnya kita bertindak tegas pada mereka!"
"Betul sekali, Yang Mulia! Ini saat yang tepat untuk menyerang mereka!" Marcus memberi hormat, lalu berkata, "Yang Mulia, saya bersedia memimpin pasukan untuk menghadapi bangsa Xunari!"
Dia sebenarnya sudah cukup berjasa. Namun, karena Julian sudah membuat masalah besar, dia khawatir perjodohan ini akan dibatalkan oleh Kaisar.
Demi si Bodoh Julian, dia tidak punya pilihan lain selain menawarkan diri.
"Nggak bisa. Saat ini keuangan negara sedang menipis. Dari mana kita bisa membiayai perang?"
Kemudian, Adipati Wenmark yang bernama Jaeven Greythal ikut memberi hormat sambil berkata, "Yang Mulia, negara ini sudah lama menderita karena peperangan. Jika perang kembali pecah, rakyat akan makin sengsara. Saya berharap Yang Mulia bisa beristirahat dengan tenang bersama semua orang."
Begitu dia selesai bicara, Erren Olmere sang Adipati Weistral juga menambahkan, "Yang Mulia, kas negara tidak mencukupi untuk melakukan ekspedisi militer jarak jauh. Sebaiknya kita fokus saja pada pertahanan. Jika tetap ingin berperang, tunggulah beberapa tahun lagi hingga kondisi keuangan negara kita pulih. Kalau tidak, kita akan bernasib sama seperti dinasti sebelumnya."
Begitu mendengar kata-kata tersebut, Corvin langsung merasa geram dan berseru dengan lantang, "Dasar pengecut! Musuh sudah datang menantang sampai depan pintu, apa kita masih harus bersabar?"
"Corvin, siapa yang kamu bilang pengecut?"
"Tentu saja kamu, Jaeven! Kamu terlalu banyak alasan! Baru dua tahun hidup damai, lalu sekarang kamu sudah lupa betapa sulitnya kita dulu bertahan? Kalau kamu takut, pulang saja dan peluk istrimu di rumah!"
Tubuh Jaeven sampai gemetaran karena marah dan dia pun segera membalas, "Corvin, kamulah yang pengecut! Ayo, kita duel agar bisa melihat siapa pengecut yang sebenarnya!"
Di sisi lain, Julian hanya bisa tersenyum saat melihat adegan tersebut. Ternyata seperti ini tingkat pejabat zaman dulu. Baru berbeda pendapat sedikit saja langsung ingin berduel?
Namun, setelah mendengarkan cukup lama, dia akhirnya paham juga.
Kaisar ingin berperang, para jenderal pun demikian, tetapi para pejabat sipil menolak. Selain itu, kas negara juga tidak mencukupi.
Mereka ingin berperang, tetapi tidak ingin menghabiskan terlalu banyak anggaran dan membebani rakyat? Itu bisa diatasi!
"Biayai saja perang itu dengan hasil perang itu sendiri."
Julian berkata dengan santai.
Istana Dominion sangat luas dan memiliki gema yang kuat. Meskipun dia mengucapkan kata-kata itu dengan suara pelan, kata-katanya tetap terdengar jelas oleh semua orang yang ada di sana.
Seketika itu juga, semua orang langsung menoleh ke arah Julian dan berkata, "Julian, apa yang kamu katakan barusan?"
Marcus pun segera menyela dan berkata, "Tuan-tuan, anak saya hanya asal bicara. Tolong jangan dianggap serius!"
Setelah mengatakan kata-kata tersebut, dia pun memohon maaf kepada Kaisar dan berjalan cepat menghampiri Julian sambil berkata, "Ayo keluar! Mainlah di luar!"
"Hm."
Julian mengangguk dengan enggan.
Namun, Cassian justru terlihat sedang merenung dalam-dalam.
Membiayai perang dengan hasil perang itu sendiri?
Tiba-tiba, dia menepuk pahanya sendiri dan berkata, "Benar juga! Kita bisa membiayai perang dengan hasil perang itu sendiri! Kenapa aku nggak terpikirkan sebelumnya?"
Dia pun buru-buru melangkah ke hadapan Julian dan berkata, "Julian, tadi kamu menguping pembicaraan kami, bukan?"
Julian segera menjawab dengan cepat, "Saya tidak menguping. Dari tadi pembicaraan kalian memang bisa didengar oleh semua orang di ruangan ini."
Cassian menggeleng dan tersenyum sambil berkata, "Kalau begitu, bagaimana kamu bisa sampai punya ide untuk membiayai perang dengan hasil perang itu sendiri?"
"Oh, saya hanya asal bicara aja."
Julian menjawab dengan santai dan kembali melanjutkan, "Yang Mulia Ayah Mertua, mana mungkin orang sebodoh saya bisa memberikan pendapat untuk Anda?"
Semua orang yang mendengar itu pun tertawa lepas. Suasana yang tadinya tegang seperti siap perang, langsung berubah menjadi lebih santai.
Cassian pun hanya bisa tersenyum kecut. Julian menyebut dirinya sendiri bodoh dan nyatanya memang seperti itu!
"Tapi, kalau kamu memang ingin berbagi pendapat, itu juga nggak masalah!"
Julian pun mendongakkan kepalanya dan berkata, "Yang Mulia Ayah Mertua, asal Anda mau menyetujui satu permintaan saya, saya akan memberitahu Anda cara mengatasi kosongnya kas negara tanpa membebani rakyat, tanpa merugikan anggaran, sekaligus bisa mengirim pasukan untuk menyerang bangsa Xunari!"
"Dasar anak bodoh! Jangan bicara sembarangan!"
Marcus langsung cemas dan berkata, "Yang Mulia, kadang cara berpikir anak saya suka tidak jelas dan ucapannya sering tidak dipikirkan baik-baik, Tolong jangan dianggap serius … "
Namun, Cassian melambaikan tangannya dan berkata, "Asal kamu bisa menyelesaikan masalah ini, aku akan mengabulkan apa pun permintaanmu!"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved