Bab 11 Membatalkan Pertunangan

by Guddy Two 17:35,Jul 04,2025


"Karena … karena ...."

Elliot memandangi Julian. Dia ingin marah pada Si Bodoh ini. Namun, tidak benar-benar sanggup melakukannya.

"Karena apa?"

Ekspresi Permaisuri Eleanor masih terlihat santai. Namun, alisnya sudah mengerut. Elliot tahu permaisuri memiliki masalah penyakit jantung dan tidak boleh terlalu emosi.

Dia buru-buru berkata, "Ibunda Permaisuri, mohon redakan amarah. Aku akan menjelaskan semuanya!"

Permaisuri Eleanor berusaha mengatur napasnya. Setelah itu, dadanya baru terasa agak lebih lega.

"Ibunda Permaisuri, aku tahu kalau Saudari Ketujuh tidak menyukai Si Bodoh Julian dan selama ini menginginkan pertunangannya batal. Julian memang polos dan benci belajar. Namun, dia orang yang tulus dan tidak punya niat buruk."

"Kalau pertunangannya sampai batal, Julian dan Keluarga Everhart akan menjadi cemoohan orang. Aku bersahabat dekat dengannya. Aku tidak tega melihat dia dipermalukan ...."

"Ternyata, kamu sengaja menghasut dia mengganggu Saudari Ketujuhmu. Kemudian, kamu berharap kejadian yang sudah terlanjur ini agar tidak boleh batal?"

"Benar!"

Elliot berlutut di lantai. "Ibunda Permaisuri, semua ini salahku. Julian tidak paham apa-apa soal urusan antara laki-laki dan perempuan. Semuanya terjadi karena aku yang membujuknya, sampai-sampai dia menyinggung Saudari Ketujuh. Kalau harus ada yang dihukum, cukup hukum aku saja!"

Dia diam-diam tersenyum masan. Dia tahu, masalah ini mungkin sebentar lagi akan sampai ke telinga Ayahanda Kaisar.

Saat itu tiba, dia pasti akan diasingkan dari ibu kota.

Tindakan ini adalah … adalah hal terakhir yang bisa dia perbuat untuk Julian.

Reaksi pertama Julian ketika mendengarnya adalah tidak percaya. Namun, kata-kata Elliot membuatnya sulit untuk tidak percaya.

Dia sudah memukul Elliot. Namun, alih-alih marah padanya, anak itu justru selalu berusaha melindunginya.

Saking Elliot khawatir dia akan mendapat hukuman dari Kaisar, sampai-sampai Elliot datang ke Istana Arcanthia untuk meminta perlindungan dari Permaisuri.

Dengan semua usahanya ini, jelas menandakan bahwa Elliot sungguh menganggapnya sebagai sahabat, kan?

Siapa sangka, Pangeran Kedelapan yang wajahnya selalu terlihat licik itu, ternyata sangat setia kawan!

Masalah sebesar ini pun dia tanggung sendirian.

Sangat layak menjadikan orang seperti ini teman sejati! Saat ada masalah, dia benar-benar bisa diandalkan!

"Yang Mulia Ibu Mertua, aku juga bersalah. Sebenarnya aku juga tahu kalau putri tidak suka padaku. Kalau memang putri tidak suka aku, ya sudahlah. Yang Mulia Ibu Mertua, lebih baik ibu carikan saja calon suami lain yang benar-benar cocok untuk sang putri."

Julian berbicara dengan raut wajah polos dan bodohnya.

Elliot hanya bisa tertawa getir. Si Bodoh ini benar-benar tidak paham bahwa membatalkan pertunangan akan menimbulkan akibat besar.

Masalah ini tidak sesederhana itu.

"Julian, kamu pikir sang putri itu seperti sawi di pinggir jalan? Mau ambil, tinggal ambil. Tidak mau, tinggal buang?"

Setelah mengetahui alasan sebenarnya, sebagian besar kemarahan Permaisuri Eleanor pun mulai berkurang.

Dia tidak marah karena urusannya sendiri. Dia tahu Elliot hanya memikirkan nasib Julian. Sejujurnya, dia pun cukup pusing dengan masalah Emilia.

