Bab 10 Menuntut Pertanggungjawaban

by Guddy Two 17:35,Jul 04,2025


"Aku dengar justru Jaeven yang pertama kali melarang Julian masuk ke akademi?"

Kemudian, Permaisuri Eleanor berkata, "Jaeven adalah seorang cendekiawan ternama di negeri ini. Apa dia nggak paham prinsip mengajar tanpa membeda-bedakan? Hanya karena Julian suka ribut dan bermain-main, lalu dia melarang Julian untuk belajar? Apa itu sikap seorang cendekiawan sejati?"

Cassian terdiam membisu, sementara Julian merasa sangat terharu.

Ibu mertuanya sangat bijaksana, berwibawa, dan sangat membelanya. Sungguh luar biasa!

"Benar! Pak Tua itu menindas saya yang bodoh ini dan bahkan bersikap tidak tahu malu di depan saya," kata Julian dengan sikap sombong sambil memanfaatkan kekuasaan.

"Selain itu, saya juga dengar Julian bertaruh dengan Jaeven dan Kaisar sendiri menjadi saksinya. Julian berhasil memenangkan taruhan itu, tapi kenapa Kaisar tidak menepati janji?"

"Kalau sampai berita ini tersebar Jaeven dan Kaisar menindas seorang anak kecil, orang-orang pasti akan menertawakan kita semua!"

"Benar, benar!" Julian menegaskan dengan semangat.

Cassian menyadari dirinya dalam posisi kalah, lalu tersenyum getir dan berkata, "Permaisuri, meskipun Julian agak bodoh, tapi dia memang sangat berbakat dalam ilmu hitung. Apa aku harus diam saja melihat bakatnya terbuang sia-sia?"

"Itu urusan lain!"

Permaisuri Eleanor berkata, "Kaisar adalah kaisar. Setiap ucapan adalah janji yang harus ditepati. Kalau Kaisar ingkar janji, bagaimana rakyat bisa percaya pada Anda?"

Cassian terdiam sejenak, lalu berkata dengan pasrah, "Baiklah, Julian, mulai sekarang kamu nggak perlu lagi ke Akademi Kekaisaran!"

"Oh, hidup Kaisar!"

Julian langsung bersemangat dan menggenggam tangan Permaisuri Eleanor sambil berkata, "Yang Mulia Ibu Mertua, terima kasih banyak! Anda jauh lebih baik daripada Yang Mulia Ayah Mertua yang suka bohong itu!"

Permaisuri Eleanor tersenyum lembut sambil memandang Julian, lalu berkata, "Tapi, Kaisar juga benar, kamu memang berbakat dalam ilmu hitung. Jadi, kamu harus tetap belajar di Akademi Kekaisaran dan nggak boleh bolos sehari pun!"

Julian yang tadi sangat girang langsung panik mendengar kalimat itu!

"Ah, Yang Mulia Ibu Mertua, saya … "

"Dasar anak nakal. Aku masih harus memberimu perhitungan atas masalahmu dan Emilia!"

Permaisuri Eleanor berkata dengan suara pelan, tetapi ucapannya membuat seluruh tubuh Julian langsung gemetar.

Astaga!

Permaisuri Eleanor sudah mengetahui kebenarannya!

"Kamu mau pergi atau nggak?"

Permaisuri Eleanor bertanya sambil tersenyum.

"Ah, baiklah. Saya akan pergi, saya akan pergi. Yang Mulia Ibu Mertua sangat baik pada saya, walaupun saya tidak mau, saya tetap harus pergi!"

Cassian diam-diam merasa tak berdaya. Si Bodoh Julian ini benar-benar tidak tahu balas budi.

Dia sudah berkali-kali membantunya, tetapi tetap kalah oleh satu kalimat dari sang Permaisuri!

Makin dipikirkan, makin membuatnya marah. Ketika melihat wajah Julian yang penuh rasa tidak berdaya, dia makin kesal dan berkata, "Pergi sana! Aku nggak mau melihatmu lagi!"

Julian hampir menangis karena lagi-lagi dirinya terperangkap oleh kata-katanya sendiri.

Begitu mendengar ucapan Cassian, dia buru-buru ingin pergi.

Namun, tiba-tiba Permaisuri Eleanor memanggilnya, "Julian, ikutlah denganku!"

Astaga! Permaisuri pasti ingin menagih tanggung jawabnya!

Pertama dengan sopan, kemudian dengan tegas. Benar-benar penuh dengan aturan!

"Yang Mulia, saya akan membawa Julian untuk mengobati lukanya terlebih dahulu!"

Sambil berkata begitu, Permaisuri pun meninggalkan Istana Dominion.

Julian sengaja berpura-pura luka parah dan berjalan dengan sangat pelan. Setelah keluar dari Istana Dominion, dia melihat Elliot yang bersembunyi di samping.

"Astaga, kenapa kamu ada di sini?"

Elliot berbisik, "Kalau bukan karena aku, kamu sudah dipukuli Ayahanda Kaisar sampai mati!"

"Sialan! Jadi, Yang Mulia Ibu Mertua datang ke sini karena kamu yang memanggilnya?"

Elliot mengangguk sambil tersenyum. "Dasar bocah bodoh! Harusnya kamu bahagia punya teman baik sepertiku!"

Sialan! Untuk apa dia harus bahagia?!

Yang ada dia malah bernasib malang!

Dia baru saja keluar dari sarang serigala dan kini harus masuk ke sarang harimau!

Permaisuri tentu memanggilnya karena ingin menegurnya dan karena Elliot juga terlibat, dia ikut diseret untuk ikut menanggung akibatnya!

Julian memutar matanya dan berkata, "Elliot, kamu memang setia kawan. Bisa memiliki sahabat sepertimu adalah berkah dari kehidupan sebelumnya!"

"Akhirnya ucapanmu masuk akal juga!"

Elliot mengangguk puas, lalu menuntun Julian masuk ke Istana Arcanthia!

Begitu tiba di Istana Arcanthia, Permaisuri Eleanor menyuruh seseorang mengobati luka Julian. Setelah itu, dia mengusir semua pelayan dan bahkan Elliot pun juga disuruh keluar.

Julian menelan ludah dalam diam.

Dia sengaja berpura-pura lemah sambil terus mengerang kesakitan. "Yang Mulia Ibu Mertua, rasanya sakit sekali … "

Ketika melihat tingkah Julian, Permaisuri Eleanor hampir tertawa. "Cukup. Jika Yang Mulia benar-benar ingin memukulmu sampai mati, bukan hanya empat puluh cambukan, satu cambuk saja kamu sudah nggak tahan. Apa kamu pikir aku nggak tahu kamu hanya bicara omong kosong?"

Tamat sudah riwayatnya! Permaisuri benar-benar datang untuk menagih pertanggungjawaban!

Julian hanya bisa berlagak sedih dan tak berdaya.

Namun, Permaisuri Eleanor tidak mau terpancing dan kembali berkata, "Julian, kamu memang nggak kenal takut. Apa pura-pura sakit saja nggak cukup? Yang Mulia memerintahkan Putri Emilia mengantarkan obat untukmu, tapi kamu malah memanfaatkan kesempatan itu untuk melecehkannya!"

Kemarin, Emilia datang menangis kepadanya dan menceritakan semuanya.

Seorang ibu paling tahu tentang anaknya. Meskipun Emilia tidak menyukai Julian, dia pasti tidak akan memukul tanpa alasan.

"Yang Mulia Ibu Mertua, saya tidak benar-benar melakukannya ... justru Putri Emilia yang memukul saya. Lihatlah belakang kepala saya, bengkaknya belum hilang. Jika bukan karena keberuntungan saya, saya pasti sudah mati karena pukulannya!"

"Emilia memang salah karena sudah memukulmu, tapi dia adalah anakku. Mana mungkin aku nggak tau sifat aslinya?"

Kemudian, Permaisuri Eleanor menambahkan, "Dia memang sudah dijodohkan denganmu dan pada akhirnya pasti akan menjadi milikmu. Apa kamu tahu apa akibatnya kalau kabar ini sampai tersebar? Hukuman mati saja masih terbilang ringan. Bisa jadi seluruh keluargamu juga akan dihukum mati atau diasingkan ribuan mil jauhnya!"

Keringat dingin langsung membasahi punggung Julian.

Dia sudah mengurus masalah dengan Kaisar, tetapi lupa dengan keberadaan Permaisuri.

Selain itu, Permaisuri bukanlah sosok sembarangan. Berani menegur Jaeven dan mengajarinya di hadapan Kaisar, jelas beliau adalah sosok yang sangat dihormati oleh Kaisar.

Namun, jika Permaisuri benar-benar ingin menyulitkannya, mengapa tidak langsung meminta Kaisar yang menjelaskan?

Mengapa harus diam-diam memanggilnya ke sini?

Jelas sekali mereka tidak ingin aib keluarga tersebar! Apakah keluarga kerajaan tidak punya rasa malu?

"Yang Mulia Ibu Mertua, saya tidak bersalah! Saya juga diprovokasi oleh orang lain!"

"Siapa yang memprovokasimu?"

"Elliot!"

Julian berkata dengan ekspresi penuh kesedihan.

"Omong kosong! Bagaimana mungkin Elliot mendorongmu untuk melecehkan Emilia?!"

Pangeran Kedelapan memang bukan anak kandungnya, tetapi dia dibesarkan di sisinya sejak kecil.

Tidak mungkin dia melakukan hal seperti itu.

"Memang dia yang memprovokasi saya. Kalau Yang Mulia Ibu mertua tidak percaya, panggil saja Elliot untuk membuktikannya!"

Meskipun Elliot membelanya dan membuatnya sedikit tersentuh, tetapi semua masalah ini memang ulahnya.

Dia harus ikut menanggung akibatnya!

Wajah Permaisuri Eleanor tampak agak muram saat mendengarnya. Meskipun Julian bodoh, tetapi orang sepertinya biasanya memiliki satu kebiasaan, yaitu jujur apa adanya.

Mereka akan mengatakan apa pun yang mereka ingin katakan.

Jika dia pandai berbohong, tidak mungkin dia sampai dihukum cambuk oleh Kaisar.

Akhirnya, Permaisuri memanggil Elliot masuk, sementara Elliot sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Namun, dalam sekejap, kata-kata Permaisuri Eleanor membuat Elliot seolah terjatuh ke dalam es dingin. "Julian bilang kamu yang menyuruhnya melecehkan Emilia!"

Tamat sudah riwayatnya! Si Bodoh Julian benar-benar membocorkan semuanya!

Dia melirik Julian dengan pandangan penuh kemarahan dan ingin sekali memakinya.

Dia sudah memikirkan Julian dengan sepenuh hati, tetapi ternyata malah dikhianati!

Deg!

Dengan berat hati, Elliot menyerah untuk membantah karena dia yakin Julian tidak berbohong. "Ibu, maafkan aku."

Permaisuri Eleanor menatap Elliot dengan rasa kecewa, lalu berkata, "Jelaskan padaku kenapa kamu melakukan semua ini? Ibu selalu berlaku adil pada kalian semua. Kalau ayahmu sampai tahu, kamu pasti paham konsekuensinya, 'kan?!"

Sorot mata Elliot menunjukkan sedikit rasa takut. Jika ayahnya mengetahui hal ini, dia pasti akan menerima cambukan, dikurung, dan dalam kasus terburuk, mungkin akan diasingkan!

Julian pun juga sangat penasaran, mengapa Elliot menyuruhnya untuk melecehkan Emilia?


Unduh App untuk lanjut membaca