Bab 3 Semboyan Ajaran Militer, Strategi Perang Tertinggi
by Guddy Two
17:35,Jul 04,2025
"Yang Mulia Ayah Mertua, Anda ini seorang kaisar. Apa Anda mau membohongi saya?"
Julian memandangnya dengan wajah penuh keraguan.
"Kamu sendiri bilang aku ini seorang kaisar. Perkataan Kaisar adalah hukum mutlak. Sekali berjanji, nggak akan bisa ditarik kembali!"
Cassian berkata dengan tegas.
Di sisi lain, Feron merasa heran di dalam hatinya. Demi menyelesaikan masalah di padang rumput, sampai-sampai Yang Mulia bertanya pada orang bodoh.
Dia pun menyipitkan matanya, lalu menoleh ke arah Jaeven dan Erren dan langsung mengerti maksudnya.
Sindiran halus tadi jelas merupakan isyarat agar mereka tidak ikut campur.
Jaeven dan Erren saling menatap. Mereka pun paham betul maksud sang Kaisar.
Mana mungkin orang bodoh bisa mengerti urusan negara?
Marcus yang sudah tidak tahan pun langsung menampar kepala Julian dan berkata, "Dasar bodoh! Apa yang kamu katakan?!"
Julian langsung berkata dengan nada kesal, "Ayah, Ayah sudah tahu kalau aku ini bodoh, tapi Ayah malah terus-menerus memukul kepalaku. Bukankah itu akan membuatku makin bodoh? Kalau Ayah memukulku lagi, aku akan memutus hubungan ayah-anak denganmu!"
Pft!
Orang-orang di sekitarnya akhirnya tidak bisa menahan diri lagi dan langsung tertawa terbahak-bahak.
Anak bodoh ini benar-benar membalikkan logika! Biasanya seorang ayah yang menolak mengakui anaknya, mana ada anak yang tidak mengakui ayahnya!
Cassian pun menghela napas pelan, menggelengkan kepala, lalu menghentikan Marcus sambil berkata, "Sudahlah, meskipun ucapannya keliru, aku juga nggak akan menyalahkannya."
"Yang Mulia Ayah Mertua memang sangat bijak!"
Julian mendongakkan kepala dengan bangga, lalu memandang Marcus dengan penuh percaya diri saat berkata, "Ayah, Ayah dengar itu, bukan? Yang Mulia Ayah Mertua saja sudah bicara seperti itu, kenapa Ayah masih belum juga melepas tali yang mengikatku?"
Wajah Marcus langsung menjadi muram saat dia berkata, "Cukup! Tutup mulutmu!"
Namun, Julian malah mencibir dengan nada kesal, "Sebenarnya strategi pertempuran itu sangat mudah. Kalau musuh menyerang, kita tinggal kabur. Kalau mereka lari, kita kejar."
"Biarkan mereka kelelahan setengah mati, baru setelah itu kita serang secara tiba-tiba. Saya jamin mereka akan sengsara!"
"Seperti itulah cara saya bertarung. Sekali serang langsung kena dan mereka pun tidak akan bisa berbuat apa-apa selain merasa kesal sendiri!"
"Dasar anak bodoh. Mana mungkin perkelahian fisik bisa disamakan dengan urusan besar negara dan militer?"
Jaeven menggelengkan kepala sambil tersenyum.
Namun, Julian hanya mencibir dalam hati. Apa yang dia sebutkan barusan adalah Semboyan Ajaran Militer dari Kaisar Agung sendiri! Strategi perang tertinggi! Dasar pria tua ini tidak tahu apa-apa!
Kemudian, dia pun langsung bicara dengan nada polos, "Pak Tua, ucapanmu nggak masuk akal. Kenapa nggak bisa disamakan?"
"Dulu saat saya berkelahi, lawan saya jumlahnya sangat banyak dan kuat-kuat. Saat itu, saya jelas kalah. Jadi, saya harus berpikir keras bagaimana cara mengalahkan mereka!"
"Dasar anak bodoh! Kamu tinggal panggil lebih banyak orang dan perkaranya akan langsung selesai!"
Sebenarnya Jaeven malas memperdebatkan hal itu dengan orang bodoh.
"Cih! Andalah yang bodoh! Apa Anda pikir saya nggak tahu hal sepele seperti itu?"
Julian menatapnya dengan penuh rasa meremehkan saat dia kembali berkata, "Saya nggak suka meminta bantuan orang lain hanya karena sedang kalah!"
Raut wajah Jaeven mulai terlihat tidak senang dan dia pun segera berkata, "Yang Mulia, anak bodoh ini benar-benar bicara sembarangan! Sebaiknya segera usir dia keluar dari sini!"
"Pak Tua, ini adalah rumah Yang Mulia Ayah Mertua saya. Saya ini menantu kesayangannya. Apa Anda punya hak untuk ikut campur?"
Julian langsung meludah ke lantai dan hal itu membuat Jaeven gemetar penuh amarah. "Adipati Marcus … "
Marcus menyilangkan tangannya, lalu menatap ke arah balok gantungan sambil berkata, "Adipati Jaeven, anakku memang agak kurang waras. Tolong maklumi saja tindakannya!"
Dia bebas memarahi dan memukul anaknya sendiri sesuka hati, tetapi orang lain tidak bisa melakukan hal tersebut seenaknya.
Oh ya, kecuali Kaisar!
"Kamu … "
Di dalam hati, Cassian merasa cukup puas. Orang tua keras kepala itu selalu melarang ini dan itu, membicarakan soal moral dan kebajikan seolah-olah dia paling benar, sampai-sampai hal tersebut membuatnya merasa sesak.
Lebih parahnya lagi, orang itu sangat keras kepala dan tidak takut mati, sehingga membuatnya sulit untuk ditangani.
Sekarang saat melihatnya dipermalukan oleh si bodoh dari keluarga Everhart, dia pun merasa cukup terhibur. Jadi, dia pun segera menyela dan berkata, "Sudahlah, Adipati Jaeven. Kamu nggak perlu mempersoalkan hal ini dengan seseorang yang bodoh. Julian, lanjutkan ceritamu!"
Julian memandang Jaeven dengan penuh kepuasan, lalu melanjutkan, "Saya memang nggak sanggup melawan mereka, tapi saya tahu mereka nggak benar-benar bersatu. Jadi, saya mencari cara untuk memecah belah mereka. Begitu mereka mulai kacau sendiri dan berpisah, saat itulah saya perlahan-lahan membalas dendam dan menghajar mereka sampai kalah!"
Begitu ucapannya selesai, semua orang di Istana Dominion tampak terdiam dalam perenungan.
Terutama Cassian. Dia mengangguk pelan, lalu berseru, "Bagus, bagus sekali!"
Feron pun ikut mengangguk dan berkata, "Benar! Cara itu memang cara yang tepat!"
Taren Sunfell yang merupakan Pangeran Chalderra pun ikut menimpali, "Adipati Marcus, anakmu yang biasanya bodoh itu akhirnya bisa berpikir dengan cerdas juga!"
Marcus sendiri memang meraih gelar Adipati berkat jasa perangnya. Meskipun ucapan Julian terdengar polos, tetapi mengandung kecerdikan tersembunyi!
"Kalau musuh datang, kita mundur. Kalau musuh bertahan, kita ganggu mereka. Kalau musuh lelah, kita serang. Kalau musuh mundur, kita kejar. Bagus! Strategi ini sangat bagus!"
Cassian pun menyimpulkan perkataan Julian dengan semangat.
Kemudian, Marcus segera menimpali, "Kaisar, Anda memang sangat bijak!"
Feron pun langsung menyambung, "Semboyan Ajaran Militer ini pasti akan tercatat dalam sejarah!"
Cassian tertawa terbahak-bahak. Baginya, hal yang paling penting adalah nama baiknya.
"Sialan! Dasar nggak tahu malu!"
Julian membatin dalam hatinya. Jelas-jelas dialah yang mengusulkan rencana itu, tetapi Kaisar tanpa rasa malu malah mengakuinya sebagai idenya sendiri.
