Bab 5 Murid Akademi Kekaisaran

by Guddy Two 17:35,Jul 04,2025


Marcus sangat memahami kebiasaan Julian.

Minum, berkelahi, dan bertindak nekat adalah hal kesukaannya, tetapi dalam urusan perempuan, dia benar-benar tidak paham.

Melecehkan sang Putri jelas bukan sesuatu yang bisa dilakukannya.

Selain itu, tubuh Julian kuat seperti kerbau. Bahkan saat musim dingin dia mandi dengan air dingin dan tetap tidak menunjukkan tanda-tanda sakit.

"Aku nggak tahu. Aku sudah lupa!"

Julian merasa makin aneh. Secara logika, seorang putri yang belum resmi menikah seharusnya tidak boleh datang menemui calon suaminya. Hal itu sangat bertentangan dengan aturan kesopanan.

Selain itu, dirinya yang dikenal sebagai pemuda kasar dan hanya pandai bertarung mana mungkin tega melecehkan seorang wanita?

"Astaga! Aku harus mencari tahu siapa yang ada di balik semua ini!"

Saat Marcus melihat Julian tidak memberikan jawaban, dia menyangka anaknya tidak mau membocorkan siapa yang telah menghasutnya dari belakang.

Meskipun anak bodohnya ini memiliki banyak kekurangan, tidak ada seorang pun yang bisa mengatakan dia tidak memiliki rasa setia!

"Aku nggak tahu apakah status menantu kerajaan kelak bisa benar-benar melindungimu," batin Marcus dengan penuh kekhawatiran.

Setelah kembali ke kediaman keluarga Everhart, Julian langsung memanggil pelayan pribadinya. Meskipun tubuh lamanya dikenal bodoh, dia tetap memiliki pelayan pribadi.

Hal itu sudah menjadi standar bagi para bangsawan muda di ibu kota.

"Nigel, aku mau tanya, siapa yang menyuruhku pura-pura sakit dan memancing sang Putri untuk datang kemari?"

Nigel menjawab, "Tuan Muda, saya benar-benar tidak tahu akan hal itu."

"Sialan! Bukankah kamu selalu ada di sampingku?"

Nigel menjawab dengan wajah sedih, "Tuan Muda tidak mengizinkan saya ikut karena saya tidak bisa minum."

"Huh! Berengsek!"

Julian jadi makin kesal. Sudahlah, nanti saja dia akan menyelidikinya lebih lanjut!

Lalu, dia merebahkan diri di tempat tidur dan berkata, "Kenapa nggak ada pelayan wanita yang melayaniku?"

"Tuan Muda, Tuan Marcus tidak mengizinkannya. Beliau bilang Anda harus menunggu sampai Putri Emilia resmi menikah dengan Anda, baru Anda boleh mendapatkan pelayan wanita."

Julian merasa heran sekaligus kecewa. Sudah jelas-jelas dia melintasi waktu ke dunia lain di Dinasti Veltherra dan menjadi pewaris keluarga bangsawan, jadi seharusnya kehidupan ini menjadi kehidupan terbaik.

Namun, ternyata dia malah masuk ke tubuh orang bodoh!

Bahkan calon istrinya ingin membunuhnya dan Ayahnya tidak mengizinkan pelayan wanita untuk merawatnya. Astaga! Mengapa nasibnya seburuk ini?

"Lalu, siapa yang akan melayaniku?"

Nigel tersenyum malu-malu dan berkata, "Tuan Muda, saya yang akan melayani Anda."

"Enyah!"

Julian menendang pantat Nigel dan langsung mengusirnya keluar.

Keesokan harinya, saat Julian masih tertidur pulas, dia dibangunkan oleh Nigel. "Tuan Muda, waktunya pergi ke akademi!"

"Sialan! Aku nggak mau! Aku mau tidur!"

Julian paling tidak suka jika ada yang membangunkannya secara tiba-tiba.

"Tuan Muda, Anda tidak bisa seperti itu. Anda sekarang murid di Akademi Kekaisaran dan hal itu hasil perjuangan besar Tuan Marcus untuk Anda!"

"Akademi Kekaisaran? Bukankah itu tempat para pangeran belajar dan membentuk kelompok?"

Julian langsung terdiam. Ayahnya benar-benar sudah mengerahkan segala upaya demi dirinya, sampai-sampai bisa memasukkannya ke Akademi Kekaisaran.

Pantas saja Kaisar tidak merasa aneh terhadapnya. Sepertinya segala tingkah bodoh yang dilakukan tubuh ini sebelumnya sudah dianggap biasa!

"Nggak mau, nggak mau! Luka di kepalaku belum sembuh. Nanti saja setelah pulih baru aku akan pergi ke akademi!"

Setelah kalimat itu terucap, pintu kamar tiba-tiba langsung terbuka. Marcus muncul di ambang pintu dengan wajah masam dan cambuk di tangan, lalu berkata, "Kalau kamu nggak mau berangkat ke akademi, aku akan memukulmu sampai babak belur!"

"Ayah, gelar bangsawan kita diwariskan secara turun-temurun. Di keluarga kita hanya ada aku satu-satunya penerusmu. Kalau nanti Ayah meninggal, bukankah gelar itu akan jadi milikku?"

Julian mengeluh dan melanjutkan, "Jabatan bangsawan itu sudah sangat tinggi. Kalau begitu, untuk apa aku harus repot-repot belajar? Bukankah apa yang aku katakan masuk akal?"

Raut wajah Marcus langsung berubah menjadi muram karena kesal. "Dasar bodoh! Aku masih hidup, tapi kamu sudah mengharap aku untuk mati! Akan kutunjukkan padamu apa artinya masuk akal! Akan kubuat kamu jera karena bicara sembarangan … "

Julian pun dipukuli sampai meloncat-loncat kesakitan. "Kenapa Ayah memukulku terus? Kalau begitu, aku nggak mau mengakui Ayah sebagai ayahku lagi! Nanti kalau Ayah mati, akan kuhancurkan seluruh rumah ini … "

Pada akhirnya, Julian tetap dipaksa berangkat ke akademi.

Begitu sampai di Akademi Kekaisaran, ternyata sudah ada banyak orang yang datang lebih dulu.

"Julian, kamu datang juga ternyata!"

"Hei bocah bodoh! Ternyata kamu benar-benar nekat! Berani-beraninya kamu nau membatalkan pertunanganmu di hadapan Kaisar!"

Saat itu, seorang pria berwajah licik yang mengenakan seragam Akademi Kekaisaran berjalan mendekat, lalu menarik Julian ke sudut yang sepi. Julian sama sekali tidak mengenalnya dan belum sempat bereaksi ketika pria itu mengangkat alisnya dan menyeringai sinis. "Julian, bagaimana? Berhasil nggak?"

Julian langsung curiga dan bertanya, "Apanya yang berhasil? Kamu siapa?"

"Julian, berhentilah pura-pura nggak mengenalku!"

Kemudian, orang itu berkata, "Aku ini Pangeran Kedelapan, Elliot Kingswell. Apa kamu sudah lupa taruhan kita beberapa hari yang lalu?"

"Taruhan apa?"

"Bukankah kamu bilang ingin menaklukkan Putri Ketujuh? Bagaimana hasilnya? Apa kamu berhasi melakukannyal?"

Bagus! Ternyata semua masalah ini terjadi gara-gara bajingan ini!

Dasar licik!

Dia menyuruh calon iparnya sendiri untuk melecehkan kakak kandungnya, anak ini jelas sakit jiwa atau diam-diam sedang menyusun rencana.

"Kamu mau tahu hasilnya?"

"Tentu saja mau!"

Elliot menyeringai sinis dan mendekatkan kepalanya.

"Sialan kamu!"

Julian langsung mengayunkan tinju ke wajah Elliot dan memukulnya sampai jatuh ke lantai. "Dasar bajingan! Ternyata kamu yang memprovokasiku untuk melecehkan sang Putri! Aku akan membunuhmu! Dasar berengsek!"

Elliot menjerit kesakitan dan membuat semua orang di Akademi Kekaisaran terpana!

"Astaga! Kenapa Si Bodoh Julian malah memukul Pangeran Kedelapan? Bukannya mereka berteman baik?"

"Kenapa kalian masih diam saja? Cepat pisahkan mereka!"

Putra Mahkota Allen Kingswell segera berseru.

Dua penjaga yang ada di sana pun dengan sigap menarik Julian menjauh.

Elliot sudah babak belur, wajahnya penuh luka dan memar. "Julian, apa kamu sudah gila?!"

"Elliot, kamu benar-benar berengsek! Gara-gara kamu, aku dipukul menggunakan tongkat oleh sang Putri sampai hampir kehilangan nyawa … "

Julian benar-benar naik pitam. Pangeran Kedelapan? Memangnya kenapa kalau dia Pangeran Kedelapan? Toh, dia bukan putra mahkota, jadi memukulnya bukanlah masalah besar.

Jika Kaisar sampai murka, justru hal itu lebih bagus!

Siapa tahu Kaisar yang marah besar akan mencopot gelar menantu kekaisaran darinya.

Dia merasa dirinya benar-benar genius!

Sementara itu, para murid di Akademi Kekaisaran hanya menonton seperti sedang menyaksikan pertunjukan. Allen mengernyitkan dahinya. Menantu kaisar memukuli seorang pangeran, itu jelas pelanggaran berat.

Masalahnya, Julian ini memang bodoh!

Berkelahi dan berlaku kasar sudah menjadi hal biasa baginya. Bahkan kemarin pun dia baru saja memberikan jasa besar dan mendapat pujian dari Kaisar.

Ditambah lagi, keluarganya memiliki pengaruh yang cukup besar. Jika bisa menarik mereka ke pihaknya ...

"Elliot, kamu tahu Julian itu anak bodoh, kenapa kamu masih terus memancing keributan dengannya?"

Allen berkata dengan nada serius, "Ayah selalu mengajarkan kita untuk memperlakukan keluarga para pahlawan dengan hormat. Kalau beliau melihat kalian saling baku hantam seperti ini, bagaimana pendapat beliau nanti?"

Elliot sangat geram dan hampir membalas ucapan itu. Namun, saat itu juga, seorang pria tua yang mengenakan jubah panjang berwarna biru masuk ke halaman.

"Sudah waktunya pelajaran dimulai. Kenapa kalian masih berkeliaran di luar?"

Allen menoleh ke arah suara itu dan segera memberi hormat. "Tuan Jaeven!"

Yang lain pun ikut-ikutan membungkuk dan berseru dengan serempak, "Tuan Jaeven!"

Jaeven mengangguk dan berkata, "Cepat masuk! Hari ini kita belajar ilmu hitung!"

Elliot menggertakkan giginya dan sadar dirinya sedang di posisi yang salah dan tidak berani membuka suara. Jika si bodoh itu sampai membongkar soal taruhan mereka, tamatlah riwayatnya!

Sambil menutupi wajahnya, dia pun buru-buru masuk ke dalam ruangan.

"Apa? Guru di Akademi Kekaisaran ini ternyata pria tua itu?"

Pantas saja dia merasa tidak cocok dengan Jaeven!

Namun, karena sudah terlanjur datang, jadi dia pun terpaksa masuk ke kelas. Ketika dia hendak melangkah ke dalam, Jaeven tiba-tiba berkata padanya, "Anak bodoh, kamu nggak perlu masuk ke kelasku! Jangan mengganggu murid-murid lain yang ingin belajar!"

Sialan!

Pria tua ini tidak mengizinkannya masuk?

Apa meremehkan dia?

Dia tidak percaya pelajaran hitung-menghitung di Dinasti Veltherra bisa lebih sulit daripada matematika zaman modern!

"Pak Tua, makin kamu larang, aku malah makin ingin masuk!"

Begitu selesai bicara, dia pun melangkah masuk dengan percaya diri dan kepala tegak!

Jaeven langsung naik pitam dan raut wajahnya menjadi muram seketika. "Nggak bisa! Julian harus diusir dari sini! Jangan sampai satu orang bodoh merusak seluruh murid di kelasku!"


Unduh App untuk lanjut membaca