Akan tetapi, urusan pernikahan ini sudah menjadi keputusan bulat. Kalau mereka menarik kembali keputusan itu, Keluarga Everhart pasti akan kecewa. Nama baik keluarga kerajaan pun akan tercoreng.

Oleh karena itu, pernikahan ini tidak bisa dibatalkan. Bahkan, memang tidak boleh batal.

"Kalau begitu, Yang Mulia Ibu Mertua, mohon tidak memukul Elliot. Lihat saja lengannya yang kurus dan kakinya yang kecil. bagaimana jika setelah dipukul beberapa kali langsung mati? Sebaliknya, badanku kuat dan aku tahan dipukul!"

Julian pun memperlihatkan ototnya.

Elliot merenung. Si Bodoh Julian ini polos. Namun, dia selalu menurut pada kata-katanya. Sejak kecil dia selalu mengikuti ke mana dia pergi. Saat pangeran lain menjauhinya dan merundungnya, Julian yang berdiri untuk membelanya.

Sekarang pun sama, dia masih begitu.

"Ibunda Permaisuri, aku yg bersalah dalam hal ini. Aku akan menanggung segalanya!"

Elliot pun memberi tiga kali sujud hormat yang keras kepada Permaisuri Eleanor.

"Kamu tahu apa yang harus ditanggung?"

Permaisuri menarik napas pasrah. "Kalian semua sudah besar sekarang dan sudah bisa bertindak sendiri. Biarlah, anggap ini yang pertama dan juga yang terakhir. Julian itu polos dan mudah dimanfaatkan orang. Ingat baik-baik, lindungilah dia dengan sungguh-sungguh. Jangan sampai dia dimanfaatkan orang jahat!"

Kegembiraan langsung menyelimuti hati Elliot. Dia buru-buru berkata, "Terima kasih, Ibu!"

Melihat ekspresi Julian masih polos seperti biasa, dia buru-buru menepuknya. "Dasar bodoh, cepat ucapkan terima kasih pada Ibunda Permaisuri!"

Julian pun sadar masalah ini akhirnya benar-benar sudah selesai. Ini semua karena dia dianggap bodoh. Kalau yang melakukannya orang lain, pasti sudah dihukum berat.

"Terima kasih, Yang Mulia Ibu Mertua. Mulai saat ini, aku tidak akan menuruti kata-kata siapa pun selain dirimu!"

"Mulai saat ini, kamu tidak boleh lagi membicarakan soal membatalkan pertunangan. Selain itu, nanti, setelah masa hukuman Emilia selesai, kamu harus meminta maaf pada dia. Dia masih dalam masa hukuman!"

Pada akhirnya, harus Emilia yang menanggung akibat dari semua ini.

Julian menggaruk-garuk tengkuknya dengan polos. Akan tetapi, dalam hati dia tertawa masam. "Sudahlah, saat ini aku sudah menanggung akibat dari perbuatanku sendiri!"

"Kamu dengar tidak?"

"Dengar. Akan tetapi, putri tidak akan puku aku pakai tongkat lagi, 'kan?" Julian memasang wajah penuh ketakutan.

"Tidak akan..."

Permaisuri Eleanor berkata, "Setelah keluar dari sini, simpan baik-baik semua ini di dalam hati. Kalau sampai tersebar, jangan menyalahkan aku karena turun tangan!"

"Ya, Ibunda Permaisuri"

"Tenang saja, Yang Mulia Ibu Mertua! Aku bersumpah tidak akan membocorkan apa pun!" Julian menepuk dadanya dengan keras.

....

Setelah keluar dari Istana Arcanthia, baik Julian maupun Elliot sama-sama merasa seolah-olah baru saja lolos dari kematian.

Akhirnya masalah ini beres juga!

Permaisuri Eleanor sudah menutup rapat masalah ini. Kecuali, mereka sendiri yang bodoh dan membongkarnya kembali.

"Si Bodoh, kamu harus benar-benar ingat, jangan mengatakan apa pun kepada orang luar!" Elliot mengingatkan.

"Aku sudah bersumpah pada Yang Mulia Ibu Mertua, tenang saja!"

Melihat ekspresi sungguh-sungguh di wajah Julian, Elliot pun merasa cukup lega.

"Tadi aku sudah pukul kamu, tetapi kenapa kamu tetap membelaku?"

"Ah, kita boleh saling pukul, tetapi orang lain tidak boleh pukul kamu!"

Elliot merangkul pundak Julian. Dia sama sekali tidak memperlihatkan sikap sebagai putra mahkota. "Aku ini pangeran yang tidak disukai, sedangkan kamu Si Bodoh. Di seluruh istana ini, tidak ada yang menganggap keberadaan kita. Oleh karena itu, lebih baik kita hidup dengan nyaman saja."

"Beberapa tahun lagi, aku akan dikirim ke wilayah kekuasaan. Saat itu, tidak akan ada lagi yang memberimu perlindungan. Si Bodoh, Kamu harus belajar menjaga dirimu sendiri. Jangan selalu bertindak sembrono!

Sebenarnya, aku sempat berpikir. Kalau kamu bisa lebih cepat meluluhkan hati Saudari Ketujuh, mungkin dia akan menerima nasibnya. Saat aku pergi nanti, dia bisa melindungimu seumur hidup!"

Ketika mendengar ucapan Elliot, hati Julian terasa hangat.

Dia cuma orang bodoh. Elliot tidak perlu bersusah payah mengucapkan kata-kata manis hanya untuk menipunya.

Itu berarti, semua kata-katanya memang berasal dari hati.

Sahabat seperti ini, layak dipertahankan!

Julian pun merangkul pundaknya. "Bagaimana jika kita pergi minum bersama para gadis?"

Elliot tercengang sejenak. "Kamu tidak waras, ya? Kalau para pejabat pengawas mendengarnya, kita habis! Lagi pula, kamu sekarang Pangeran Menantu. Kalau sampai masuk tempat seperti itu, Ayahanda Kaisar pasti tidak akan mengampunimu!"

"Astaga! Menjadi Pangeran Menantu sungguh menyebalkan. Ini tidak boleh, itu tidak boleh, bahkan harus menjaga kesucian demi sang putri. Sama sekali tidak menyenangkan!"

Julian menggerutu dengan kesal.

Saat mengirim Julian hingga ke Gerbang Regallum, Elliot angkat bicara. "Pulanglah. Ingat baik-baik perkataanku. Kalau tidak mau dirimu kenapa-kenapa, jangan pernah masuk ke tempat maksiat!"

Sebagai pangeran, dia tidak bisa sembarangan keluar dari istana. Sebenarnya, pada usia seperti ini, dia seharusnya sudah punya kediaman sendiri.

Namun, Permaisuri Eleanor senang hidup bersama anak-anaknya dalam satu istana. Oleh karena itu, semua anaknya tetap tinggal di istana.

Hal itu juga yang menjadikan beberapa pangeran mulai punya pemikiran yang menyeleweng. Namun, tidak dengan dirinya. Tak peduli siapa pun yang naik takhta, pasti bukan dia.

"Aku pergi dulu!"

Julian melambaikan tangan. Kemudian, dia berjalan pergi dengan langkah besar.

Hari ini dia berhasil meredakan amarah permaisuri. Meskipun sempat kena pukul, tetap saja dia tidak merugi.

Hanya saja, putri benci setengah mati padanya. Sekalipun dia berhasil menikah dengannya, kehidupan mereka tidak akan harmonis.

Oleh karena itu, dia memang tidak boleh menikahi Emilia.

Dia tidak ingin mempertaruhkan nyawanya hanya untuk itu.

Saat sedang melamun, beberapa orang yang menunggang kuda tiba-tiba melaju kencang ke arahnya.

Kuda meringkik keras!

Seorang pria berpakaian pelajar berada di paling depan. Dia menarik tali kekangnya dan menghentikan kudanya tepat di hadapan Julian. Dia pun melompat turun dengan membawa beberapa orang menghampirinya. Tanpa basa-basi, tangannya terangkat hendak memukul. "Si Bodoh Julian! kamu berani mengganggu sepupuku? Akan kupukul kamu hingga menemui ajalmu, keparat!"


Unduh App untuk lanjut membaca