"Yang Mulia Ayah Mertua, strategi tadi adalah usulan dari saya. Saya juga ingin dikenang sepanjang masa!" seru Julian dengan cepat!
"Tutup mulutmu!"
Marcus kembali memukul kepala Julian. Wajah Kaisar sedang berseri-seri dan hal itu pertanda baik bagi mereka. Untuk urusan nama, buat apa bersaing dengan Kaisar?
"Huh!"
Julian menatap Cassian dengan ekspresi sedih dan kecewa.
Cassian tersenyum, lalu melangkah mendekat dan segera melepaskan tali di tubuh Julian. "Ide yang kamu berikan sangat luar biasa. Mengadu domba musuh agar saling menyerang, dipadukan dengan Semboyan Ajaran Militer, lalu menyerbu padang rumput dan mengandalkan perang untuk memperkuat kekuatan sendiri. Cara ini nggak hanya bisa melahirkan pasukan yang tangguh, tapi juga mampu melemahkan kekuatan lawan."
"Tanpa perlu memobilisasi kerja paksa atau pun menguras cadangan logistik negara, strategi ini bisa dibilang adalah strategi terbaik!"
Ucapan itu bukan hanya ditujukan kepada Julian, tetapi juga ditujukan secara tidak langsung kepada Jaeven dan Erren.
Jaeven pun menyadari Kaisar sudah mengambil keputusan. Jika dia tetap bersikeras menghalangi, bisa-bisa malah dirinya yang menjadi sasaran!
Jadi, dia pun menggertakkan giginya sambil menatap Julian, lalu berkata, "Anak bodoh ini secara nggak sengaja malah membuat keputusan yang tepat!"
"Marcus, kamu benar-benar sudah membesarkan seorang anak yang hebat!"
Cassian langsung tertawa terbahak-bahak. Marcus pun ikut tersenyum kikuk dan berkata, "Yang Mulia terlalu memuji. Anak bodoh ini biasanya hanya tahu cara menggunakan kekuatan, tapi hari ini ucapannya ternyata cukup berguna!"
Hatinya pun terasa jauh lebih tenang. Dari sekian banyak menantu yang dimiliki Kaisar, belum pernah ada satu pun yang disebut sebagai menantu hebat.
Cassian memang penguasa yang tegas dan tanggap. Seketika itu juga, dia segera mengeluarkan perintah dan mengirimkan titah kerajaan ke perbatasan barat daya dengan menggunakan kuda pos.
Selain itu, jika harus mengirim pasukan dari wilayah tengah, setidaknya akan memakan waktu sekitar satu bulan. Belum lagi, mereka harus menguras anggaran dan menyulitkan rakyat.
Dengan usulan dari Julian, mungkin saja mereka bisa melemahkan kekuatan musuh di padang rumput dengan kerugian yang seminimal mungkin!
Jaeven dan Erren akhirnya ikut merasa lega. Jika hanya pasukan perbatasan yang dikerahkan, hal itu masih bisa diterima.
Setelah satu masalah besar terselesaikan, suasana hati Cassian pun menjadi sangat baik. "Julian, ayo katakan padaku permintaan apa yang ingin kamu ajukan?"
Semua orang menatap Julian, sementara Marcus berbisik pelan ke arahnya, "Nak, cukup katakan kalau semua yang kamu lakukan adalah tanggung jawabmu sendiri dan kamu nggak mengharapkan imbalan apa pun!"
"Masalah sang Putri belum sepenuhnya mereda, jadi lebih baik biarkan jasa itu tetap seperti apa adanya. Kalau pun harus dihukum, Kaisar pasti nggak akan bersikap terlalu keras padamu."
"Yang Mulia Ayah Mertua, saya hanya punya satu permintaan saja."
Julian tersenyum polos, lalu melanjutkan, "Saya minta tolong kepada Anda agar membatalkan pernikahan saya dengan putri Anda!"
Dia tidak mau menjalani hidup bersama sang Putri! Bahkan untuk masuk kamarnya saja dia harus meminta izin dulu. Jika terus seperti itu, apa gunanya jadi laki-laki?
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved